Kai segera menarik Kael dan pergi dari warung pangsit kakek Hao, Kai membawa kael kesebuah apartemen yang terlihat cukup besar dari luar dengan sangat banyak ruangan pada apertemen tersebut.
mereka melangkah masuk ke area apartemen, Kai mulai berbicara, "Meskipun ruangan-ruangannya kecil, tempat ini terasa hidup, sehari-hari tidak pernah terasa sepi, orang-orang berkumpul di apartemen ini untuk bertahan hidup, tidak hanya Radiant, manusia biasa juga tinggal disini." Ucap Kai menunjukkan apartemen Radovile
Kael menatap sekitar, memperhatikan lingkungan dari apartemen tersebut, memang nampak sedikit berdebu namun beberapa dari mereka terlihat cukup ceria dan berbincang antar satu sama lain, bahkan anak-anak memliki waktu untuk berlarian dengan tawa kecil.
"sungguh sebuah mutiara dibalik kacaunya dunia luar"pikir Kael.
Kael memperhatikan semuanya dengan rasa kagum dan keheranan. "Tempat ini... lebih menakjubkan daripada yang aku bayangkan," gumamnya.
Kai tersenyum kecil, "ya ya, kita harus bertahan hidup dan inilah salah satu tempatnya dimana orang-orang memilih untuk bertahan, tempat ini mungkin tidak megah dan bukan hotel bintang 5, tetapi cukup untuk membuat kami tetap merasakan senang dan hidup dengan sehat."
Tak lama tiba-tiba seorang wanita berambut putih pendek menghampiri Kai, perempuan itu mengenakan jaket dengan simbol Biru di lengannya, wajahnya menunjukkan sedikit frustasi dan kelelahan, tetapi matanya menatap tajam. "Kai, kau terlambat lagi?" tegurnya.
"Bukankah komandan telah memberitahu mu untuk datang tepat waktu?"
Kai mengangkat tangan, "Aihh, santai aja, aku kan cuman sedikit terlambat" gerutu Kai
Wanita itu mencubit telinga Kai, "sedikit katamu? pertemuannya telah selesai dan kamu bilang sedikit?"
"Aduh-aduh, iya iya, aku terlambat karena menemukan anak hilang di luar sana, jadinya agak telat untuk melakukan pertemuannya"
"Aku membawa dia ke sini, mungkin dia bisa berguna."
Wanita itu memandang Kael sejenak dan menatap kembali kearah Kai, "Radiant atau manusia biasa?" tanyanya dingin.
Kael menggeleng ragu dan segela membalasnya "Aku... tidak tahu, aku bahkan tidak tahu apa itu Radiant hingga Kai memberitahuku tadi."
Wanita itu mendengus. "Kai kau yang bertanggung jawab jika anak ini membuat masalah, dan segeralah temui komandan di ruangannya, ia sudah menunggumu untuk waktu yang lama nanti informasinya akan diberikan olehnya" Dia berbalik dan pergi tanpa berkata lebih lanjut.
"Syukurlah kali ga parah diomelinnya, jangan terlalu diambil hati," kata Kai sambil menepuk bahu Kael. "Dia memang seperti itu, namanya Lira, dia yang senior ku, walau tegas dan bawel tapi disisi lain dia terkadang cukup perhatian juga."
Kael mengangguk pelan, mencoba memahami tempat ini. "Apa yang harus aku lakukan di sini?"
"Ikut aku"ucap Kai, mereka berjalan menuju sebuah ruangan apartemen. Didalamnya, Kai menyuruh Kael untuk menunggu sedangkan dirinya akan menjual mayat mayat tikus yang telah diburu.
"tunggu sejenak disini, aku harus pergi untuk menjual mayat-mayat ini terlebih dahulu, dan aku harus menemui komandan setelahnya."
"mungkin sedikit lama, tunggulah disini, lakukan sesukamu, jika ingin keluar jangan terlalu jauh dan jangan buat masalah"ucap Kai segera pergi
Kael mengangguk saat Kai pergi matanya menyusuri ruangan yang sempit namun cukup rapi, di sudut meja, ada beberapa perlengkapan untuk bertahan hidup, seperti pisau, senter kecil, peta usang dengan lingkaran-lingkaran aneh yang ditandai tinta merah dan sebuah kasur.
Kael memperhatikan orang-orang di sekitar dari jendela, beberapa terlihat seperti pejuang tangguh, sementara yang lain lebih seperti keluarga biasa yang hanya mencoba bertahan hidup.
Merasa bosan karena Kai tidak kunjung kembali, Kael memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar Radovile. Banyak hal yang disaksikan oleh Kael, tempat transaksi jual beli, lapangan latihan, pertanian, rumah rumah kecil dan tenda serta berbagai hal lainnya.
Saat berjalan ditengah keramaian, Kael tidak sadar menabrak seseorang.
"oi hati-hati kalau jalan, matamu mau ditaruh dimana hah?"tegur seseorang dengan seragam yang sama seperti Lira, perempuan yang ditemuinya bersama Kai, namun dengan lambang berwarna nila.
"bro tenangkan dirimu, ia hanyalah warga sipil biasa, mengapa sangat marah"ucap temannya yang memiliki simbol dengan warna ungu.
"ah maaf, aku tidak akan mengulanginya"ucap Kael menundukkan kepalanya dan orang itu segera pergi tanpa berkata apapun.
"cih." orang tersebut pergi bersama 5 rekan lainnya, yang rata rata memiliki lambang simbol berwarna Nila.
orang orang itu terlihat cukup gagah dengan senjata dipundak mereka dan beberapa menggenggam nya ditangan.
mereka terlihat sedang membawa seseorang, seorang kakek tua berjanggut putih dan diborgol.
kakek tua itu sempat menatap kearah Kael sejenak, namun memalingkan pandangannya.
Kael menatapnya dengan serius, "ah ini sudah terlalu lama aku harus kembali"gumam Kael kembali ke apartemen.
Sesampainya di apartemen Kai sudah menunggu, "oh kau sudah sampai Kael? aku tidak ingin basa basi terlalu jauh, duduklah"ucap Kai
"Dirimu bilang kau tidak ingat apa pun selama sepuluh tahun terakhir, kan?"
Kael mengangguk, "ya, aku hanya ingat ledakan besar itu, dan tiba-tiba aku terbangun di reruntuhan." ucapnya sembari duduk di samping Kai. Kai menghela napas panjang. "Kehilangan sepuluh tahun adalah kerugian besar, kau harus menemukan ingatan itu kembali cepat atau lambat."
Kael menatap Kai "ya aku harus mencari tahu apa yang terjadi padaku."
Kai tersenyum samar, "itu awal yang bagus, tapi untuk sekarang, fokuslah bertahan hidup, dunia ini tidak akan memberi kita waktu untuk melamun terlalu lama."
Kael mengangguk, setidaknya kini ia memiliki tempat untuk memulai, "Kai, tadi kau menyebutkan soal monster mutasi dan tingkatan mereka, aku ingin tahu lebih banyak!!"
Kai menarik kursi di depannya. "Tentu saja, jika kau ingin bertahan di Radovile, pengetahuan ini penting."
Ia mulai menjelaskan, dengan tangan sesekali menggambar di udara seolah membentuk hierarki.
"Dengarkan baik-baik aku tidak akan mengulangnya, tingkat 1, dasar dari dasar," kata Kai. "Tikus yang kita bunuh sebelumnya adalah contoh monster tingkat 1, mereka kecil, lemah, dan biasanya bergerak dalam kelompok, tidak memiliki kemampuan khusus, hanya menyerang saat lapar, mudah dikalahkan, bahkan oleh pemula sepertimu."
"Di tingkat 2, situasinya mulai berubah, monster tingkat 2 menunjukkan agresi tinggi, mata mereka selalu merah menyala, seperti bara api, mereka menyerang siapa saja yang mereka lihat, tak peduli besar atau kecil, mungkin kau akan bertemu yang seperti ini di luar zona aman."
"Mulai dari tingkat 3, kau harus benar-benar waspada," ujar Kai dengan nada serius. "Monster tingkat 3 memiliki simbol aneh di dahi mereka, mirip tanda lahir, mereka jauh lebih kuat dan agresif, sering memiliki kemampuan khusus seperti racun atau bergerak sangat cepat"
"jika kamu berhasil membunuh satu saja dari mereka itu sudah cukup untuk membuatmu hidup dengan layak selama beberapa hari, tapi itu taruhan nyawa untukmu saat ini."
Kai bersandar di kursinya. "Tingkat 4 adalah titik awal dari mimpi buruk, monster di tingkat ini memiliki satu tanduk di kepala mereka, tajam dan bercahaya seperti kristal hitam, tanduk itu bukan sekadar hiasan, biasanya, mereka bisa menggunakannya untuk menyerang atau mengalirkan energi destruktif, sangat sulit ditangani tanpa persenjataan khusus."
"Di titik inilah aku dan Lira seharusnya berada, kamu mungkin tidak berbeda jauh power combatnya dengan mutasi tingkat 4."
"Dan seorang komandan setara dengan tingkat 5."
"Jika satu tanduk tidak cukup menakutkan, tingkat 5 memiliki dua tanduk yang menyerupai cabang pohon, mereka biasanya memiliki kemampuan elemen seperti api, es, atau listrik, tergantung pada lingkungannya, monster ini bisa menghancurkan satu desa kecil jika tidak segera ditangani."
Kai berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam. "Tiga tanduk menandakan monster tingkat 6, mereka adalah ancaman regional, tanduk mereka bersinar dengan aura energi magis, monster tingkat ini sering menjadi pemimpin dari kawanan besar, dan sangat sulit dihentikan tanpa pasukan atau teknologi canggih."
"Selanjutnya hanya ada dua atau tiga kasus monster tingkat 7 yang pernah ditemukan," lanjut Kai, nadanya berubah lebih serius. "Monster ini memiliki empat tanduk melengkung seperti mahkota berduri, tubuhnya rata-rata berukuran raksasa, berukuran 2 meter hingga mungkin 10 meter, mereka mengeluarkan energi destruktif yang bisa membuat tanah di sekitarnya tidak layak huni selama puluhan tahun"
"Untuk mengalahkannya, butuh seluruh pasukan, teknologi berat, dan sering kali korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya."
Kai menatap Kael dengan tajam. "Jika dirimu melihat satu, lari, dan jangan pikirkan apa-apa, cukup lari, tingkat 7 tidak dapat diatasi sendirian."
Kai menatap meja, nadanya menurun. "Tingkat 8... hanya teori, tidak ada yang pernah melihatnya, tapi dipercaya monster ini memiliki lima tanduk seperti mahkota sempurna, tubuhnya dipercaya lebih besar, dan kekuatannya... tak terukur, beberapa peneliti di Radovile menyebutnya 'penghancur dunia', tapi itu hanya teori, semoga saja kita tidak pernah menemukannya."
Setelah mendengar penjelasan itu, Kael merasakan bulu kuduknya berdiri.
"Jadi, di mana aku bisa menemukan monster tingkat lebih tinggi dari 1?" tanyanya, meski ragu.
Kai tertawa kecil. "Di luar zona aman, tapi aku sarankan, jangan buru-buru mencari masalah, kau masih belum siap, bertahanlah dulu di sini."
Kael mengangguk, tetapi pikirannya sudah melayang jauh, Kai bangkit dan menepuk bahu Kael, "Istirahatlah, besok kita akan memulai latihan dasar bertahan hidup."
"Aku harus bergegas pergi lagi karena aku urusan yang harus ku bicarakan dengan Lira, beristirahat lah aku akan kembali nanti, jika kau mau tidur, tidurlah dulu" Kael menatap punggung Kai yang menjauh, rasa penasaran membakar dalam dirinya, ia tahu bahwa untuk menemukan jawaban tentang dirinya sendiri, ia harus menghadapi monster-monster itu tak peduli seberapa menakutkannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments