"Emang bulu apa sih yang kalian cari?"
"Bulu angsa emas."
"Bulu angsa emas?"
"Iya, bulu angsa emas, kalau tidak ada bulu itu, kita tidak akan bisa kembali ke langit."
"Apa! Kembali ke langit!" pekik Wira nampak kaget. Untuk beberapa saat mata Wira menatap satu persatu wanita dihadapannya.
Namun tak lama setelahnya, suara tawa Wira malah menggelegar sangat kencang. "Hahaha ... kalian bercanda? Hahaha ... mana ada bulu yang bisa membawa kalian terbang ke langit, hahaha ..."
Ketujuh wanita yang ada di sana malah mengerutkan keningnya, dan mereka saling pandang satu sama lain.
"Apa ucapan kita terdengar lucu? Kok manusia ini seperti sedang menghina kita?" tanya wanita berbaju biru kepada teman-temannya.
"Loh, nyatanya emang kalian lucu," seru Wira disela sela suara tawanya. "Mana ada manusia yang bisa terbang ke langit hanya dengan sehelai bulu? Hahaha..."
Tawa penuh ejekan semakin menggelegar membuat ke tujuh wanita yang mendengarnya menjadi semakin kesal. Tapi mereka memilih tak menghiraukannya daripada memberi penjelasan yang lebih rinci.
Ketujuh wanita itu memang tidak mungkin mengatakan siapa mereka sebenarnya kepada manusia karena suatu aturan yang mengikat mereka.
Wira masih tertawa dengan keras sembari menatap ketujuh wanita yang terdiam penuh kebingungan. Namun tak lama kemudian, suara tawa Wira mendadak berhenti saat matanya tidak sengaja memandang pancaran cahaya dari atas langit. Bahkan mulut Wira terbuka lebar dengan mata membelalak begitu cahaya tersebut semakin semakin dekat.
"Mahadewi!" seru ke tujuh wanita secara bersamaan begitu cahaya yang dilihat Wira semakin turun mendekat bumi. Para wanita itu langsung berlutut dengan wajah ketakutan.
Wira sendiri masih melongo tanpa suara. Matanya bahkan hampir tidak berkedip saat melihat sosok cantik berbalut baju putih.
"Kalian lancang!" murka Mahadewi begitu telapak kakinya menyentuh rumput. Dari sorot matanya jelas sekali, wanita yang dipanggil Mahadewi itu sedang dalam amarah yang cukup besar.
"Bisa-bisanya kalian menyelinap turun ke bumi. Apa kalian tidak berpikir akibatnya, karena berani melanggar aturan langit!"
"Ampun, Mahadewi, ampuni kami," wanita berbaju biru langsung bersujud memohon ampun. Hal itu juga dilakukan enam wanita lainnya dengan segala penyesalan dan ketakutan yang mereka rasakan saat ini. "Kami mohon ampun, Mahadewi."
"Kalian tahu larangan dari mahadewa itu seperti apa, tapi kenapa kalian malah melanggarnya!" Mahadewi menunjukan kemurkaannya. "Sekarang, Mahadewa sedang murka karena ulah kalian ini."
Ketujuh wanita itu terus menunduk. Mereka bahkan sampai menitikan airmata karena rasa takut dan sesal yang menyeruak dalam benak mereka.
Wira sendiri hanya bisa terpaku dengan mata terus menatap drama yang sedang terjadi di hadapannya dengan benak penuh tanya.
"Bahkan, yang lebih parahnya, ada manusia yang melihat wujud kalian? Kalian tahu bukan, hukuman berat apa, yang akan kalian dapatkan!" Mahadewi kembali bersuara lantang dengan menatap tajam ke arah tujuh wanita yang bersimpuh.
"Sekarang bersiaplah, kalian harus segera kembali ke langit, sebelum Mahadewa tahu kalau kalian bertemu dengan manusia."
Wajah ketujuh wanita seketika menegang. Mereka saling pandang satu sama lain. Rasa takut semakin menjalar dalam darah mereka sampai mereka bingung, apa yang harus mereka sampaikan saat ini.
Satu satunya alat yang bisa membuat mereka kembali ke langit telah mereka hilangkan, dan hal itu pasti akan membuat Mahadewi semakin murka.
"Kenapa kalian diam?" Mahadewi kembali bersuara agak pelan. "Cepat, kembali ke langit! Apa kalian ingin dihukum oleh Mahadewa?" Mahadewi menatap ketujuh wanita itu dengan tatapan mengintimidasi.
"Mereka telah kehilangan bulu angsa emas katanya," tiba-tiba Wira menyeletuk.
Melihat para wanita yang sedang dimarahi, entah kenapa timbul rasa iba dalam benak pemuda itu. Dari apa yang tadi dia saksikan, Wira sadar kalau tujuh wanita cantik itu tidak berbohong.
Awalnya Wira merasa ini hanya mimpi, tapi saat dia memukul pipinya sendiri dengan keras, Wira merasakan kesakitan hingga menyadari kalau apa yang terjadi di hadapannya adalah nyata.
"Apa! Bulu angsa emas hilang?" dengan tatapan tidak percaya, Mahadewi menatap penuh selidik satu persatu ketujuh wanita yang sedang bersimpuh. "Apa benar bulu angsa emas kalian hilang? Jawab!"
"Ampuni kami, Mahadewi, ampuni kami," ketujuh wanita itu tidak bisa berkilah lagi, Dengan berurai airmata, mereka terpaksa mengakuinya. Mahadewi begitu syok mendengarnya. Bahkan dia sampai terguncang beberapa langkah ke belakang dengan mulut sedikit terbuka.
"Bagaimana bisa?" sekarang suara Mahadewi terdengar lirih dan matanya juga memerah sampai mengembun. "Bagaimana kalian bisa seceroboh itu? Kalian keterlaluan!"
Tangis ketujuh wanita itu semakin pecah. Mereka jelas tahu apa yang akan mereka dapatkan setelah kehilangan bulu angsa emas. Niat hati turun ke bumi untuk bersenang senang sejenak, tapi mereka malah mendapatkan musibah yang tidak terduga.
"Bersiaplah untuk mendapatkan hukuman yang lebih berat," ucap Mahadewi terdengar sangat pilu. "Untuk yang satu itu, aku tidak bisa membantu kalian. Mungkin Mahadewa memang sudah mengetahui kesalahan kalian dari awal. Maka itu, bulu angsa kalian sengaja dia hilangkan. JIka kalian ingin kembali ke langit, carilah bulu angsa emas itu."
"Bagaimana caranya, Mahadewi?" tanya wanita berkain ungu dengan air mata yang terurai.
"Aku tidak tahu," jawab Mahadewi lirih. "Mungkin ini memang hukuman Mahadewa agar kalian lebih lama tinggal di bumi dan menjalani hidup sebagai manusia."
"Aku tidak mau, Mahadewi, ampuni aku," wanita berkain kuning merengek, disusul oleh yang lainnya.
"Kalau kalian tidak mau dihukum, kenapa kalian melanggar aturan langit?" Mahadewi kembali menunjukan amarahnya. Tujuh wanita itu seketika terbungkam. "Sekarang, jalani saja hukuman kalian sampai kalian menemukan bulu angsa emas."
Tangan Mahadewi lalu bergerak seperti menebar sesuatu ke atas rumput, dan betapa terkejutnya Wira saat melihat keajaiban lain yang baru saja terjadi di depan matanya.
Di sana, di atas hamparan rumput, di depan tujuh wanita, Mahadewi dengan tangannya mengeluarkan koin emas dalam jumlah yang cukup banyak. Tentu saja Wira melongo tak bersuara menyaksikan itu semua.
"Itu koin emas buat bekal kalian di sini. Pergunakanlah dengan bijak. Jaga diri kalian dan berhati hatilah. Jangan sampai ada manusia lain yang mengetahui asal-usul kalian. Jika sampai itu terjadi, maka kalian pasti akan berada dalam bahaya yang lebih besar," ucap Mahadewi penuh penekanan, lalu dia menatap Wira yang masih terdiam dengan segala rasa takjub yang Wira rasakan. "Hai manusia! Aku minta sama kamu, jadilah pelindung tujuh bidadari ini dan rahasiakan keberadaan mereka."
"Aku? Menjaga mereka? mana bisa! Aku aja tidak tahu saat ini ada dimana, kenapa kamu malah nyuruh aku seenaknya gitu? Maaf aku Nggak mau," tolak Wira.
Mata Mahadewi melebar dam kembali kesal. Wanita itu seketika membuka telapak tangannya dan menatap Wira dengan tatapan tajam. Dari telapak tangan itu, keluarlah sebuah cahaya yang sangat menyilaukan.
Wira yang tadinya nampak biasa saja, seketika merasa panik karena cahaya yang keluar dari telapak tangan Mahadewi seperti sedang menarik tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Wira rezeki nomplok tuhhh dapat tujuh sekaligus
2025-04-21
0
Apriyanti
lanjut thor 🙏
2025-04-12
1