[S1] LILAC DI JENDELA | Jirosé (END)
Bab 4 – Cahaya yang Terlalu Terang
Rose tak pernah membayangkan dirinya jadi bagian dari cerita seperti ini. Ia hanya seorang florist magang, pencinta lilac dan teh manis, yang kebetulan ditempatkan di studio seorang idol terkenal. Tapi sejak Minji datang, atmosfer ruangan itu tak lagi sehangat sebelumnya.
Hari ini, ia kembali membawa bunga baru. Lilac ungu muda, sedikit lebih terang dari biasanya—ia pikir, mungkin itu bisa mencerahkan suasana. Tapi sesampainya di studio, langkahnya melambat. Ada suara tawa. Bukan milik Jimin… tapi Minji.
Pintu terbuka sedikit, dan ia bisa melihat Jimin di sofa, Minji duduk di sampingnya sambil menunjukkan sesuatu di ponselnya. Wajah Jimin terlihat santai. Tidak dingin seperti terakhir mereka bicara.
Rose menutup pintu perlahan. Ia belum siap masuk.
Roseanne Park
(berbisik, menelepon sahabatnya, Hana):
“Hana…kamu lagi sibuk?”
Il-sung Hana
(di seberang):
“Enggak, kenapa? Suaramu kecil banget. Kamu di mana?”
Roseanne Park
“Di depan studio… Jimin lagi sama seseorang. Wanita. Cantik. Karismatik banget.”
Il-sung Hana
“Oh… itu pasti Minji. Mantan stylist-nya yang katanya deket banget?”
Roseanne Park
“Ya. Mereka ketawa bareng. Aku nggak tahu kenapa… dadaku sesak.”
Il-sung Hana
“Rose… kamu mulai suka dia, ya?”
Roseanne Park
(terdiam)
“Bukan itu intinya. Aku… aku cuma florist.”
Il-sung Hana
“Justru itu. Kamu ngelihat dia bukan sebagai idol, tapi sebagai manusia. Itu lebih bahaya.”
Setelah menutup telepon, Rose akhirnya memberanikan diri masuk. Minji menoleh sekilas, lalu berdiri dengan anggun.
Park Minji
“Oh, kamu datang lagi. Lilac hari ini lebih terang, ya?”
Roseanne Park
(senyum kecil)
“Iya… saya coba sesuatu yang baru.”
Minji mengambil tasnya lalu menyentuh lengan Jimin pelan.
Park Minji
“Aku ada fitting schedule. Kita lanjut besok, ya?”
Park Jimin
(mengangguk pelan)
“Ya. Hati-hati, Minji.”
Rose menunduk sopan saat Minji melintas, dan pintu menutup perlahan. Sunyi.
Jimin berdiri dan berjalan ke arah bunga.
Park Jimin
“Lilac hari ini… cerah. Kamu ganti jenisnya?”
Roseanne Park
(mengangguk)
“Sedikit. Saya pikir kamu butuh warna yang lebih… optimis.”
Park Jimin
(menatapnya lebih lama dari biasanya)
“Kamu tahu? Kamu selalu datang dengan sesuatu yang aku nggak sadar aku butuh.”
Roseanne Park
(tersenyum, tapi sorot matanya berbeda)
“Kadang orang datang untuk memberi warna… tapi nggak semua warna cocok dengan panggung.”
Park Jimin
(mendekat setengah langkah)
“Rose… kamu ngerasa nggak nyaman?”
Roseanne Park
“Bukan soal nyaman. Ini tentang sadar tempat. Saya hanya bunga di sudut panggungmu. Dan panggung itu terlalu terang untuk saya.”
Jimin menatap Rose lama. Tapi tak ada kata yang keluar. Mungkin karena dalam hati… ia tahu, Rose benar.
Dan di ruangan yang dulunya hangat, kini ada sebersit dingin—bukan karena bunga, tapi karena perasaan yang mulai tumbuh... di tempat yang salah.
---
Bersambung
Comments