"Tadi kata bi Tinah , Sofia pergi ke kantor kamu mengantar makan siang, tapi sampai sore begini dia belum pulang. Jadi dia tidak bersamamu sekarang...?" tanya bu Irma.
"Tidak mah, Sofia tidak datang ke sini..." jawab Rico.
"Ke mana dia ya...?" tanya bu Irma.
Bu Irma mengakhiri panggilan telponnya. Sedangkan Rico langsung menghubungi nomor Sofia dengan perasaan was- was.
"Baby, kamu telpon siapa...?" tanya Viviana sambil menarik tangan Rico.
"Sebentar baby, aku mau menghubungi Sofia dulu..." Rico mengusap pipi Viviana. Lagi- lagi Viviana memanyunkan bibirnya.
Pada dering ketiga, Sofia mengangkat telponnya.
"Halo.." ucap Sofia dari sebrang telpon.
"Halo sayang, kamu ada di mana...?" tanya Rico mencoba bersikap tenang.
Mendengar Rico memanggil Sofia dengan sebutan sayang, Viviana merasa cemburu. Dia tiba- tiba memukul dada Rico, hingga Rico meringis.
"Aku ada di mall, ada apa...?" tanya Sofia dengan suara datar.
"Oh... oya sayang ... apa tadi kamu datang ke kantor...?" tanya Rico.
"Iya..." jawab Sofia.
Rico kaget dan panik mendengar jawaban Sofia. Bagaimana jika Sofia melihat apa yang dia baru saja lakukan bersama Viviana, pasti akan menjadi masalah besar.
"Tapi aku langsung pulang karena menurut sekertarismu, kamu tidak ada di kantor, kamu lagi meeting sama Viviana..." ucap Sofia.
Rico bisa bernafas dengan lega mendengar ucapan Sofia. Kalau Sofia langsung pulang berarti dia tidak melihat apa yang baru saja dia lakukan dengan Viviana.
"Oh...i..iya... Tadi mas memang meeting sama Viviana..." sahut Rico.
Sementara itu diujung telpon sana Sofia tersenyum getir mendengar ucapan Rico yang mengatakan bahwa dia baru saja meeting bersama Viviana.
"Kamu cepat pulang ya, tadi mama mencarimu, mungkin dia sedang butuh bantuan kamu..." ucap Rico.
Sementara itu Viviana sibuk menciumi muka Rico dan tangannya mulai melepaskan kain penutup tubuh bagian bawah Rico.
"Oya sayang, apa kamu bawa mobil sendiri...?" tanya Rico sedikit mend*sah karena Viviana sudah berhasil melepaskan pakaian bagian bawahnya dan dia dengan lembut memainkan benda milik Rico.
"Iya, aku bawa mobil sendiri..." jawab Sofia dengan suara bergetar karena tentu saja dia bisa mendengar d*s*han sang suami dari ujung telpon sana.
"Iya sayang ,cepat pulang ya, hati- hati di jalan. Aku tutup telponnya..." ucap Rico dengan suara berat karena Viviana terus memainkan benda miliknya dengan gerakan maju mundur.
Rico segera mematikan sambungan telponnya karena sudah tidak tahan dengan ulah Viviana.
"Aaahhhh... Baby kamu nakal sekaliii....Aku balas kamu ya..."
Tanpa aba- aba lagi Rico langsung mengarahkan miliknya ke dalam milik Viviana sambil memeluk tubuh Viviana dan bibirnya menelusuri leher jenjangnya. Iya, mereka melanjutkan aktifitas yang tadi sempat tertunda.
🐓🐓🐓🐓🐓
Mobil Sofia memasuki halaman rumah Rico, lalu masuk ke dalam garasi. Sofia langsung turun dari mobil kemudian dia masuk ke dalam rumah. Sofia terus berjalan melewati ruang tengah lalu menaiki anak tangga hendak menuju kamarnya.
"Dari mana saja kamu Sofia, sudah sore begini baru pulang...? Mama pulang kamu tidak ada di rumah. Kamu tahu kan hari ini bi Timah pulang kampung...? Harusnya kamu di rumah dong waktu bi Tinah pergi..." tanya bu Irma yang sedang duduk di ruang tengah.
Sofia menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan menghadap Bu Irma.
"Maaf mah, tadi Sofia abis dari toko buku..." jawab Sofia asal saja.
Bu Irma mendekat ke arah Sofia dan memperhatikan wajah Sofia dengan seksama.
"Kamu kenapa Sofia...? Mata kamu merah. Apa kamu habis menangis...?" tanya bu Irma.
"Ehm...nggak... Sofia hanya kelilipan saja kok mah..." jawab Sofia sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Oh..."
"Sofia ke kamar dulu mah..." ucap Sofia lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Sampai di dalam kamar Sofia langsung mengunci pintu. Dia melempar tasnya ke tempat tidur. Sofia kembali menangis dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Sofia menangis pilu mengingat apa yang dilakukan oleh Rico bersama Viviana di ruang kerjanya.
Tentu saja hati Sofia begitu sakit bagai ditusuk sembilu. Suami yang begitu dia cintai telah berkhianat dengan orang yang sangat dia kenal. Iya, selama perusahaan keluarga Wardhana menjalin kerja sama dengan perusahaan milik Rico, hubungan keluarga mereka dengan keluarga Rico di luar pekerjaan pun begitu dekat.
Viviana dan mamanya beberapa kali datang ke rumah untuk makan malam. Tahu bahwa mereka adalah penanam modal di perusahaan Rico, Sofia pun bersikap baik pada mereka dan selalu menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka.
Bu Merry dan Viviana begitu menyukai masakan Sofia. Kata mereka masakan Sofia tidak kalah enak dengan rasa masakan di restauran mahal. Tentu saja Sofia begitu tersanjung dengan pujian mereka karena masakannya disukai oleh salah satu keluarga kaya raya di indonesia.
Semenjak menikah dengan Rico, Sofia tidak ada kegiatan lain selain mengurus pekerjaan rumah tangga. Ya tentu saja dia tidak mengerjakan sendiri, tapi dibantu oleh bi Tinah.
Sofia yang memang hobi memasak pun mempelajari resep- resep baru. Baik dari bi Tinah maupun melihat resep di video yang beredar di sosial media. Berbagai resep masakan baik masakan nusantara maupun asia, sampai dengan western sudah Sofia coba. Hasilnya sungguh enak. Karena Sofia menuruni bakat sang ibu yang juga pandai memasak.
Setiap bu Merry dan Viviana datang ke sini Sofia selalu melayani mereka dengan baik. Dia juga cukup akrab karena sering ngobrol sharing tentang banyak hal. Sofia mengakui bahwa Viviana dan bu Merry orang yang enak diajak bicara dan tidak sombong. Sofia merasa nyaman bicara dengan mereka. Begitu juga dengan bu Irma yang makin akrab dengan mereka bahkan bu Irma meminta Viviana untuk memanggilnya mama sama seperti Rico dan juga Sofia.
Di depan Sofia, bu Irma mengatakan bahwa dia sudah menganggap Viviana seperti anaknya sendiri karena dia tidak punya anak perempuan. Viviana pun menurut, dia memanggil bu Irma dengan sebutan mama. Sofia tidak keberatan bahkan dia senang akan hal itu. Sofia juga menganggap Viviana sebagai adik sendiri, karena umur mereka hanya beda tiga tahun saja dari Sofia.
Dan setiap Sofia membawakan makan siang untuk Rico, dia juga membawakannya untuk Viviana. Sofia benar- benar tulus menyayangi Viviana. Tapi Sofia tidak pernah menyangka jika Viviana tega menusuknya dari belakang. Viviana tega berselingkuh dengan suaminya.
"Tega kamu mas... Tega... Hik...hik.. Apa salah aku sama kamu mas...? Apa....? hik..hik... Semua sudah aku lakukan buat kamu... Kurang berbakti apa lagi aku sama kamu...? Hikkk.hik... Tapi kamu tega mengkhianati aku hik...hik..." tangisan Sofia begitu menyayat hati.
Iya tentu saja Sofia begitu sedih dan sakit hati. Pengorbanannya selama ini terasa sia- sia.Dia sudah banyak berkorban untuk Rico.
Dia bahkan rela mengorbankan karirnya demi menikah dengannya. Sofia rela hanya menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan cita- citanya menjadi desainer terkenal.
Sofia juga dengan tulus merawat bu Irma ketika dia menderita kanker payudara. Sofia merawat sang mertua dengan penuh kasih sayang sampai dia sembuh.
Tapi apa balasan Rico sekarang. Dia sama sekali tidak menghargai semua pengorbanan Sofia, dia tega mengkhianati cinta Sofia yang tulus padanya. Dia tega menodai pernikahannya dengan berselingkuh dengan Viviana.
Ponsel Sofia berbunyi menandakan pesan masuk. Sofia mengambil ponselnya lalu membaca pesan tersebut. Ternyata pesan dari Rico. Rico memberitahu Sofia bahwa malam ini dia akan pulang terlambat karena ada pertemuan dengan klien penting dari luar negri.
Sofia hanya membaca saja pesan dari Rico tanpa mau membalasnya. Sofia melempar ponselnya ke tempat tidur.
Namun beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Rico menelponnya. Mungkin Rico tahu jika Sofia ngambek karena dirinya pulang malam, makanya dia tidak membalas pesan darinya.
Pada dering ke empat Sofia baru mengangkat panggilan dari Rico.
"Halo..." ucap Sofia sambil menghapus air mata di kedua pipi.
"Halo sayang, maafkan aku ya, hari ini aku harus pulang malam. Ada klien yang mendadak ingin ketemu untuk membahas kerja sama..." ucap Rico.
"Iya aku tahu, bukannya tadi kamu sudah memberitahuku lewat pesan..." sahut Sofia.
"Iya, tapi kamu tidak membalas pesanku tadi, aku khawatir kamu marah sayang..." ucap Rico.
"Kapan aku marah sama kamu mas, bukannya setiap hari kamu selalu pulang larut malam ...?" sahut Sofia dengan nada dingin.
"Iya sayang, sekali lagi maafkan aku ya, di kantor lagi banyak banget kerjaan. Nanti kalau kerjaanku udah nggak banyak , aku akan pulang lebih cepat. Nanti kita bisa pergi berdua, dan nonton film..." ucap Rico.
"Kamu tidak usah janji mas, janji kamu yang kemarin saja belum kamu penuhi kan...?"
"Iya makanya aku minta maaf karena aku terlalu sibuk sekarang. Tolong kamu pahami keadaanku sayang..." ucap Rico.
"Kapan aku tidak memahami keadaan kamu mas...? Selama ini aku selalu menurut sama kamu. Aku tidak pernah membantah ucapan kamu kan...?" tanya Sofia kesal.
"Iya sayang, kamu memang istri yang baik dan patuh. Aku sangat mencintai kamu sayang. Terima kasih sudah menjadi istriku yang begitu pengertian padaku..." ucap Rico.
"Ya udah, aku tutup telponnya ya. I love you sayang..." ucap Rico.
Sofia hanya diam saja tidak menyahut ucapan sang suami.
"Sayang, kok kamu diam saja...? Kamu tidak mau menjawab ucapanku tadi...?" tanya tanya Rico.
"I love you too..." jawab Sofia sambil mengepalkan telapak tangannya.
"Terima kasih sayang...." sahut Rico.
Sambungan telpon pun berakhir. Sofia kembali menangis.
🐓🐓🐓🐓🐓
Malam harinya pukul satu dini hari Rico baru pulang ke rumah.Sofia tentu saja sudah tertidur pulas. Namun dia terbangun mendengar pintu kamar terbuka dan Rico masuk ke kamar mandi. Hanya saja Sofia masih pura- pura tidur. Tak lama kemudian Rico yang sudah berganti pakaian dengan piyama naik ke tempat tidur dengan perlahan supaya tidak membangunkan Sofia.
Perlahan Rico mendekat ke arah Sofia. Beberapa saat lamanya Rico menatap wajah Sofia yang tertidur pulas. Rico mengusap lembut pipi mulut Sofia dengan kedua jarinya. Kemudian Rico mengecup lembut kening Sofia.
Tiba- tiba ponsel Rico berdering. Rico kaget dan segera mengambil ponselnya dia atas nakas. Sambil menoleh ke arah Sofia, Rico mengangkat telponnya.
"Halo baby..." ucap Rico setengah berbisik takut membangunkan Sofia.
"Sudah.... aku sampai rumah, baby... Sudah ya aku mau istirahat. Badan aku capek sekali . Tenagaku habis gara- gara kamu baby. Kamu luar biasa sekali malam ini baby.. Aku jadi ingin bersama kamu terus baby..."
"Iya... Iya... Besok kita habiskan malam berdua lagi... Sudah ya, takut Sofia bangun... Selamat tidur baby. I love you..."
Rico lalu mengakhiri sambungan telponnya. Kemudian Rico kembali menatap wajah Sofia dan memastikan bahwa Sofia tidak mendengar percakapannya bersama Viviana di telpon.
Rico langsung membaringkan tubuhnya di samping Sofia karena malam ini dia begitu capek. Iya, sebenarnya malam ini dia tidak menemui klien. Tapi dia pergi ke hotel bersama Viviana. Dia menghabiskan malam bersama Viviana untuk bersenang- senang. Entah berapa kali dia dan Viviana melakukan hubungan suami istri di kamar hotel tersebut.
Tentu saja setiap sampai di rumah dia selalu merasa capek karena tenaganya sudah dikuras habis oleh Viviana. Iya, tubuh Viviana begitu menggoda di mata Rico. Servisnya di atas ranjang pun begitu membuat Rico puas. Dia begitu agresif dan lincah ketika sedang begulat bersamanya. Bahkan Viviana selalu mendominasi di setiap kali permainannya.
Iya, walaupun Viviana seorang perempuan muda tapi ketika di atas ranjang dia begitu jago memuaskan Rico. Rico selalu dibuat ketagihan oleh Viviana.
Bagaimana mungkin Rico tidak betah selalu berada di samping Viviana. Apa yang tidak dia dapatkan dari Sofia dia dapatkan dari Viviana. Kepuasaan yang dia dapat Viviana berkali- kali lipat dari kepuasan yang dia dapat dari Sofia.
Tentu saja Rico lebih memilih menghabiskan malam bersama Viviana dibanding Sofia. Di mata Rico, Sofia dan Viviana adalah dua perempuan yang jauh berbeda. Sofia perempuan yang lemah lembut, keibuan dan dewasa, tapi dia pasif ketika di atas ranjang. Sedangkan Viviana kebalikannya. Dia perempuan yang ceria, centil, kekanak- kanakan namun menggoda, dan yang paling Rico sukai dia sangat aktif ketika di atas ranjang dan selalu bisa memuaskannya.
Namun ada satu yang hanya dia dapat dari Viviana dan hanya Rico bisa dapatkan dari Sofia, yaitu kepatuhan dan ketulusan. Sofia begitu patuh dan selalu melayani Rico. Sedangkan ketika bersama Viviana, Rico lah yang melayani serta memanjakannya bak seorang ratu. Dan itu Rico lakukan dengan senang hati, toh dia juga mendapatkan servis yang memuaskan di atas ranjang dari Viviana.
Di mata Rico, antara Sofia dan Viviana tetap saja pemenangnya adalah Viviana. Karena bagi laki- laki yang dalam keadaan sehat jasmani ,kepuasan di atas ranjang lah yang lebih utama dari pada lainnya. Menurut Rico sepatuh apapun seorang istri, belum sempurna kalau ketika di atas ranjang belum bisa melayani secara maksimal.
Walaupun begitu Rico tidak mau menyakiti Sofia , dia akan terus menyembunyikan hubungannya dengan Viviana. Baginya Sofia tetaplah yang utama. Cintanya pada Sofia tidak akan pernah berubah walaupun kini telah hadir perempuan lain dalam kehidupannya.
Setelah mengetahui bahwa sang suami telah tertidur pulas, Sofia membuka matanya. Sofia menatap wajah sang suami yang sudah tidur. Terdengar dengkuran halus yang menandakan dia sudah dengan pulas.
Sofia memiringkan badannya memunggungi Rico. Sofia lalu terisak. Air matanya tak berhenti mengalir. Iya, tentu saja dia tadi mendengar percakapan antara Rico dengan Viviana. Dari percakapan tadi,Sofia tahu bahwa suaminya tidak menemui klien, tapi dia baru saja bersenang- senang dengan Viviana. Kata- kata vulgar Rico yang mengatakan Viviana begitu luar biasa , hingga membuatnya ingin selalu berada di dekat Viviana pun membuat panas telinganya.
Iya, bagaimana mungkin suaminya bisa bicara seperti itu pada perempuan lain. Itu sangat menjijikan dan menyakitkan bagi Sofia.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Salsabiela
oh ya ampun Thor,. aq emosi 😡😡
2025-04-20
0