Chaotic Destiny

Chaotic Destiny

Chapter 1: Perang di Rivera

Langit biru seketika berubah menjadi merah, entitas asing datang menjajah bumi, manusia tak bisa berbuat apa-apa. Penyihir kekaisaran yang memiliki kekuatan sihir melampaui batas manusia biasa pun tak bisa berbuat apa-apa.

Dunia tenggelam dalam kegelapan, akan tetapi harapan masih ada. Harapan manusia untuk melawan Absolute Being membawa sedikit manusia untuk berevolusi menjadi High Human. High Human adalah manusia yang dipilih oleh Konstelasi yang memiliki tujuan serupa dengan manusia, yaitu melawan Absolute Being.

Di suatu desa bernama Rivera, hiduplah keluarga bahagia yang memiliki satu anak lelaki tunggal, mereka adalah keluarga yang sederhana, mereka tidak kaya juga tidak miskin.

Anak mereka bernama Sho Noerant yang memiliki arti Cahaya abadi yang positif dan kuat. Mereka bertiga hidup damai di pinggiran sungai sembari membuka toko bunga kecil dan itu sangat kontras dengan kepribadian Sho yang lembut dan menyayangi alam dan bunga. Keluarga itu merayakan ulang tahun anak nya yang ke-12. Namun tiba-tiba pintu rumah mereka di gedor-gedor.

Saat sang ibu mengintip melalui celah jendela, terlihat dua pria yang membawa senjata tajam berdiri didepan pintu. Dengan sigap sang ibu memegang tangan Sho "Anakku sayang... patuhi kata ibu ya? Tolong ikuti ibu..." Ucap sang ibu dengan lembut sembari membuka pintu belakang rumah dengan perlahan agar tidak mengeluarkan suara

Sho yang polos hanya bisa mengangguk mengikuti kata ibunya, setelah Sho dan ibunya keluar, seketika kedua perampok itu berhasil menghancurkan pintu. "Larilah aku akan menahan mereka!" Teriak sang ayah yang berusaha menahan para perampok.

Itu tidak berguna. Sang ayah tewas mengenaskan karena di tusuk pedang dan ditebas. kue ulang tahun Sho pun terjatuh dari meja makan dan lilin-lilinnya menjadi redup dan padam layaknya harapan. Seorang perampok mengejar Sho dan Ibu nya yang berlari menuju ke arah hutan, sementara itu perampok yang lain bersiaga di rumah untuk memanen uang dan harta-harta keluarga Sho.

Sho dan ibunya berhasil terkejar, rambut ibu Sho di pegang oleh sang perampok. "Sho! Lari jangan melihat ke belakang!" Teriak sang ibu sembari berusaha menahan sang perampok.

Sho hanya bisa berlari dan terus berlari, hingga dia mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam sebuah semak, tanpa sepengetahuan Sho, semak-semak itu menutupi tubuhnya seakan akan melindungi dan menyembunyikan kehadirannya. Sho yang berada di dalam semak melihat jelas apa yang terjadi. Sho bisa melihat jelas ibu nya yang dibunuh dengan sangat kejam tepat dihadapan matanya sendiri.

"I-Ibu..." ucap Sho dengan suara yang lemah dan dipenuhi kesedihan.

Sho hanya bisa diam mematung menyaksikan sang Ibu yang sudah tewas. Disisi lain, dirumah Sho sang perampok di cegat oleh Ksatria penjaga desa Rivera, dan para Ksatria itu berhasil melumpuhkan dan menangkap perampok yang berjaga di rumah. Sedangkan perampok lain yang berada di hutan juga dihajar dan dilumpuhkan oleh Ksatria lain nya.

Melihat Ibunya mati tepat di hadapannya, mental Sho mulai tidak stabil, dan kesadarannya menghilang seketika, membuat Sho pingsan di dalam semak-semak.

4 Tahun telah berlalu, kini Sho berumur 16 tahun dan hidup sendirian, rumahnya yang dulunya kacau kini sudah rapi kembali, meskipun terasa sangat kosong tanpa kehadiran orang tuanya, Sho merawat rumahnya dan memajang foto dia dengan bersama ayah dan ibunya meskipun bingkai foto itu retak.

Sho sudah terbiasa hidup mandiri dan sekarang toko bunga nya menjadi populer, begitu juga dengan desa Rivera yang sudah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Meski begitu Sho tetap memiliki trauma mendalam tentang orang tua nya. Rivera yang berkembang pesat menjadi pemicu masa masa yang damai, tapi sayangnya kedamaian itu menghilang ketika Entitas Absolute Being muncul dan meluluhlantakkan dunia.

Saat Sho sedang berjaga di toko bunga nya sembari menyirami bunga, seketika langit berubah menjadi merah. Sho melihat melalui jendela dan ternyata bola-bola api ditembakkan ke arah desa Rivera, mengakibatkan desa terbakar dan warga berlarian meminta tolong.

Toko bunga milik Sho juga terkena bola api tersebut, mengakibatkan bangunannya runtuh dan Sho pun tertimbun reruntuhan.

Saat Sho pingsan terdapat suara seorang wanita "Sho Noerant... kau adalah anak yang baik hati dan peduli terhadap alam. Aku memilihmu sebagai Inkarnasi ku." Ucap seorang wanita yang berada di alam bawah sadar Sho.

Seketika sebuah kalung yang memiliki permata berwarna hijau terang muncul di tangan Sho, dan kalung itu mengeluarkan barrier yang melapisi seluruh tubuh Sho, melindunginya dari timpaan reruntuhan.

Disaat yang sama pasukan High Human sampai ke Desa Rivera, dan kini mereka bertempur dengan pasukan Absolute Being. Pertarungan itu begitu sengit dan berhasil dimenangkan oleh Manusia, Absolute being dan pasukannya dipukul mundur. Para High Human menggunakan otoritas kekuatan dari Konstelasi mereka dan berhasil melukai salah satu Absolute Being.

"Serbu! Jangan biarkan mereka melukai warga!" Teriak seorang ksatria yang menyerbu ke arah pasukan High Human.

Seorang wanita yang memiliki konstelasi Sagitarius mengeluarkan busur berbentuk bintang dari kekosongan dan menembakkannya menuju kearah pasukan Absolute Being yang berkumpul "Pergilah menuju neraka!" Teriak wanita itu sembari menembakkan ribuan panah bintang.

Di Medan perang lainnya terlihat seorang pria berbadan besar yang menggunakan armor tebal, pria itu memiliki Konstelasi Athena. "Athena! Anugerahkan perisaimu kepadaku!" Teriak pria itu dengan gagah, seketika perisai besar berwujud bintang muncul di tangannya.

Pria itu menyerbu dan berhasil meluluhlantakkan barisan utama pasukan Absolute Being, namun perisainya terhenti seketika. Terlihat sosok Absolute Being tinggi ber-armor hitam mengkilap menahan perisai itu dengan tangan kosong nya "Lemah! Apakah hanya ini kekuatan terkuat dari umat manusia!" Ucap sang Absolute being setelah menahan perisai itu dan menghancurkannya.

"Mustahil! Bagaimana mungkin perisai Athena di hancurkan..." Ucap Pria berbadan besar itu sembari syok.

Pria itu seketika lengah dan syok. Melihat hal ini Absolute Being menyerang pria yang memiliki konstelasi Athena itu karena dia lengah "Haha manusia lemah! Matila-" Ucapan Absolute Being itu terhenti karena tembakan anak panah dari wanita yang memiliki konstelasi Sagitarius.

"Kau pikir itu akan berakhir sesuai kemauanmu! Aku akan membunuhmu! Sagitarius! Berkahi panah-ku!" Teriak wanita itu sembari mengumpulkan energi bintang dan menembakkannya ke arah Absolute Being tersebut.

Serangan itu berhasil melukai sang Absolute Being, namun itu tidak dapat membunuhnya, sang Absolute Being pun mundur dari pertempuran.

Pertarungan berlangsung begitu panjang dan sangat intens, para High Human yang dibantu oleh ksatria kerajaan memang kuat tapi mereka tetap manusia biasa, stamina High Human terbatas, sedangkan di sisi Absolute Being, banyak pasukannya yang sudah dibantai habis dan menjadi abu.

Pertempuran menjadi puncak disaat muncul lagi salah satu High Human yang membantu, dia memiliki konstelasi Arthur Pendragon sang pemilik Excalibur. "Excalibur jawablah panggilan ku!" setelah mengucapkan itu, seketika Excalibur yang asli muncul di tangannya, itu Excalibur sungguhan dan tidak berwujud bintang.

Berbeda dengan kedua High Human sebelumnya, mereka hanya bisa memanifestasikan kemampuan mereka dalam wujud bintang dan menggunakan nya, akan tetapi High Human pemilik konstelasi Arthur berbeda jauh. Dia sangat kuat bahkan dapat meminjam langsung pedang Excalibur dari konstelasi milik nya

"Akan kumusnahkan kalian semua!" Teriak Pria yang memiliki pedang Excalibur sembari menerjang kearah para Absolute Being.

Kekuatan pria itu diatas rata-rata, dia berhasil membunuh salah satu Absolute Being. Dan kini waktu telah menandakan bahwa pertempuran akan segera berakhir.

Pertarungan yang berlangsung selama 4 Jam itu akhirnya selesai, dan manusia memenangkan pertempuran dengan memukul mundur Absolute Being. Para ksatria dan High Human bersorak "Pertempuran ini kita pemenangnya!!!" Teriak seorang High Human yang berdiri di atas reruntuhan.

Manusia memang memenangkan pertempuran nya, tapi bayarannya tidak sebanding. Banyak warga yang terluka parah, bahkan ada yang meninggal akibat peperangan itu.

Sho ditemukan tak sadarkan diri di dalam reruntuhan toko bunga nya sembari memegang sebuah kalung yang memiliki permata berwarna hijau. "Hei! Bantu aku ada seseorang yang tertimpa reruntuhan!" Teriak seorang ksatria sembari mengangkat puing-puing reruntuhan satu persatu.

"Tunggu, aku akan segera kesana,” balas Ksatria lain sembari bergegas menuju sumber suara.

Sho pun diselamatkan, namun kalung yang dipegang nya terjatuh dan tertimbun di dalam reruntuhan. Usai diselamatkan Sho tidak sadarkan diri namun dia masih bernafas dan jantungnya masih berdetak. Sho diamankan dan dibawa menuju tenda medis untuk dirawat. Dalam kurun waktu 2 jam, Sho akhirnya sadarkan diri, saat dia keluar dari tenda medis, alangkah terkejutnya dia melihat desa Rivera hancur dan hanya menyisakan puing puing rumah.

Banyak penduduk yang mengantri di depan kuali besar demi makanan. Sho mendatangi salah satu Ksatria yang berjaga dan bertanya. "Tuan Ksatria apa yang terjadi kepada desa Rivera? Mengapa itu hancur seperti peperangan pernah terjadi disini?" Tanya Sho dengan nada penasaran.

"Absolute Being kembali bergerak, mereka mulai menyerang umat manusia dengan cara menyerang desa desa terpencil yang berada di pinggiran seperti Rivera..." Jawab Ksatria itu dengan nada tegas.

Usai bertanya, Sho mulai memikirkan segala situasi yang akan terjadi kedepannya, dia mulai berpikir untuk mengikuti warga yang lain nya untuk pergi menuju ibu kota Vixen dan mengungsi disana. Usai mengantri dan makan, Sho mulai bersiap siap untuk pergi menuju Ibukota Vixen dengan berjalan kaki meskipun perlu waktu sekitar 3 hari dari Rivera menuju Ibukota.

Sho mempersiapkan bekal dan tas nya untuk bepergian, Sho mengunjungi rumah yang yang sudah menjadi reruntuhan dan mencari beberapa barang. "Benda apa ini? Sejak kapan aku memiliki kalung? Bahkan ayah dan ibu saja hampir tak pernah pakai perhiasan..." Tanya Sho dengan nada bingung setelah dia menemukan kalung yang tergeletak di tanah.

"Permata ini warna nya begitu hijau..." Ucap Sho sembari mengambil kalung tersebut, lalu tanpa pikir panjang dia memakai nya.

Usai memakai kalung Sho mengambil barang-barang yang dia miliki dari reruntuhan rumahnya. Usai mengambil barang yang berguna, Sho pun memulai perjalanan nya menuju Ibu kota Vixen.

Di Sisi lain seorang wanita duduk di singgasana dan terlihat begitu anggun. Wanita itu mulai berbicara "Sho ku sayang... sepertinya kau melupakan sesuatu..." Ucap wanita itu sembari memakan buah delima berwarna merah menyala.

Seketika wanita itu berdiri dari singgasananya untuk memanipulasi tanaman yang berada di samping singgasananya untuk menumbuhkan buah delima yang baru.

"Tak akan butuh waktu yang lama sampai kau menyadari bahwa kau tidak sendirian Sho... aku akan selalu mengawasimu..." Ucap wanita itu sembari memetik buah delima yang ia tumbuhkan sendiri.

Sosok wanita itu memiliki rambut hitam mengkilap, wajahnya dilapisi senyuman tipis begitu cantik dan anggun, Wanita tersebut tiada lain adalah Persephone sang Ratu dunia bawah sekaligus Dewi Musim Semi.

Di balik pesonanya yang menenangkan, tersembunyi kekuatan besar dan rahasia kuno yang telah lama terlupakan manusia. Kalung hijau yang kini dikenakan Sho bukanlah kalung biasa. Itu adalah tanda bahwa Persephone telah memilihnya. Tapi untuk apa?

Dan sementara langkah kaki Sho membawa dirinya menjauh dari Rivera menuju ibu kota Vixen, takdir yang jauh lebih besar perlahan mengintai, menunggu untuk terungkap.

Terpopuler

Comments

Protocetus

Protocetus

jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado

2025-05-16

0

Andi Nawiri

Andi Nawiri

keyen

2025-04-26

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Perang di Rivera
2 Chapter 2: Persephone
3 Chapter 3: Aria Pixis
4 Chapter 4: Bau Kematian
5 Chapter 5: Taruhan
6 Chapter 6: Ibukota
7 Chapter 7: Canggung
8 Chapter 8: Misi Pertama
9 Chapter 9: Terjebak
10 Chapter 10: Perang Besar
11 Chapter 11: Pasca-pertempuran
12 Chapter 12: Ramalan Takdir
13 Chapter 13: Bertemu Kembali
14 Chapter 14: Permusuhan?
15 Chapter 15: Makhluk Menyimpang
16 Chapter 16: Perusak Tatanan Dunia
17 Chapter 17: Pahlawan
18 Chapter 18: Gadis Perwujudan Harapan
19 Chapter 19: Tekad Seorang Putri.
20 Chapter 20: Rencana Besar
21 Babak Penjelasan Serta penampilan para karakter.
22 Chapter 21: Graudel
23 Chapter 22: Puncak Pertarungan
24 Chapter 23: Pengungkapan Perasaan
25 Chapter 24: Masalalu Yara
26 Chapter 25: Surat
27 Chapter 26: Tiga Entitas Misterius
28 Chapter 27: Wabah Berjalan
29 Chapter 28: Penyembuhan Aria
30 Chapter 29: Tiga Lawan Satu
31 Chapter 30: Terpisah
32 Chapter 31: Kesedihan
33 Chapter 32: Pengkhianatan
34 Chapter 33: Lahirnya Noir
35 Chapter 34: Bertemu kembali
36 Chapter 35: Tekad untuk menjadi lebih kuat
37 Chapter 36: Empat lawan satu
38 Chapter 37: Penghinaan
39 Chapter 38: Tanpa Ampun
40 Chapter 39: Reuni
41 Chapter 40: Awal dari masa depan yang baru
42 Chapter 41: Bangkitnya Liora
43 Chapter 42: Pangeran?
44 Chapter 43: Lebih kuat
45 Chapter 44: Kekhawatiran seorang Ibu
46 Chapter 45: Sosok Bayangan
47 Chapter 46: Takdir yang kejam
48 Chapter 47: Awal yang baru
49 Chapter 48: Taruhan atau Tantangan?
50 Chapter 49: Unjuk Kekuatan
51 Chapter 50: Keinginan Sang Pemenang
52 Chapter 51: Hari yang takkan bisa dilupakan
53 Chapter 52: Rencana
54 Chapter 53: Kedatangan yang tak terduga
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Chapter 1: Perang di Rivera
2
Chapter 2: Persephone
3
Chapter 3: Aria Pixis
4
Chapter 4: Bau Kematian
5
Chapter 5: Taruhan
6
Chapter 6: Ibukota
7
Chapter 7: Canggung
8
Chapter 8: Misi Pertama
9
Chapter 9: Terjebak
10
Chapter 10: Perang Besar
11
Chapter 11: Pasca-pertempuran
12
Chapter 12: Ramalan Takdir
13
Chapter 13: Bertemu Kembali
14
Chapter 14: Permusuhan?
15
Chapter 15: Makhluk Menyimpang
16
Chapter 16: Perusak Tatanan Dunia
17
Chapter 17: Pahlawan
18
Chapter 18: Gadis Perwujudan Harapan
19
Chapter 19: Tekad Seorang Putri.
20
Chapter 20: Rencana Besar
21
Babak Penjelasan Serta penampilan para karakter.
22
Chapter 21: Graudel
23
Chapter 22: Puncak Pertarungan
24
Chapter 23: Pengungkapan Perasaan
25
Chapter 24: Masalalu Yara
26
Chapter 25: Surat
27
Chapter 26: Tiga Entitas Misterius
28
Chapter 27: Wabah Berjalan
29
Chapter 28: Penyembuhan Aria
30
Chapter 29: Tiga Lawan Satu
31
Chapter 30: Terpisah
32
Chapter 31: Kesedihan
33
Chapter 32: Pengkhianatan
34
Chapter 33: Lahirnya Noir
35
Chapter 34: Bertemu kembali
36
Chapter 35: Tekad untuk menjadi lebih kuat
37
Chapter 36: Empat lawan satu
38
Chapter 37: Penghinaan
39
Chapter 38: Tanpa Ampun
40
Chapter 39: Reuni
41
Chapter 40: Awal dari masa depan yang baru
42
Chapter 41: Bangkitnya Liora
43
Chapter 42: Pangeran?
44
Chapter 43: Lebih kuat
45
Chapter 44: Kekhawatiran seorang Ibu
46
Chapter 45: Sosok Bayangan
47
Chapter 46: Takdir yang kejam
48
Chapter 47: Awal yang baru
49
Chapter 48: Taruhan atau Tantangan?
50
Chapter 49: Unjuk Kekuatan
51
Chapter 50: Keinginan Sang Pemenang
52
Chapter 51: Hari yang takkan bisa dilupakan
53
Chapter 52: Rencana
54
Chapter 53: Kedatangan yang tak terduga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!