"Kita nggak cuma fokus ke pasar luar kan, Om? Lokal masih, kan?" tanya Yuto, begitu duduk di kursi tamu di ruang Yuki, Omnya, si kepala cabang.
Yuki mengangguk. "Pasar lokal nggak akan ditinggalin. Tapi, Om baru aja dapat kabar, katanya pusat lagi dorong pengembangan di Jepang. Kemungkinan besar tahun depan kita buka cabang baru di Kyoto."
Yuto menaikkan alis. "Kyoto? Kenapa buka di Jepang lagi? Bukannya Tokyo udah cukup jadi basis utama kita di sana?"
Yuki tersenyum tipis. "Om Adam itu lagi fokus nguatkan akar perusahaan di Jepang dulu, sebelum ekspansi ke negara lain. Tokyo memang udah stabil, tapi Kyoto punya segmen yang beda. Lebih tradisional, kuat di budaya dan pariwisata. Cocok buat positioning produk kita yang premium."
Yuto mengangguk perlahan, mencerna penjelasan itu. "Jadi, cabang Langsa ini tetap bakal tangani distribusi sama klien lokal, dan kami tim ekspor harus siap bantu ekspansi Jepang juga?"
"Betul kali," jawab Yuki. "Makanya Yuto ditarok di sini sekarang. Posisi Yuto tuh strategis. Ngerti budaya kerja Jepang, ngerti cara main di pasar luar. Tapi juga paham pasar lokal. Itu yang perusahaan butuh sekarang."
Yuto menatap Omnya beberapa detik sebelum mengangguk. Ia tahu, di balik nada santai Omnya, ada tanggung jawab besar yang ingin dibagi.
“Oh iya,” kata Yuki lagi. “nanti Yuto koordinasi lagi sama tim Medan. Pengembangan desain dan kualitas tetap di sana. Tapi Yuto tetap pegang kendali penuh di lapangan untuk ekspor dari Langsa.”
Yuto tersenyum kecil. “Siap, Om.”
Ia sempat terdiam, pandangannya melayang ke meja kerja Yuki yang rapi, hanya ada satu cangkir kopi, setumpuk dokumen, dan komputer yang menyala. Tapi ada hal lain yang sebenarnya membuatnya datang ke ruangan itu, bukan sekadar ingin menanyakan urusan pekerjaan.
Yuto menggoyangkan kaki pelan, lalu akhirnya bersuara, terdengar ragu. “Om…”
Yuki menoleh. “Apa? Mau tanya apa?” tanyanya santai, sebelum menyesap kopi dari cangkirnya.
Yuto menarik napas kecil. “Gimana si Fara, Om?”
Yuki mengerjapkan mata sebentar, lalu tersenyum kecil, seperti sudah menebak arah pertanyaan itu. “Kenapa bisa kerja di sini?” tanya Yuki memastikan. Melihat ponakannya mengangguk, Yuki melanjutkan, “itu langsung perintah dari Kek Rio. Bukan urusan Om. Om cuma terima dia kerja di sini, sesuai arahan.”
Yuto mengangguk pelan. “Pasti si Kira merengek sama kakeknya, minta Kek Rio kasih kerja untuk Fara,” gumamnya.
Yuki juga mengangguk sambil tertawa ringan. “Orang itu udah temenan dari bocil. Jadi maklum aja kalau Kira sayang kali sama Fara. Apalagi dia tahu, kek mana si Fara dibuat di rumahnya.”
Yuto mengernyit. “Maksudnya... dibuat?”
Yuki meletakkan cangkir kopinya, lalu menatap Yuto dengan ekspresi heran. “Loh, Kak Yuri sama Sora nggak pernah cerita?”
“Cerita apa?”
Yuki menyandarkan tubuh ke kursi, suaranya kini lebih pelan.
“Orang tua si Fara itu lebih sayang sama kakaknya. Dari dulu, Fara itu kayak... nomor dua. Ya… dia memang anak nomor dua sih. Tapi, lebih tepatnya nggak terlalu dipedulikan. Mungkin karena pas kakaknya sekolah sampai kuliah, orang tua mereka masih ada uangnya. Masih kerja juga. Nah, giliran Fara lulus SMA, orang tuanya pensiun. Harusnya masih bisa kuliahin dia sih, tapi waktu itu mereka malah terlilit utang. Nikahkan kakaknya, terus renovasi rumah. Besar juga tuh biayanya. Keliling pinggang hutang mereka. Jadinya ya, nggak bisa kuliah si Fara. Mungkin itu juga alasan kenapa Kek Rio kasihan, jadinya dikabulkan permintaan si Kira. Apalagi cucu Kek Rio cuma si Kira sama Putra. Ya, sayang kalilah dia sama cucu-cucunya.”
Yuto menatap Omnya dalam diam. “Om kok bisa tahu semua ini?”
“Ya dari Onti lah,” jawab Yuki santai, merujuk pada istrinya, Endah, yang memang memiliki kemampuan indihome, seperti Yuri dan Sora, dua saudara Yuto.
Yuki lalu diam sejenak, menatap Yuto seperti sedang mempertimbangkan sesuatu, sebelum akhirnya berkata, “Tapi ternyata, si Fara itu memang pintar. Cepat tanggap. Waktu awal masuk, dia ditempatkan di administrasi. Ngurus kwitansi, dokumen keluar masuk. Tapi mendadak Onti nyuruh pindahkan dia ke tim ekspor. Kata Onti, Fara itu kreatif. Sayang aja kalau keahliannya nggak dipakai.”
Yuto mengangguk perlahan, pati masih penasaran satu hal lagi.
“Staf lain nggak cemburu, Om?” tanyanya.
“Ya udah pasti lah,” Yuki tertawa kecil. “Terutama anak-anak administrasi. Mereka udah kerja di sini lebih lama dari Fara. Tapi malah Fara yang dipindahkan ke tim ekspor. Tim kalian itu idaman semua staf. Posisi strategis, dekat sama tim pusat, dan banyak peluang naik cepat.”
Yuto menghela napas panjang. Pikirannya kembali ke kejadian tadi siang, saat ia melihat Fara sukarela membantu menyelesaikan pekerjaan Karin yang bukan tanggung jawabnya. Kini, semuanya terasa lebih masuk akal.
Mungkin... Fara merasa berutang budi. Mungkin dia tak enak hati, karena bisa masuk dan pindah ke tim ekspor berkat koneksi sahabatnya. Dan karena itu pula, dia sulit menolak ketika dimanfaatkan.
Pintu ruangan itu terbuka, tampak Endah melangkah masuk sudah menenteng tasnya. “Ayo,” kata Endah. Sejak tadi mereka berdua memang sedang menunggunya, untuk pulang bersama. Ya, saat itu sudah waktunya pulang.
“Yuto yang nyetir. Om lagi mules,” kata Yuki, meletakkan kunci mobilnya di atas meja tamu, yang langsung diraih Yuto.
“Jadi, tadi ke kantor sama siapa?” tanya Endah, sambil melangkah bersama sang ponakan dan sang suami, keluar dari kantor.
“Sora.”
“Kenapa nggak bawa kereta aja?”
“Males kali. Tadi pagi masih pusing, kurang tidur.”
“Kapan si Sora balik ke Medan?”
“Mungkin lusa. Soalnya Biyu juga ikut ke sini. Anak itu kan jadi sopirnya Biyu.”
Endah dan Yuki tertawa mendengarnya. Biyu juga ponakan mereka, anak dari Ran, abangnya Yuki, dan Ran adalah saudara kembar Ruka, ibunya Yuto.
“Ingus… Kutu…”
Suara itu yang mereka dengar begitu melangkah keluar dari gedung.
“Lihat tuh si Fara. Lagi kasih makan adiknya,” bisik Endah, sambil terus melangkah bersama mereka menuju parkiran mobil yang berada di halaman depan gedung, sedangkan pandangannya sudah tertuju ke halaman samping gedung, di mana parkiran sepeda motor berada, dan di sanalah mereka menemukan Fara sedang memegang stoples kecil berisikan dry food untuk kucing.
Saat Endah dan Yuki terus melangkah menuju mobil mereka, langkah Yuto terhenti.
Dari jauh, ia perhatikan Fara yang sudah tersenyum lebar saat dua ekor kucing kampung montok sedang berlari menujunya, lalu dengan senyum sumringahnya, Fara berjongkok dan menaburkan dua tumpuk dry food di lantai parkiran.
“Makan yang banyak ya… besok kakak bawain ikan tongkol.”
Yuto sontak tersenyum, merasa gemas mendengar Fara menyebut dirinya sebagai ‘Kakak’ di hadapan kedua ekor kucing itu.
“Eh Ingus, tadi pagi kok nggak ada? Nyari janda, ya? Udah di steril kok masih gatal, sih? Lihat nih si Kutu, nggak lasak dia. Iya kan, Kutu?”
Yuto tertawa kecil mendengar cakapnya. Tak hanya merasa gemas dengan ekspresi Fara yang tampak nyaman mengobrol dengan kucing, tapi juga merasa geli mendengar nama kedua ekor kucing itu.
Fara tuangkan lagi dry food-nya. “Habiskan, ya. Kakak pulang dulu. Besok pagi jangan nggak Nampak. Kakak bawakan tongkol.”
Kemudian, Yuto melihat Fara naik ke motor Filano kuning dengan stiker bebek di platnya, juga helm kuning bergambar bebek di bagian belakangnya. Meski wajah imutnya tertutupi kaca helm, samar-samar Yuto bisa melihat, Fara masih tersenyum, tampak sangat bahagia setelah bisa berbagi makanan kepada kucing liar, atau lebih tepatnya kucing yang sudah dirawat oleh beberapa staf di kantor itu.
“Yuto… ayo! Om mules!” panggil Yuki yang sudah berdiri di samping mobil bersama Endah, menunggu ponakan mereka yang masih kesemsem memandangi kepergian Filano kuning itu.
.
.
.
.
.
Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
titissusilo
Alhamdulillah si bebek Gendut catlover sejati,trimakasih ya sedekah mu menuntun mu mnuju jln nya dg mudah kelak...nnti ingus ma kutu yg temani jln mu bebek gendut
2025-04-08
2
Kirey Ruby
kenapa jg dinamain ingus ama kutu sih..? 😂😂 Apa krn 2 kucing itu ingusan ama kutuan ya Fara..? 🤔😅😅
2025-04-09
2
Ibu² kang Halu🤩
setelah Ohoo dan Ihii, kini terbitlah Ingus dan Kutu🤩🤩 waaah, babang Yuto makin kesemsem aja ni sama bebek gendut🤗🤗
2025-04-08
2