Kara makan dengan lahap, membuat Evelin tersenyum dan mengusap rambut sang anak dengan sayang. Namun, ada rasa sedih di hati Evelin melihat Kara, seperti tidak pernah makan selama bertahun-tahun.
"Pintar sudah habis, sekarang minum obatnya dan Kara istirahat." Titah Evelin.
"Baik Ma," balas Kara patuh.
"Mama gak, kerja?" tanya Kara kemudian.
"Engga, Mama libur hari ini. Mungkin akan mengajukan cuti buat menemani kamu disini," ujar Evelin, Kara pun mengangguk dia tidak akan bertanya lelaki sialan yang menyusahkan Ibunya.
"Mama temani aku bobo, ya!" pinta Kara.
"Iyaa, Mama akan temani kamu bobo."
Kara pun merebahkan tubuhnya, Evelin merapikan selimut sang anak dan mencium kening putri satu-satunya.
"Tidur ya! Mama akan menjagamu." Bisik Evelin.
"Iya."
Evelin mengusap-usap rambut Kara, dia langsung teringat akan kartu pemberian mantan suaminya. Dia akan menggunakan uang nafkah sang anak, untuk membayar rumah sakit.
"Huh! Mas, apa kamu gak rindu anak kita?" lirih Evelin, sungguh dia masih mencintai mantan suaminya. Namun, dia pun tak tega merusak rumah tangga orang lain.
Walau perempuan yang merebut ayah dari anaknya, adalah seorang pelakor. Evelin, memutuskan pergi ke ATM terdekat mumpung sang anak tidur.
"Kosong." Lirih Evelin, begitu terkejut mantannya berjanji akan selalu memberi nafkah hanya untuk Kara.
"Mbak, udah belum? Jangan lama-lama, kita juga mau ambil uang."
"Eh! Iya, maaf saya sudah." Balas Evelin, Evelin berjalan gontai meninggalkan tempat tersebut. Sekarang dia harus memutar otak, bagaimana mencari uang untuk biaya rumah sakit.
Tak terasa Evelin sudah sampai di kamar rawat Kara, dia terkejut karena disana sudah ada Sekar Ibu dari Jayden. Seketika Evelin pun menjadi sungkan untuk masuk.
"Ev, sini masuk kenapa malah bengong?" tanya Sekar.
"I-iya Mbak." Evelin pun masuk, dia duduk di sisi ranjang sekilas dia melihat bungkusan yang berisi makanan.
"Kamu sudah makan? Kalau belum, Mbak bawa makanan dari rumah."
"Nanti saya makan, Mbak. Terima kasih dan maaf merepotkan Mbak sekeluarga." Ucap Evelin dengan lirih. "Maaf juga, aku gak percaya sama kalian."
"Jangan begitu, bagaimanapun kita sudah kenal lama. Ev, aku sudah menganggap kamu adikku juga Evelin sebagai keponakanku. Kita satu keluarga, jangan sungkan ya!" Sekar mengusap tangan Evelin, dia bisa melihat gurat lelah juga gelisah di matanya.
"Terima kasih."
"Iya, nanti malam Jayden akan menemani Kara. Sebaiknya kamu pulang saja."
"Tidak Mbak, biar aku saja yang menjaga Kara."
"Baiklah, aku akan memberitahu Jayden. Tapi, sepertinya anak itu susah diberitahu." Kekeh Sekar, Evelin hanya tersenyum.
Mereka pun banyak berbicara, termasuk Sekar akan membantu melunasi biaya rumah sakit Kara dan bisa mengganti dengan dicicil. Evelin, pun bernafas dengan lega.
*****
"Kak." Panggil Kara.
"Kara, kamu mau balik ke tubuh kamu?" tanya Nada.
"Engga kak, aku gak akan pernah balik ke tubuh aku. Aku sudah lelah kak!"
Kara dan Nada kini duduk disebuah taman yang indah, Kara begitu cantik dengan gaun berwarna putih. Kara menggenggam tangan Nada dengan erat.
"Kak tolong jaga, Mama ya! Buat dia bahagia, dan tolong kasih tau Mama aku sayang Mama dan maafkan aku."
"Kenapa bilang, begitu? Setelah semua dendamku selesai. Kamu bisa kembali ke tubuh kamu, Kara."
Kara menggeleng dengan pelan, dia menatap hamparan yang membentang luas. Dia merebahkan tubuhnya, menatap ke arah pohon yang sedang berbuah.
"Mama dan Papa, gak menginginkan aku. Kak, mereka selalu saja bertengkar dan menyesal dengan adanya aku."
Nada menoleh ke arah Kara, matanya sudah berkaca-kaca.
"Mereka menikah karena cinta, lalu saat cinta pertama Papa kembali. Papa membuang ku dan Mama, Mama sibuk bekerja sedangkan aku dirumah sendiri. Kadang aku main kerumah Abang Jayden, lalu ...."
Kara tak sanggup menceritakan kisah hidupnya, dimana semuanya berubah saat Alfa masuk ke kehidupan Mamanya dan membuat dia menderita.
"Kara sudah, jangan cerita kakak janji akan membalas semua rasa sakit mu." Ucap Nada dengan penuh tekad, dia membawa Kara kedalam pelukannya.
"Janji ya! Kakak harus membalaskan semuanya. Kakak akan selalu mengingat semua ingatan aku yang lalu, ingatan kakak juga gak akan terhapus."
Kara memeluk Nada dengan erat, dia mencium pipi Nada dengan sayang. Seolah Nada adalah kakak perempuannya, Kara pun beranjak lalu berlari ke depan dengan riang.
"Kara." Teriak Nada. Namun, Kara tidak melihat kebelakang. Seolah dia memasrahkan tubuhnya pada Nada.
****
Nada terbangun, dia melihat sekeliling dan tatapannya jatuh pada Evelin Ibu dari Kara. Dia merasa Evelin sangatlah kurus juga begitu terlihat lebih tua dibanding usianya.
"Ehh! Apa Ibunya Kara, sama usianya sama gue, kalau masih hidup?" gumam Nada, dia pun geli sendiri jika memang Evelin dan dirinya seumuran. Eh! Tapi, dia kan jadi Kara jadi anak kecil berusia empat tahun.
"Oke Nada, lo harus sehat dan segera keluar dari rumah sakit. Lo, harus menyusun semua rencana untuk balas dendam. Dimulai dari Alfa," ucap Nada dengan seringai tipis.
Pintu terbuka membuat Nada terkejut, ternyata yang datang adalah Jayden.
"Ya ampun, dia tampan sekali. Melebihi si Rowman sialan!" ucap Nada dalam hati.
"Kara sudah, bangun? Lihat abang bawa sesuatu." Jayden menunjukan kantong keres, berisi makanan kesukaan Kara.
Nada pun antusias, dia mencium aroma ayam bakar yang tentu saja kesukaannya. Jika di pikir-pikir, ternyata kesukaan Kara dan Nada sama.
"Kamu mau makan? Biar Abang suapin, kasian Mama kamu lagi tidur."
"Iyaa, mau." Jawab Kara dengan cepat, walau belum terbiasa Nada yang ada di tubuh Kara harus beradaptasi dengan suara kecil dan tubuh yang kecil.
Terlebih dia juga merasa tak nyaman, di daerah intimnya.
"Ahh sialan, si Alfa. Gue hajar kalau udah pulang," gerutu Nada.
"Ayo buka mulutnya."
Kara menerima suapan dari Jayden, rasa nasi uduk, bawang goreng juga ayam bakar adalah perpaduan yang sempurna sayang tidak ada sambal. Dia pun tertawa dalam hati, dia juga merasa sedih karena sudah lama tidak merasakan makanan kesukaannya.
"Kara, terima kasih. Kakak janji akan membalas kan semua dendam kamu!"
Kara makan dengan lahap dan antusias, karena mendengar suara Evelin pun terbangun dan menatap binar bahagia di mata Kara. Sudah lama, Evelin pun tak melihat rasa bahagia itu.
"Tante, sudah bangun?" tanya Jayden.
"Iyaa, maaf Tante ketiduran." Kekeh Evelin.
"Mama, mau cobain? Nasi uduk sama ayamnya enak loh!" kata Kara.
"Engga buat kamu aja, Mama kan udah makan tadi." Balas Evelin, dia mengusap lembut rambut sang anak.
Kara tersenyum dan menatap Evelin dengan binar bahagia.
"Mama pulang dulu sebentar ya!" izin Evelin.
"Boleh, tapi jangan lama-lama. Aku mau bobo sama Mama."
"Iyaa, Jay. Tante tinggal dulu."
"Iyaa, santai saja, Tan. Aku akan disini menemani Kara," balas Jayden.
"Mama pulang dulu."
"Iyaa Ma." Balas Kara.
Evelin melangkah keluar ruangan, saat di luar dia menatap ponsel yang kini sudah gelap. Dimana beberapa menit yang lalu, Alfa terus mengirim pesan juga menghubungi dirinya.
Bersambung...
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Epi Widayanti
next
2025-04-05
0