Paul berjalan menuju ke tempat Stefan dengan harap-harap cemas. Satu sisi dia memang harus melakukan perintah tuannya yakni Esme, tapi di sisi lain nyalinya tidak besar ketika harus berhadapan sengan Stefan.
" Baginda, saya Paul datang menghadap."
" Hmm ya, ada apa Paul?"
Stefan terlihat sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Awalnya Paul merasa raung menyampaikan perintah Esme. Tapi dia harus patuh terhadap sebuah perintah dari Ratu negera ini.
" Baginda, ini adalah beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Baginda." Sembari bicara begitu, Paul menyodorkan tumpukan kertas beserta jadwal pertemuan yang sebenarnya semuanya adalah milik Esme.
Stefan mengerutkan kedua alisnya ketika membaca beberapa yang tertulis di kertas. Ia pun berkata," Lho, ini bukannya pekerjaan Ratu? Laku mengapa kau memberikannya padaku?"
" Betul Baginda. Dan maaf atas kelancangan saya, tapi Baginda Ratu berkata bahwa beliau enggan untuk bekerja."
" Apa, Ratu tidak mau bekerja?"
Stefan terkejut bukan main. Ini jelas bukanlah sifat Esme. Stefan sudah mengenal Esme dari kecil. Esme adalah wanita yang memiliki ambisi besar dan juga pekerja keras. Jadi rasanya janggal saja ketika Paul berkata bahwa Esme tidak mau melakukan apa-apa.
Sreek
Stefan bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar ruangan. Tujuannya tentu saja ke tempat sang ratu berada. Sebagai seorang ratu, Esme memang lebih banyak bergerak dalam bidang ekonomi ketimbang politik. Namun bukan berarti Esme tidak mengerti politik. Bahkan dukungan dari para bangsawan yang bergerak dalam bidang perdagangan banyak ke arah Esme.
Hampir setengah dewan legislatif menjadi pendukung Esme. Ini pun pernah menjadi ketakutan bagi pendukung Stefan. Karena raja dianggap kalah dari ratu. Tidak sedikit yang berkata bahwa Esme sendiri pun mampu memegang kendali Vasilica tanpa adanya Stefan.
"Ratu ku, apa kau sedang tidak enak badan?"
"Hmm, tidak Baginda. Saya baik-baik saja."
"Esme, kenapa kau tiba-tiba bicara formal padahal hanya ada kita berdua di sini. Apa kau sedang merajuk padaku, hmm?"
Memang benar, Esme selalu bicara santai dengan Stefan ketika mereka bersama. Apalagi mereka memang teman masa kecil atau lebih tepatnya mereka sudah ditunangkan sedari kecil. Jadi keduanya sangat dekat dan mengenal satu dengan yang lain lebih dalam.
Terkadang Esme merasa hubungan pernikahannya dengan Stefan tidak terasa seperti suami istri. Esme merasa mereka lebih seperti hubungan dengan rekan atau partner kerja. Cinta dan sayang, Esme tidak tahu bagaimana deskripsinya. Ia bertindak sebagai Ratu dan istri sepenuhnya karena itu memang tugas dan posisinya. Bahkan melayani Stefan pun itu karena tugasnya sebagai istri.
"Entahlah Baginda, saya hanya merasa tidak pantas bicara santai kepada Anda. Oh iya Baginda, bagaimana kalau kita bercerai saja?"
"Apa? Kenapa kamu tiba-tiba berkata seperti tu. Cerai? Apa kau tidak salah? Apa semua ini gara-gara Jenna? Dia hanya akan aku jadikan selir. Kau tetaplah istriku yang sah, Esme."
Ekspresi terkejut begitu memenuhi wajah Stefan. Dia sama sekali tidak menduga bahwa Esme akan bicara tentang perceraian. Ketika menyetujui Stefan mengambil seorang selir, Esme bersikap biasa saja dan tentunya setuju-setuju saja tanpa berkomentar apapun.
Tapi sekarang tiba-tiba Esme bicara tentang perceraian, itu tentu sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Stefan.
"Ratu ku, apa kau cemburu dengan Jenna. Sungguh dia hanya akan jadi selir saja, dia hanya akan melahirkan anak kita."
"Mana ada anak kita? Anak yang akan lahir nanti itu adalah anak Anda dan dia. Saya hanyalah orang lain. Dan saya juga tidak ingin membesarkan anak wanita lain. Nanti pun anak itu yang akan jadi penerus Anda, bukan? Jadi mari kita bercerai saja. Dan angkatlah wanita itu jadi istri Anda yang sah. Saya tidak ingin jadi Ratu pajangan."
Degh!
Kata-kata Esme membuat Stefan tertohok. Ia merasa bahwa Esme tidak seperti biasanya. Ia merasa Esme tengah bicara yang tidak-tidak.Tapi sebenarnya apa yang dikatakan oleh Esme baru saja bisa Stefan pahami. Wanita yang melahirkan keturunan raja tentu akan mendapat penghormatan dan kedudukan yang tinggi.
"Kau sedang lelah, Esme. Jadi istirahatlah. Katanya kau juga tidak mau bekerja, sekarang gunakan waktu liburmu sepuasnya.Aku yakin semua yang kau katakan tadi karena tubuh dan pikiranmu lelah. Aku akan pergi, istirahatlah."
Stefan meninggalkan Esme. Ia bingung sebenarnya mengapa Esme bersikap demikian, tapi untuk saat ini Stefan akan membiarkan Esme melakukan apa yang dia inginkan namun tidak dengan perceraian. Mau sampau kapanpun Stefan tidak akan menceraikan Esme. Itu sangat tidak mungkin. Ratunya hanya Esme, dan tidak mungkin diganti oleh siapapun.
Fyuuuuh
Esme membuang nafasnya kasar. Dia sudah menduga bahwa meminta cerai dari Stefan bukanlah hal yang mudah.
"Baginda Ratu, apakah yang Anda katakan ke Baginda Raja tadi benar adanya? Apakah Anda sungguh ingin bercerai dengan Baginda Raja?"
Daria yang sedari tadi berada di sisi Esme turut terkejut mendengar pemintaan Esme kepada Stefan. Bercerai nya seroang raja dan ratu itu memiliki banyak hal yang mengikutinya. Salah satunya, Esme akan kehilangan posisinya sebagai Ratu dan segala hal yang berkaitan dengan kerajaan ini. Esme akan kembali sebagai bangsawan biasa dan apa yang selam ini diraih dan dibangunnya pun akan hilang.
"Iya benar."
"Kalau begitu, maka berarti Anda akan ~"
"Tidak masalah, Daria. Aku memang ingin kembali ke wilayahku saja, hidup bertani di sana dengan nyaman tanpa diributkan oleh urusan istana dan politik. Sudah hampir 20 tahun lamanya aku bekerja. Kau tahu kan aku masuk ke istana saat usia ku 5 tahun, dan aku sudah sangat lelah. Setelah ku pikir-pikir aku hanya ingin hidup dengan damai. Kecuali ada orang yang ingin mengusikku, maka tentu saja aku tidak akan tinggal diam."
Ucapan Esme yang panjang lebar itu masih tidak bisa masuak ke pikiran Daria. Namun sebagai dayang pribadi, Daria akan mendukung semua yang jadi keputusan Esme termasuk jika Esme ingin meninggalkan segala hal tentang istana.
"Saya akan mengikuti Anda, Baginda Ratu."
"Hohoho, tidak. Kau tidak boleh ikut dengan ku. Kau juga punya kehidupan sendiri. Kau harus menikah dan juga berkeluarga. Jika aku kembali ke wilayah, aku hanyalah putri seorang count. Jadi mari nanti kita berteman Daria. Bukan sebagai atasan dan bawahan melainkan benar-benar menjadi seperti teman."
Daria menganggukkan kepalanya cepat. Dia lalu menggenggam tangan Esme dengan erat sebagai tanda bahwa dirinya memberi dukungan penuh kepada wanita tersebut.
"Yang pasti aku akan hidup dengan baik dan sangat bahagia tanpa menderita. Itu adalah balas dendam terbaikku."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Irma
aku setuju kalau Ratu Esme cerai sama Stev dan mendapatkan yg lebih baik dari stev atau mendirikan kerajaannya sendiri dan mengalahkan kerajaan stev itu yg ada di pikiran aku
semangat thor semangat
2025-04-10
2
Ayu Dani
betul setuju gua mending cerai saja ngpain percuma jadi ratu kalo gak d anggap alias jadi ratu pajangan
2025-04-14
0
GiZaNy
ya lakukan Esme.. kamu berhak untuk bahagia... tapi gimana caranya supaya Stefan mau cerai sama Esme yaa..? hhmm....
2025-04-10
0