bab 2

Dengan kemeja berwarna biru, serta celana bahan yang warna hitam, Gus Fauzan mematut dirinya di depan cermin, bola matanya yang hitam legam menusuk itu menatap dirinya sendiri. Gus Fauzan menghembuskan nafasnya kasar. Dirinya terpaksa menerima perjodohan ini karena tidak memiliki pilihan lain. Sang Abi terus mendesaknya. Kyai Al-Ghazali tak mau di tentang sama sekali. Dirinya tetap ingin menjodohkan anaknya dengan anak sahabatnya itu.

Tidakkah sang Abi memikirkan perasaan Gus  Fauzan, padahal Gus Fauzan sama sekali tidak  memiliki perasaan dengan gadis itu. Karena dirinya sudah mencintai gadis lain.

Rasanya sangat sulit menerima hal ini, namun Gus Fauzan bisa apa? Dirinya tak memiliki kekuasaan penuh untuk menolak sang Abi.

Ting

Ponselnya yang ada di atas nakas berdenting, Gus Fauzan langsung mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan.

Arfira

Deg

Jantung Gus Fauzan berdesir hebat melihat nama itu terpampang di ponselnya, lalu buru-buru membuka pesan itu.

Sebuah foto pemandangan alam yang sangat indah. Dan itu di Bali.

|Tiba-tiba aku harus di suruh ke Bali sama klien aku, nggak apa-apa kan? Dan untuk masalah tadi, aku beneran minta maaf. Tapi, tidak akan mengurangi rasa cinta aku sama kamu, Fauzan. Kita sudah sama-sama lama, tapi kita nggak punya hubungan apapun, aku nggak masalah. Toh haram juga berpacaran. Biarlah semuanya mengalir seperti air yang mengalir pada alurnya. Dan tunggu aku sampai lima tahun ke depan ya? Sampai aku sudah puas mencapai cita-citaku, dan saat itu kamu harus datang kepadaku, untuk melamarku|

Gus Fauzan memejamkan matanya dalam, dirinya tak bisa berkata-kata, bingung ingin mengatakan apa pada Arfira.

Apakah dirinya harus mengatakan yang sebenarnya? Dirinya sungguh tidak ingin kehilangan Arfira.

"Fauzan"

Suara panggilan itu membuat Gus Fauzan mengalihkan atensinya. Dirinya langsung menyimpan ponsel miliknya di dalam saku celananya, membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan ummi Sekar.

Ummi Sekar tersenyum, berjalan menghampiri anak laki-lakinya itu lalu menatap Gus Fauzan. "Anak ummi sudah besar. Dan sebentar lagi mau menikah." Ucap ummi Sekar, membuat Gus Fauzan menghela nafasnya kasar.

Ummi Sekar tau apa yang di rasakan oleh anaknya, namun ini sudah menjadi keputusan yang tidak sembarangan mereka ambil. "Fauzan, ummi tau kamu sudah mencintai gadis lain, tapi kamu harus menikah dengan orang lain yang sama sekali tidak kamu cintai."

"Ummi tau, dan tidak bisakah ummi membujuk Abi supaya membatalkan perjodohan ini? Fauzan tidak suka, ummi."

Ummi Sekar menghela nafasnya kasar. Menepuk-nepuk pelan pundak anaknya. "Abi mengambil keputusan ini punya alasan, Zan. Tidak semestinya hanya kepentingan Abi saja."

Gus Fauzan terkekeh tipis. "Ya, karena ingin membuat temannya yang punya penyakit kanker itu senang kan, ummi? Abi mau menyenangkan hati orang lain, tapi tidak dengan menyenangkan hati anaknya sendiri." Gus Fauzan menggeleng kecil, "aku nggak nyangka Abi kayak gini, malah aku di suruh milih yang mana lagi. Abi tau kelemahan aku!" Kata Gus Fauzan dengan hembusan nafas kasar, rasa kecewanya terlalu dalam, namun bagaimana lagi, dirinya tak bisa melawan kedua orang tuanya.

Ummi Sekar menatap sendu anaknya itu. "Nak, kamu taunya hanya sedikit saja tentang perjodohan ini, tapi kamu tidak tau hal yang lain. Dan, jika saja kamu tau, mungkin kamu yang akan bertekad menikahi gadis ini." Ucap ummi Sekar.

Alis Gus Fauzan bertaut mendengar itu. "Ummi, apa maksud ummi? Ummi–"

"Ayo pergi, sudah di tunggu," sela ummi Sekar dan langsung pergi meninggalkan Gus Fauzan yang masih memikirkan apa maksud dari perkataan ummi Sekar tadi. Sungguh dirinya tau kalau ummi Sekar menyimpan suatu hal.

Tapi apa?

*

*

Keluarga kyai Al-Ghazali tiba di kediaman milik Ahmad, kediaman rumah yang tampak sangat mewah tapi nuansa klasik ada di sana. Benar-benar indah, apalagi ada taman bunga yang ada di sepanjang jalanan yang mereka lewati.

Ahmad tersenyum, saat melihat kedatangan tamunya. Wajah pucatnya tampak jelas bahagia. Ahmad baru saja kembali dari rumah sakit, dirinya mendapatkan kabar dari Al-Ghazali tentang perjodohan itu. Dan tak menyangka jika anaknya dan anaknya Al-Ghazali setuju dengan perjodohan itu.

Sempat tak setuju, karena Ahmad tak mau memaksakan sebuah hubungan yang akan menjadi suatu bumerang, tapi dirinya bersyukur kala mendengar sendiri jika anaknya tak mempermasalahkan, terlebih Hanum juga tidak pernah menjalin ataupun berdekatan dengan seorang pemuda manapun.

Ahmad cukup bersyukur, anaknya memang tidak di masukan ke pondok pesantren, tapi sikap dan perilakunya sungguh sangat baik, dan bisa menjaga dirinya di tengah kemelut dunia fana ini.

"Assalamualaikum Ahmad" seru kyai Al-Ghazali menghampiri Ahmada dan langsung memeluk erat sahabatnya itu. Wajahnya tak sepucat saat dirinya lihat di rumah sakit tempo hari yang lalu.

"Waalaikum salam, terimakasih sudah datang."

Al-Ghazali terkekeh, mengurai pelukan itu, lalu merangkul sahabatnya itu. "Kenapa tidak pakai kursi roda? Kamu jangan banyak berjalan dulu."

Ahmada tersenyum. "Saya baik-baik saja, Al. Bahkan saya jauh lebih baik. Mari masuk, kita mengobrol di dalam, istri saya sudah membuat cemilan sederhana."

Al-Ghazali mengangguk, lalu mengajak keluarganya masuk ke dalam rumah besar itu.

Di sana mereka langsung di sambut oleh hidangan yang menggugah selera. Ahmad memang sengaja karena ini hal yang sangat membahagiakan bagi dirinya.

Dirinya sudah mengenal keluarga Al-Ghazali, jadi mereka tak perlu berkenalan lagi. Fokus Ahmad hanya pada Gus Fauzan yang akan menjadi menantunya.

Beberapa pertanyaan keluar dari Ahmad dan Gus Fauzan menjawabnya ala kadarnya, Gus Fauzan juga bersikap sopan pada keluarga  Ahmad, namun pembawaannya yang datar itu jelas terlihat.

"Jadi, kamu pernah menjadi asisten dosen kamu, sewaktu di Kairo?" Tanya Ahmad.

Gus Fauzan mengangguk singkat.

"Wah hebat sekali, kamu pintar sama seperti Abi kamu" kata Ahmad sambil terkekeh.

"Ah kamu bisa saja memujiku, Ahmad. Kamu lebih hebat sampai bisa membangun beberapa perusahaan."

Ahmad menggelengkan kepalanya. "Itu kerja keras semua karyawanku, aku hanya memimpin, mereka yang terkadang sampai lembur." Dan sikap Ahmad ini rendah hati, tidak sombong sama sekali. Bahkan Ahmad orang paling kaya di kota itu, namanya tersohor, namun Ahmad sama sekali tidak pernah mau menampakkan dirinya dan menampakkan jati dirinya, semuanya hanya di wakilkan oleh sang asisten saja.

Dirinya bahkan mengajarkan itu pada kedua anaknya.

"Kamu selalu begitu. Bahkan berprestasi tapi tidak pernah mau menampakkannya. Masya Allah, sungguh rendah hati sekali kamu, Ahmad."

Ahmad tak menjawab hanya tersenyum tipis saja, lalu tiba-tiba dirinya bercelatuk yang akan membuat obrolan tentang memuji dirinya itu tak di bahas lagi.

"Bunda, tolong bawa Hanum kemari" ucap Ahmad.

Istrinya yang bernama Ratna itu mengangguk, lalu segera menuju ke kamar anaknya.

Sampai beberapa menit kemudian, Ratna datang dengan Hanum dan juga Antika– istri dari anak laki-lakinya.

"Itu Hanum anak saya"

Deg

Semuanya menoleh, termasuk Gus Fauzan. Dan sesaat Hanum dan Gus Fauzan saling berpandangan, dan keduanya sama-sama terpaku di tempatnya. Hingga Hanum dan Gus Fauzan tersadar, keduanya melengos ke samping, sambil mengucapkan istighfar.

...

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

disini pembelajaran banget dehhh...
Bahwa ternyata pengamalan ilmu agama yg baik itu belum tentu juga bagi yg nyantri atau kuliah agama di Luar sekali pun...
bahkan yg bergelar Gus aja, belum tentu menjalankan amalan dr ilmu agama nya dengan baik !! 😌
dan bisa jadi, orang yg diluar itu semua justru yg lebih baik pengamalan ilmunya.. dan memiliki Akhlak Budi pekerti yg baik sesungguhnya 👍👍

2025-04-20

1

Uthie

Uthie

si Gus.. kurang paham soal ilmu Takdir dan Jodoh yg telah Alloh tetapkan!!!

serta.. melanggar syariat, alias tetap Zina hati itu... walau gak pacaran secara nyata!!!!

2025-04-20

1

A Writer a book

A Writer a book

💞💞💞💞

2025-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!