NovelToon NovelToon

Chaotic Destiny

Chapter 1: Perang di Rivera

Langit biru seketika berubah menjadi merah, entitas asing datang menjajah bumi, manusia tak bisa berbuat apa-apa. Penyihir kekaisaran yang memiliki kekuatan sihir melampaui batas manusia biasa pun tak bisa berbuat apa-apa.

Dunia tenggelam dalam kegelapan, akan tetapi harapan masih ada. Harapan manusia untuk melawan Absolute Being membawa sedikit manusia untuk berevolusi menjadi High Human. High Human adalah manusia yang dipilih oleh Konstelasi yang memiliki tujuan serupa dengan manusia, yaitu melawan Absolute Being.

Di suatu desa bernama Rivera, hiduplah keluarga bahagia yang memiliki satu anak lelaki tunggal, mereka adalah keluarga yang sederhana, mereka tidak kaya juga tidak miskin.

Anak mereka bernama Sho Noerant yang memiliki arti Cahaya abadi yang positif dan kuat. Mereka bertiga hidup damai di pinggiran sungai sembari membuka toko bunga kecil dan itu sangat kontras dengan kepribadian Sho yang lembut dan menyayangi alam dan bunga. Keluarga itu merayakan ulang tahun anak nya yang ke-12. Namun tiba-tiba pintu rumah mereka di gedor-gedor.

Saat sang ibu mengintip melalui celah jendela, terlihat dua pria yang membawa senjata tajam berdiri didepan pintu. Dengan sigap sang ibu memegang tangan Sho "Anakku sayang... patuhi kata ibu ya? Tolong ikuti ibu..." Ucap sang ibu dengan lembut sembari membuka pintu belakang rumah dengan perlahan agar tidak mengeluarkan suara

Sho yang polos hanya bisa mengangguk mengikuti kata ibunya, setelah Sho dan ibunya keluar, seketika kedua perampok itu berhasil menghancurkan pintu. "Larilah aku akan menahan mereka!" Teriak sang ayah yang berusaha menahan para perampok.

Itu tidak berguna. Sang ayah tewas mengenaskan karena di tusuk pedang dan ditebas. kue ulang tahun Sho pun terjatuh dari meja makan dan lilin-lilinnya menjadi redup dan padam layaknya harapan. Seorang perampok mengejar Sho dan Ibu nya yang berlari menuju ke arah hutan, sementara itu perampok yang lain bersiaga di rumah untuk memanen uang dan harta-harta keluarga Sho.

Sho dan ibunya berhasil terkejar, rambut ibu Sho di pegang oleh sang perampok. "Sho! Lari jangan melihat ke belakang!" Teriak sang ibu sembari berusaha menahan sang perampok.

Sho hanya bisa berlari dan terus berlari, hingga dia mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam sebuah semak, tanpa sepengetahuan Sho, semak-semak itu menutupi tubuhnya seakan akan melindungi dan menyembunyikan kehadirannya. Sho yang berada di dalam semak melihat jelas apa yang terjadi. Sho bisa melihat jelas ibu nya yang dibunuh dengan sangat kejam tepat dihadapan matanya sendiri.

"I-Ibu..." ucap Sho dengan suara yang lemah dan dipenuhi kesedihan.

Sho hanya bisa diam mematung menyaksikan sang Ibu yang sudah tewas. Disisi lain, dirumah Sho sang perampok di cegat oleh Ksatria penjaga desa Rivera, dan para Ksatria itu berhasil melumpuhkan dan menangkap perampok yang berjaga di rumah. Sedangkan perampok lain yang berada di hutan juga dihajar dan dilumpuhkan oleh Ksatria lain nya.

Melihat Ibunya mati tepat di hadapannya, mental Sho mulai tidak stabil, dan kesadarannya menghilang seketika, membuat Sho pingsan di dalam semak-semak.

4 Tahun telah berlalu, kini Sho berumur 16 tahun dan hidup sendirian, rumahnya yang dulunya kacau kini sudah rapi kembali, meskipun terasa sangat kosong tanpa kehadiran orang tuanya, Sho merawat rumahnya dan memajang foto dia dengan bersama ayah dan ibunya meskipun bingkai foto itu retak.

Sho sudah terbiasa hidup mandiri dan sekarang toko bunga nya menjadi populer, begitu juga dengan desa Rivera yang sudah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Meski begitu Sho tetap memiliki trauma mendalam tentang orang tua nya. Rivera yang berkembang pesat menjadi pemicu masa masa yang damai, tapi sayangnya kedamaian itu menghilang ketika Entitas Absolute Being muncul dan meluluhlantakkan dunia.

Saat Sho sedang berjaga di toko bunga nya sembari menyirami bunga, seketika langit berubah menjadi merah. Sho melihat melalui jendela dan ternyata bola-bola api ditembakkan ke arah desa Rivera, mengakibatkan desa terbakar dan warga berlarian meminta tolong.

Toko bunga milik Sho juga terkena bola api tersebut, mengakibatkan bangunannya runtuh dan Sho pun tertimbun reruntuhan.

Saat Sho pingsan terdapat suara seorang wanita "Sho Noerant... kau adalah anak yang baik hati dan peduli terhadap alam. Aku memilihmu sebagai Inkarnasi ku." Ucap seorang wanita yang berada di alam bawah sadar Sho.

Seketika sebuah kalung yang memiliki permata berwarna hijau terang muncul di tangan Sho, dan kalung itu mengeluarkan barrier yang melapisi seluruh tubuh Sho, melindunginya dari timpaan reruntuhan.

Disaat yang sama pasukan High Human sampai ke Desa Rivera, dan kini mereka bertempur dengan pasukan Absolute Being. Pertarungan itu begitu sengit dan berhasil dimenangkan oleh Manusia, Absolute being dan pasukannya dipukul mundur. Para High Human menggunakan otoritas kekuatan dari Konstelasi mereka dan berhasil melukai salah satu Absolute Being.

"Serbu! Jangan biarkan mereka melukai warga!" Teriak seorang ksatria yang menyerbu ke arah pasukan High Human.

Seorang wanita yang memiliki konstelasi Sagitarius mengeluarkan busur berbentuk bintang dari kekosongan dan menembakkannya menuju kearah pasukan Absolute Being yang berkumpul "Pergilah menuju neraka!" Teriak wanita itu sembari menembakkan ribuan panah bintang.

Di Medan perang lainnya terlihat seorang pria berbadan besar yang menggunakan armor tebal, pria itu memiliki Konstelasi Athena. "Athena! Anugerahkan perisaimu kepadaku!" Teriak pria itu dengan gagah, seketika perisai besar berwujud bintang muncul di tangannya.

Pria itu menyerbu dan berhasil meluluhlantakkan barisan utama pasukan Absolute Being, namun perisainya terhenti seketika. Terlihat sosok Absolute Being tinggi ber-armor hitam mengkilap menahan perisai itu dengan tangan kosong nya "Lemah! Apakah hanya ini kekuatan terkuat dari umat manusia!" Ucap sang Absolute being setelah menahan perisai itu dan menghancurkannya.

"Mustahil! Bagaimana mungkin perisai Athena di hancurkan..." Ucap Pria berbadan besar itu sembari syok.

Pria itu seketika lengah dan syok. Melihat hal ini Absolute Being menyerang pria yang memiliki konstelasi Athena itu karena dia lengah "Haha manusia lemah! Matila-" Ucapan Absolute Being itu terhenti karena tembakan anak panah dari wanita yang memiliki konstelasi Sagitarius.

"Kau pikir itu akan berakhir sesuai kemauanmu! Aku akan membunuhmu! Sagitarius! Berkahi panah-ku!" Teriak wanita itu sembari mengumpulkan energi bintang dan menembakkannya ke arah Absolute Being tersebut.

Serangan itu berhasil melukai sang Absolute Being, namun itu tidak dapat membunuhnya, sang Absolute Being pun mundur dari pertempuran.

Pertarungan berlangsung begitu panjang dan sangat intens, para High Human yang dibantu oleh ksatria kerajaan memang kuat tapi mereka tetap manusia biasa, stamina High Human terbatas, sedangkan di sisi Absolute Being, banyak pasukannya yang sudah dibantai habis dan menjadi abu.

Pertempuran menjadi puncak disaat muncul lagi salah satu High Human yang membantu, dia memiliki konstelasi Arthur Pendragon sang pemilik Excalibur. "Excalibur jawablah panggilan ku!" setelah mengucapkan itu, seketika Excalibur yang asli muncul di tangannya, itu Excalibur sungguhan dan tidak berwujud bintang.

Berbeda dengan kedua High Human sebelumnya, mereka hanya bisa memanifestasikan kemampuan mereka dalam wujud bintang dan menggunakan nya, akan tetapi High Human pemilik konstelasi Arthur berbeda jauh. Dia sangat kuat bahkan dapat meminjam langsung pedang Excalibur dari konstelasi milik nya

"Akan kumusnahkan kalian semua!" Teriak Pria yang memiliki pedang Excalibur sembari menerjang kearah para Absolute Being.

Kekuatan pria itu diatas rata-rata, dia berhasil membunuh salah satu Absolute Being. Dan kini waktu telah menandakan bahwa pertempuran akan segera berakhir.

Pertarungan yang berlangsung selama 4 Jam itu akhirnya selesai, dan manusia memenangkan pertempuran dengan memukul mundur Absolute Being. Para ksatria dan High Human bersorak "Pertempuran ini kita pemenangnya!!!" Teriak seorang High Human yang berdiri di atas reruntuhan.

Manusia memang memenangkan pertempuran nya, tapi bayarannya tidak sebanding. Banyak warga yang terluka parah, bahkan ada yang meninggal akibat peperangan itu.

Sho ditemukan tak sadarkan diri di dalam reruntuhan toko bunga nya sembari memegang sebuah kalung yang memiliki permata berwarna hijau. "Hei! Bantu aku ada seseorang yang tertimpa reruntuhan!" Teriak seorang ksatria sembari mengangkat puing-puing reruntuhan satu persatu.

"Tunggu, aku akan segera kesana,” balas Ksatria lain sembari bergegas menuju sumber suara.

Sho pun diselamatkan, namun kalung yang dipegang nya terjatuh dan tertimbun di dalam reruntuhan. Usai diselamatkan Sho tidak sadarkan diri namun dia masih bernafas dan jantungnya masih berdetak. Sho diamankan dan dibawa menuju tenda medis untuk dirawat. Dalam kurun waktu 2 jam, Sho akhirnya sadarkan diri, saat dia keluar dari tenda medis, alangkah terkejutnya dia melihat desa Rivera hancur dan hanya menyisakan puing puing rumah.

Banyak penduduk yang mengantri di depan kuali besar demi makanan. Sho mendatangi salah satu Ksatria yang berjaga dan bertanya. "Tuan Ksatria apa yang terjadi kepada desa Rivera? Mengapa itu hancur seperti peperangan pernah terjadi disini?" Tanya Sho dengan nada penasaran.

"Absolute Being kembali bergerak, mereka mulai menyerang umat manusia dengan cara menyerang desa desa terpencil yang berada di pinggiran seperti Rivera..." Jawab Ksatria itu dengan nada tegas.

Usai bertanya, Sho mulai memikirkan segala situasi yang akan terjadi kedepannya, dia mulai berpikir untuk mengikuti warga yang lain nya untuk pergi menuju ibu kota Vixen dan mengungsi disana. Usai mengantri dan makan, Sho mulai bersiap siap untuk pergi menuju Ibukota Vixen dengan berjalan kaki meskipun perlu waktu sekitar 3 hari dari Rivera menuju Ibukota.

Sho mempersiapkan bekal dan tas nya untuk bepergian, Sho mengunjungi rumah yang yang sudah menjadi reruntuhan dan mencari beberapa barang. "Benda apa ini? Sejak kapan aku memiliki kalung? Bahkan ayah dan ibu saja hampir tak pernah pakai perhiasan..." Tanya Sho dengan nada bingung setelah dia menemukan kalung yang tergeletak di tanah.

"Permata ini warna nya begitu hijau..." Ucap Sho sembari mengambil kalung tersebut, lalu tanpa pikir panjang dia memakai nya.

Usai memakai kalung Sho mengambil barang-barang yang dia miliki dari reruntuhan rumahnya. Usai mengambil barang yang berguna, Sho pun memulai perjalanan nya menuju Ibu kota Vixen.

Di Sisi lain seorang wanita duduk di singgasana dan terlihat begitu anggun. Wanita itu mulai berbicara "Sho ku sayang... sepertinya kau melupakan sesuatu..." Ucap wanita itu sembari memakan buah delima berwarna merah menyala.

Seketika wanita itu berdiri dari singgasananya untuk memanipulasi tanaman yang berada di samping singgasananya untuk menumbuhkan buah delima yang baru.

"Tak akan butuh waktu yang lama sampai kau menyadari bahwa kau tidak sendirian Sho... aku akan selalu mengawasimu..." Ucap wanita itu sembari memetik buah delima yang ia tumbuhkan sendiri.

Sosok wanita itu memiliki rambut hitam mengkilap, wajahnya dilapisi senyuman tipis begitu cantik dan anggun, Wanita tersebut tiada lain adalah Persephone sang Ratu dunia bawah sekaligus Dewi Musim Semi.

Di balik pesonanya yang menenangkan, tersembunyi kekuatan besar dan rahasia kuno yang telah lama terlupakan manusia. Kalung hijau yang kini dikenakan Sho bukanlah kalung biasa. Itu adalah tanda bahwa Persephone telah memilihnya. Tapi untuk apa?

Dan sementara langkah kaki Sho membawa dirinya menjauh dari Rivera menuju ibu kota Vixen, takdir yang jauh lebih besar perlahan mengintai, menunggu untuk terungkap.

Chapter 2: Persephone

Matahari yang seharusnya bersinar terang tetapi tertutup oleh awan mendung, begitulah cuaca yang sedang terjadi di pinggiran Rivera. Tempat dimana Sho memulai perjalanan nya menuju Ibu kota Vixen, meskipun cuaca nya mendung tapi entah kenapa tidak turun hujan. Berbeda dengan karavan yang dibawa oleh Ksatria dan dikawal oleh ketiga High human yang ikut bertempur, Sho menempuh jalur lain, yaitu jalur hutan, entah kenapa insting nya mengatakan bahwa hutan adalah tempat yang aman untuk nya.

Ketika sampai dihutan entah kenapa Sho merasa begitu tenang dan nyaman seakan akan dirumah nya sendiri. "Perasaan ini sungguh nyaman dan menenangkan..." Gumam Sho sembari memanjat salah satu pohon yang tinggi untuk memetik buah dari pohon sequoia.

Usai memetik beberapa buah untuk menjadi bekal perjalanan, Sho terus bergerak sesuai arah insting yang dia percayai. Namun di tengah tengah perjalanan hujan turun begitu deras "Untung saja aku pergi ke hutan... jika aku ikut karavan mungkin aku sudah basah kuyup..." Gumam Sho sembari berteduh dibawah pohon beringin yang besar dan megah.

Seketika ranting pohon, daun dan segala macamnya bergerak dan membentuk atap yang kokoh diatas Sho untuk melindungi Sho dari hujan. Melihat hal ini membuat Sho terkejut "Bagaimana mungkin pohon bisa bergerak..." Ucap Sho dengan nada yang terkejut sembari menatap keatas.

Cahaya berwarna kuning keemasan bersinar terang, sosok wanita muncul dalam bentuk bintang bintang biru, sosok wanita itu muncul dihadapan Sho. Wanita itu memiliki rambut yang panjang namun tidak sampai menyentuh lantai. "S-Siapa kau!?" Sho terkejut dan mundur perlahan meskipun dia terpojok kearah pohon.

"Tidak perlu takut Sho... namaku Persephone sang Dewi Musim semi dan ratu dari dunia bawah. Kau terpilih sebagai inkarnasi ku..." Ucap Persephone dengan nada yang lembut.

"Dewi? Inkarnasi? mengapa kau memilih ku, aku bahkan bukan High Human!" Jawab Sho dengan nada yang waspada dan takut.

"Sedari awal kau adalah High Human sayang... apakah kau ingat suara ku yang menuntun mu untuk bersembunyi di semak semak dan menjaga mu. Itu adalah aku karena kau adalah anak yang ku pilih sebagai inkarnasi ku, kau yang menyayangi alam dan hutan benar benar membuat ku terpikat..." Balas Persephone sembari mendekat kearah Sho.

Persephone mengulurkan tangan nya dan berkata "Genggam lah tangan ku dan aku akan memberikan mu otoritas beserta kekuatan ku Sho, aku juga akan melindungi mu dari dekat..."

Sho hanya bisa terdiam mendengar tawaran yang diajukan oleh Persephone. "Baiklah... aku akan menerima mu." Balas Sho sembari memegang tangan Persephone.

Saat Sho menggenggam tangan Persephone, cahaya keemasan menyelimuti tubuh Sho. Rasa hangat dan damai memenuhi hatinya. Saat cahaya itu memudar, Sho menyadari bahwa kalung dengan permata berwarna hijau yang berada di leher Sho bersinar terang kemudian melayang menuju tangan Persephone. "Kalung ini adalah senjata mu sekarang Sho... kalung itu bisa berubah wujud menjadi Bident sebuah senjata yang pernah ku gunakan... sekarang kau dapat menggunakan nya." Ucap Persephone sembari mengalungkan kembali kalung tersebut ke leher Sho.

Setelah kalung tersebut dipasangkan kembali ke leher Sho, Persephone berpamitan lalu pergi tanpa jejak sama sekali. Kejadian ini membuat Sho berpikir apakah itu mimpi? ataukah kenyataan yang dia hadapi. Tak mau pikir panjang Sho melanjutkan perjalanan nya menuju Ibukota Vixen.

Hari sudah mulai gelap hujan mulai berhenti, bintang bintang di langit bersinar terang dan bisa terlihat di balik daun pepohonan, Sho yang masih berada didalam hutan mulai menaruh tas dan barang bawaan nya ke-tanah dan bersiap untuk beristirahat, Sho memikirkan sesuatu, yaitu tentang kekuatan milik Persephone, Sho mencoba melakukan sesuatu kepada pohon yang berada dihadapannya. Disaat Sho membayangkan akar pohon itu tumbuh kehadapan nya dan akar tersebut menjadi empuk, bayangan Sho menjadi kenyataan!.

"Ternyata pertemuan tadi bukanlah mimpi atau bayangan ku semata!" Ucap Sho dengan penuh semangat sembari melompat lalu berbaring kearah akar empuk tersebut.

Saat sedang berbaring Sho mencoba mengendalikan pohon lagi, kali ini Sho mengendalikan ranting dan dedaunan agar membuat atap yang dapat melindungi nya dari hujan yang bisa saja datang.

Sho benar benar takjub dengan kekuatan yang diberikan Persephone kepadanya. Disaat Sho ingin tidur terdengar lolongan serigala, dengan sigap Sho menyalakan obor dan menerangi sekitar untuk memastikan apakah lolongan serigala tadi adalah tanda untuk memangsa nya. "Kuharap para serigala tidak datang kesini... aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya menggunakan senjata milik Persephone" Gumam Sho sembari melihat-lihat daerah sekitarnya.

Tiba-tiba kawanan serigala yang berjumlah sekitar 5 ekor muncul dihadapan Sho. Dengan reflek nya yang tajam Sho melempar obor nya kearah kawanan serigala tersebut "Pergilah! aku bukan makanan!" Teriak Sho sembari berusaha terlihat kuat dihadapan kawanan serigala yang mulai menggeram.

Usaha Sho tidak berguna, karena para serigala itu menghiraukan api dari obor yang di lempar Sho dan berjalan perlahan mendekati Sho, salah seekor serigala melompat dan menerjang kearah Sho membuat Sho terkena cakaran tepat di tangan kanan nya. dengan harapan yang sudah mulai pupus, Sho berteriak begitu keras memanggil Persephone "Persephone! bantu aku"

Kalung Sho mulai menyala, dan cahaya hijau nya sungguh terang, disaat cahaya itu perlahan redup benda yang tadinya hanyalah kalung berubah menjadi senjata Bident, Sebuah senjata berbentuk menyerupai tombak namun memiliki bentu yang lebih pendek, Bident memiliki dua mata tombak dan bagian samping yang tajam seperti pedang. Sho benar benar memegang Bident asli yang di tempa dari neraka.

Bident tersebut bergetar, cahaya hijau bersinar dan berkobar layaknya api, Sho berusaha sekuat-kuatnya untuk mengerahkan tenaga nya agar bisa mengontrol Bident meskipun tangan kanan nya yang dominan terluka. "Rasakan Ini!" Teriak Sho menebas kedepan layaknya menebas menggunakan sabit berkebun kearah kawanan serigala, cahaya dari Bident keluar dan api berwarna hijau mengenai 2 ekor serigala dan membakar mereka.

Api tersebut tidak bisa dipadamkan sekeras apapun serigala itu berusaha dan terus berkobar tanpa henti, kobaran api yang meleset mengenai serigala membakar hutan dan api nya berkobar dalam skala yang besar hingga menyebabkan kebakaran hutan.

Sho panik karena kekuatan ini terlalu besar dan dia tidak ingin melukai alam "Tidak tidak tidak!!!" Teriak Sho dengan penuh kepanikan.

Persephone muncul dalam wujud bintang dan berdiri disamping Sho "Tenanglah, jika kau panik ini hanya akan menjadi lebih buruk." Ucap Persephone sembari memantau situasi.

"Sho dengarkan aku, api hijau tak hanya bisa membakar apapun yang disentuhnya, tapi api hijau juga bisa dipakai untuk menyembuhkan sesuatu. Gunakan imajinasi mu." Ucap Persephone dengan nada yang lembut agar Sho tidak merasa panik lagi

Serigala yang tersisa dikepung oleh api, mereka hanya bisa menunggu ajal mereka sebelum api hijau melahap daging dan tulang belulang mereka.

Sho mengikuti perkataan perkataan Persephone dan menutup mata nya untuk membayangkan bahwa api tersebut tidak membakar namun menyembuhkan. "Aku tahu kau pasti bisa Sho... aku tidak memilih inkarnasi ku secara acak." Ucap Persephone sembari melihat Sho yang berusaha untuk mengubah sifat api hijau.

Api hijau masih berkobar, namun penyebaran api itu terhenti. Sho akhirnya berhasil mengontrol api-api hijau yang mengamuk dan melenyapkannya. Tetapi kondisi hutan kini terlihat begitu menyedihkan karena hangus dibakar api hijau, sosok Persephone juga menghilang perlahan setelah api hijau lenyap.

"Kini pilihan ada di tangan mu Sho... panggil namaku ketika kau membutuhkan ku." Bisik Persephone kedalam kepala Sho.

"Aku harus melakukan sesuatu terhadap terhadap hutan ini, ini semua salah ku." Ucap Sho sambil menyalahkan dirinya sendiri.

Sho teringat bahwa kekuatan nya tak hanya dapat mengendalikan alam, tetapi bisa juga menumbuhkan karena kemampuan sejati nya adalah manipulasi alam. Sho menggunakan hampir seluruh tenaga nya untuk memperbaiki hutan yang rusak. Cahaya hijau bersinar terang menyelimuti tubuh Sho dalam radius 2 kilometer pohon demi pohon tumbuh, tak hanya itu rerumputan dan bunga juga tumbuh begitu subur.

Sho pun langsung ambruk, energi nya terkuras habis hanya untuk memperbaiki hutan yang tak sengaja dia bakar. "Kau menyukai kekuatan ku bukan?..." suara nya mendesis layaknya ular berbisik didalam kepala Sho.

"Tapi kau harus mengingat sesuatu bahwa menggunakan kekuatan ku secara berlebihan lagi kau bisa saja mati ditempat" Ucap Persephone dengan nada sedikit khawatir karena Sho menggunakan kekuatan Persephone secara berlebih kali ini.

Disaat Sho pingsan, alam bergerak dengan sendiri nya, akar akar pohon menyelimuti tubuh Sho seakan-akan ingin melindungi Sho dari marabahaya, tak hanya itu luka ditangan Sho sembuh secara ajaib. Bahkan akar yang menyelimuti tubuh Sho merubah konsistensi nya sendiri menjadi lunak agar Sho merasa nyaman.

Keesokan harinya Sho bangun dan menyadari tubuh nya dilapisi oleh akar, saat Sho berusaha bergerak, akar akar tersebut bergerak dengan sendirinya dan masuk kembali kedalam tanah. Sho yang lelah dalam segi mental mulai mengemasi barang barang nya, lalu sarapan buah yang dia petik dari pohon Sequoia kemarin. Usai sarapan dan mengenyangkan perut nya Sho kembali berjalan jauh dan pergi menuju Ibukota Vixen. Setelah berjalan non-stop sekitar 2 jam Sho akhirnya keluar dari hutan dan melihat padang rumput yang begitu luas, disana Sho melihat Desa Zeen, Desa tetangga Rivera.

Saat Sho sampai di depan gerbang desa Zeen, penjagaan nya begitu ketat dan antrian masuk nya sangat panjang, negitu banyak orang yang mengantri untuk diizinkan masuk, terlihat juga wajah wajah yang familiar bagi Sho, itu adalah penduduk Rivera yang mengungsi.

Setelah menunggu sekitar 40 menit, akhrinya tiba giliran Sho untuk diperiksa para Ksatria yang berjaga. "Darimana asalmu nak? apakah kau sendirian saja atau memiliki keluarga?" Tanya seorang Ksatria yang berada dihadapan Sho

"Aku berasal dari Rivera, aku hanya sendirian dan tidak memiliki keluarga..." Jawab Sho dengan berhati-hati agar tidak salah ucap.

"Baiklah nak, kau diizinkan masuk. Kami turut berdukacita atas apa yang terjadi kepada Rivera" Balas Ksatria yang memberikan pertanyaan tadi sembari memberikan kode kepada rekan nya untuk mengizinkan Sho masuk.

Setelah Sho masuk kedalam desa Zeen, terlihat ramai sekali orang orang yang berkumpul di alun-alun Zeen, kemungkinan besar mereka adalah penduduk Rivera yang mengungsi, tak sedikit juga ada orang-orang yang masuk kedalam penginapan dan bar.

Sho memasuki sebuah bangunan bertuliskan 'Guild' Sho berpikir mungkin dia akan mendapatkan informasi tentang High Human dari situ. Setelah memasuki Guild suasana langsung berubah drastis, Sho mulai merasakan banyak tatapan yang menatap nya. Sho berjalan menuju kearah resepsionis sembari berusaha menghiraukan pandangan dari orang orang yang terus menatap nya.

"Permisi... aku ingin bertanya tentang High Human..." Tanya Sho kepada resepsionis.

Seketika muncul seorang pria berbadan cukup besar dibelakang Sho. "Kau pikir High Human adalah mainan!? Anak kecil seperti mu tak sepantasnya bertanya tentang hal itu! pergi dari sini sebelum aku menendang mu keluar." Ancam pria berbadan besar tersebut dengan penuh amarah kepada Sho.

Sho pun berbalik-badan dan menatap kearah wajah Pria itu meskipun dia sedikit ketakutan. "Aku ini seorang High Human!" Balas Sho dengan penuh kepercayaan diri.

Seisi Guild yang awalnya dipenuhi bisikkan kini dipenuhi canda tawa, mereka mengejek Sho karena telah mengaku ngaku sebagai High Human. "Diam!" Teriak resepsionis yang berjaga.

"Biarkan aku memanggil kepala Guild untuk memastikan apakah dia memang benar seorang High Human atau bukan." Ucap resepsionis tersebut sembari berjalan menuju lantai atas.

"Hei Linda, kau hanya membuang buang waktu, bukankah sudah ada 12 orang yang mengaku ngaku sebagai High Human?" Ucap seorang pria yang duduk di meja sembari meminum alkohol miliknya.

Resepsionis yang bernama Linda tersebut tidak menghiraukan ucapan pria itu, dia tetap berjalan menuju ruangan kepala Guild. Tak butuh waktu lama, seorang wanita yang terlihat cantik dan tinggi berjalan disamping Linda yang sedang membawa bola sihir, ternyata sosok itu adalah Venica sang kepala Guild. "Jadi kau adalah bocah lelaki yang mengaku sebagai High Human" Ucap Venica sembari berjalan menuju Sho.

Venica memperhatikan Sho dengan seksama, dilihat dari penampilan Sho hanyalah seorang anak lelaki biasa. "Katakan kepadaku siapa namamu? dan sebutkan konstelasi mu. Lalu pegang bola sihir yang berada di tangan Linda..." Ucap Venica kepada Sho.

"Namaku Sho Noerant, konstelasi ku adalah Persephone." Jawab Sho dengan nada yang tegas.

Seisi Guild kembali tertawa karena Sho mengaku ngaku sebagai inkarnasi Persephone "Nak... Jika aku jadi kau aku tidak akan mengaku-ngaku hingga sejauh itu... kau pikir Persephone akan memilih bocah pembohong seperti mu hah?" Ucap seorang wanita yang duduk di meja makan makan dengan nada yang merendahkan dan mengejek.

"Aku tidak berbohong! aku bisa membuktikan nya!" Balas Sho dengan nada marah sembari berjalan menuju Linda yang memegang bola sihir.

Saat Sho menyentuh bola sihir tersebut, tiba-tiba cahaya hijau bersinar terang dari bola sihir. Sosok Persephone dalam wujud bintang bintang memunculkan dirinya dan berdiri disamping Sho terlihat sebuah buah delima berada di tangan kanan Persephone. Seketika seisi Guild menjadi hening, banyak orang yang terkejut karena mereka melihat konstelasi tingkat atas "Apakah dengan muncul nya kehadiran ku disini Sho akan di anggap sebagai High Human?." Ucap Persephone dengan nada yang lembut dan anggun.

Sebelum menghilang Persephone menoleh kearah Pria yang mengancam Sho, senyuman melengkung begitu tajam seakan-akan mengancam, buah delima yang berada ditangan nya membusuk dan menjadi abu hitam "Sepertinya kau cocok dijadikan pupuk untuk kebun ku yang berada dineraka." Ancam Persephone kepada Pria berbadan besar itu sebelum menghilang tanpa jejak.

"Selamat nak, sekarang kau adalah High Human yang kedua di desa Zeen ini!. Linda! buatkan dia kartu pengenal." Perintah Venica kepada Linda sembari memuji Sho.

Kini seisi Guild menerima kehadiran Sho dengan baik dan memuji nya karena berhasil menahan takut dan tetap bersikap tenang meskipun di-tertawa kan. Sho hanya bisa tersenyum dan bergabung dengan orang-orang guild untuk berpesta sebagai bintang dari pesta meriah yang dimulai secara tiba tiba. Walau Sho sedikit ragu ada seorang pria tua yang menyuruhnya untuk menikmati pesta nya. "Nikmat pesta nya nak, mungkin ini bisa jadi pesta terakhir mu." Ucap pria tua tersebut sembari tertawa.

Pesta Guild berlangsung begitu meriah, Sho kini merasakan kehangatan dari pesta yang sebenarnya, meskipun dia masih memikirkan kedua orang tua nya yang sudah tiada. Foto keluarga Sho tersimpan aman didalam saku celana miliknya.

Chapter 3: Aria Pixis

Pesta Guild yang berlangsung lama kini sudah berakhir begitu juga dengan matahari yang mulai tenggelam. "Nak Sho... untuk kartu pengenal mu sebagai High Human akan diselesaikan besok, datanglah kemari dihari esok." Ucap Venica kepada Sho.

Setelah mendengar apa yang diucapkan Venica, Sho pun menganggukkan kepalanya lalu berpamitan "Baiklah, terima kasih, aku akan kembali dihari esok!" Jawab Sho kepada Venica sembari berjalan menuju pintu keluar Guild.

Baru saja Sho keluar dari Guild, dia tak sengaja bertabrakan dengan seorang gadis yang mungkin seumuran dengan nya. Gadis tersebut memiliki perawakan yang cantik, rambut nya pendek sebahu serta memiliki warna biru gelap yang indah, terlihat juga mata berwarna kuning nya yang mengkilap didalam kegelapan. "Apa kau tidak apa-apa? maaf aku tidak memperhatikan jalan tadi." Ucap Sho sembari mengulurkan tangan kepada gadis itu untuk membantu nya berdiri.

"Terima kasih, aku baik baik saja" Gadis itu berterima kasih kepada Sho sembari memegang tangan Sho.

"Mengapa pria berwajah polos sepertimu baru saja keluar dari Guild?" Tanya gadis itu dengan penuh penasaran, mata nya bergerak dari atas kebawah seakan-akan menganalisis Sho.

"Aku berwajah polos? Apa yang kau maksud? aku ini Hig-" Seketika ucapan Sho dipotong oleh suara Persephone yang muncul tiba-tiba didalam kepalanya.

"Sho, aku merasakan kekuatan Apollo melapisi gadis itu. Berhati-hatilah terhadap nya." Bisik Persephone yang dimana nada bicara nya terasa waspada.

"Maksudku, aku baru saja mencari informasi dari Guild." Ucap Sho kepada gadis yang penasaran itu.

"Hmm... baiklah, kalau berjodoh mungkin kita akan berjumpa lagi." Ucap gadis itu sembari masuk kedalam Guild, meninggalkan Sho yang berdiri didepan pintu Guild.

Sho yang tak mau pikir panjang, dia menuruti perkataan Persephone lalu berjalan menuju area timur untuk mencari penginapan. 1 jam telah berlalu, Sho tidak kunjung menemukan penginapan yang kosong, karena kebanyakan penginapan itu penuh. "Sepertinya aku akan tidur di pohon lagi malam ini..." Gumam Sho sembari terus berjalan.

Sho pun beruntung dan mendapatkan informasi tentang penginapan yang masih memiliki satu kamar kosong, setelah Sho sampai disana, Sho langsung memesan satu kamar untuk bermalam selama 1 malam, gadis yang bertabrakan dengan Sho didepan Guild tadi tiba-tiba menyela "Bagaimana kalau kamar ini aku saja yang menyewa nya? aku akan membayar lebih." Ucap nya kepada seorang pria yang duduk di bangku resepsionis.

"Hei tidak bisa begitu, apakah ibumu tidak mengajari mu sopan santun!?" Balas Sho dengan nada yang sedikit membentak.

"Hah! memangnya kalau aku menyela kau bisa apa? lagipula aku bisa membayar lebih dari bayaran yang kau berikan" Jawab gadis tersebut dengan nada mengejek kearah Sho

"Asal kau tahu, sebaiknya kau jangan berurusan dengan ku, Aku ini High Human kau tahu?" Ucap Gadis tersebut sembari menunjukkan kartu pengenal miliknya, disitu tertulis nama Aria Pixis dan Apollo sebagai konstelasi nya.

Persephone benar, gadis bernama Aria ini adalah inkarnasi dari Apollo. Sho yang terbawa suasana membalas perkataan Aria dengan nada yang marah "Oh ya!? Aku juga seorang High Human!"

"Memangnya aku percaya dengan omong kosong-mu hah!? mana kartu pengenal mu?" Ucap Aria dengan nada yang tidak percaya dan mengejek.

"Aku memang tidak memiliki kartu pengenal, tapi aku bisa membuktikan nya!" Sho berkata dengan penuh percaya diri.

"Bisakah kalian berdua diam!" Ucap Resepsionis yang berjaga di penginapan.

"Kalian bedua terlalu berisik! mulai sekarang tinggalkan penginapan ku, tidak ada satupun dari kalian yang mendapatkan kamar." Ucap Resepsionis tersebut dengan nada yang tegas sembari mengusir Aria dan Sho keluar dari penginapan miliknya.

Setelah diusir pun Aria dan Sho masih saja berdebat "Oh hebat, karena kau yang berisik aku diusir!" Teriak Aria kepada Sho

"Bukan kah kau duluan yang memulai karena berusaha mencuri kamar yang ini aku sewa!?" Balas Sho dengan nada yang marah karena dia terbawa suasana.

"Kau mengaku sebagai High Human bukan? kalau begitu katakan siapa konstelasi mu dan buktikan kekuatan mu!" Ucap Aria dengan nada yang percaya diri bahwa Sho berbohong kepadanya.

"Namaku Sho Noerant, Konstelasi ku adalah Persephone." Jawab Sho kepada Aria.

"Itu lucu bahkan aku tidak bertanya siapa namamu, tapi... Persephone ya? kalau begitu tunjukkan kekuatan mu." Ucap Aria kepada Sho dengan nada yang merendahkan.

"Sho, kau sudah berkata terlalu banyak karena terbawa suasana. Sebaiknya berhenti disini dan pergi dari hadapan gadis itu." tegur Persephone dengan nada yang tegas kedalam kepala Sho.

Sho yang terlalu terbawa suasana menghiraukan teguran dari Persephone, dengan cepat Sho mencabut kalung yang berada di leher nya "Akan ku tunjukkan bahwa aku seorang High Human!" Sho menggenggam dengan erat kalung yang dia pegang.

"Persephone jawab panggilan ku!" teriak Sho dengan lantang sembari mengangkat tangan kanan nya yang memegang kalung

setinggi mungkin.

Tidak ada yang terjadi. Tak ada reaksi apapun dari kalung Sho, kalung tersebut tidak berubah menjadi Bident bahkan tidak mengeluarkan cahaya sedikitpun. "Ahahaha... " Aria tertawa terbahak-bahak melihat Sho yang bertingkah konyol.

"Ternyata benar kau hanyalah pembohong... aku sudah membuang-buang waktuku hanya untuk melihat mu berpose konyol." Ucap Aria dengan nada kecewa lalu berjalan pergi.

Sho tertegun dan terkejut karena tidak ada reaksi apapun dari Persephone.

"Hei Tunggu! Aku akan menunjukkan nya! Jangan pergi!" Teriak Sho kepada Aria yang berjalan meninggalkan nya sendirian.

Setelah Aria pergi cukup jauh, Persephone mulai berbisik kepada Sho. "Kau membuat ku kecewa Sho, kau terlalu terbawa suasana dan emosi mu sehingga menghiraukan teguran ku." Ucap Persephone kedalam kepala Sho, nada bicara nya terdengar kecewa.

"Kenapa kau tidak menuruti perintah ku untuk memunculkan Bident!" Balas Sho kepada Persephone, nada bicara Sho terdengar marah.

"Dengarkan aku Sho, Apollo adalah konstelasi yang menaungi gadis itu. kau tidak perlu berhubungan dengan nya." Ucap Persephone dengan suara nya yang mendesis seperti ular.

Sho berjalan menuju pinggiran desa Zeen dan melompat keatas tembok penghalang hanya untuk pergi menuju pohon beringin yang ada di samping tembok. "Memangnya hubungan mu dengan Apollo seburuk itu?" Tanya Sho kepada Persephone dengan nada penasaran, namun tak ada jawaban dari Persephone.

Sho melompat keatas pohon beringin tersebut dan menggantung tas bawaan nya ke-ranting pohon. Setelah menunggu agak lama tak ada jawaban dari Persephone meskipun Sho masih menunggu jawaban darinya. "Baiklah, aku minta maaf karena terbawa emosi tadi." Sho meminta maaf kepada Persephone lalu berbaring di ranting pohon yang cukup tebal untuk beristirahat.

Persephone masih tidak menanggapi Sho, hal ini membuat Sho tertidur karena menunggu jawaban terlalu lama, belum lagi hari sudah sangat gelap gelap, belum lagi disekitaran pohon beringin ini begitu menenangkan karena jauh dari keramaian. Usai Sho tertidur ranting-ranting pohon dan dedaunan bergerak dengan sendiri nya untuk menyelimuti tubuh Sho dan melindungi nya dari marabahaya, serta beberapa daun juga menutupi tas bawaan Sho

Disisi lain, terlihat Aria yang memantau Sho dari atas tembok penghalang. Aria terkejut melihat ranting dan dedaunan pohon bergerak dengan sendirinya untuk menyelimuti dan melindungi Sho yang tertidur. "Wow seperti nya dia tak sepenuhnya berbicara omong kosong." Gumam Aria dari kejauhan sembari berjalan menjauh untuk mencari penginapan lain nya.

Matahari terbit dan bersinar, ranting pohon dan dedaunan kembali bergerak sendirinya, dedaunan yang menutupi tas milik Sho pun berjatuhan, lalu cahaya matahari bersinar terang mengenai Sho tepat kearah wajahnya sehingga Sho terbangun, dan ranting pohon bergoyang dengan sendirinya, Karena efek goyangan dari ranting yang menopang tubuh nya, Sho pun terjatuh dari ranting pohon beringin tersebut. "Ack! itu menyakitkan..." Gumam Sho kepada dirinya sendiri sembari mengelus-elus punggung nya yang sakit.

Mungkin ini bentuk dari kekesalan Persephone, namun siapa yang tahu?. Sho pun berdiri lalu naik keatas pohon kembali untuk mengambil tas nya yang digantung. "Hm? Seperti nya aku beruntung karena aku tidak dirampok malam tadi." Gumam Sho sembari turun dari pohon kembali.

Padahal alasan tas Sho tidak dirampok itu ada dua: /pertama tas milik Sho ditutupi oleh dedaunan, dan yang kedua Sho tidur di liar tembok pembatas desa Zeen, belum lagi daerah itu sangat sepi dan jauh dari keramaian. "Saatnya mengambil kartu pengenal ku sebagai High Human!" Ucap Sho dengan antusias sembari berlari menuju Guild.

Tak perlu waktu lama, Sho akhirnya tiba di Guild, meskipun hari masih pagi tapi Guild masih saja ramai akan pengunjung, saat Sho masuk Linda memanggil Sho, lalu menyuruhnya untuk datang ke meja resepsionis "Sho kemari! Kartu pengenal mu sebagai High Human telah siap." Ucap Linda dari meja Resepsionis.

Tak mau pikir panjang, Sho pun menghampiri Linda dan mengambil tanda pengenal milik nya. Tanda pengenal itu berwarna cokelat dan menggunakan bahan utama pohon oak. Nama Sho tertulis beserta nama Persephone disana, dipinggiran kartu nya terdapat lapisan perak yang mengkilap. "Terima kasih Nona Linda..." Sho menundukkan kepala nya lalu berjalan menuju pintu keluar Guild.

Sebelum Sho sampai di pintu keluar, Aria menghadang nya. "Tidak secepat itu. Mengapa kau tidak mengeluarkan kekuatan milikmu dimalam tadi dan mempermalukan dirimu sendiri." Ucap Aria dengan nada kesal sembari menatap kedua mata Sho, kini Aria dan Sho bertatapan.

"Minggir, aku ada tempat yang harus ku tuju." Ucap Sho Kepada Aria dengan nada yang datar.

Sho berjalan melewati Aria begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata lagi. Sho bertekad untuk tidak terbawa emosi lagi seperti malam tadi, dia berharap bahwa Persephone mungkin akan memaafkan nya jika dia menjauhi Aria. "Baiklah kalau itu mau mu, aku tak akan menggangu mu lagi. Dasar Pria bodoh." Ucap Aria kepada Sho sembari berjalan menuju meja makan.

Sho tidak menghiraukan ucapan Aria, dan pergi keluar dari Guild untuk mempersiapkan bekal perjalanan nya untuk pergi menuju Ibukota Vixen.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!