Hold My Hands

Axelle berjalan keluar dari kereta, tanpa menunggu Irene terlebih dahulu. Irene yang tak mengenal daerah itu segera mengikuti langkah Axelle dengan jalan terseok, kakinya sakit kalau dipake berjalan seperti biasa.

Axelle menyadari itu, ia menghela nafas pelan. Ia membuka hoodie-nya, tanpa peduli sekelilingnya yang menatapnya. "Nih!! Baju loe basah, ntar loe masuk angin..."

"Gak mau, baju loe bau keringat!!" Ujar Irene, ia masih kesal karna Axelle benar-benar tak memperlakukannya dengan baik.

"Yaudah, jangan nyusahin gw kalo loe sakit..."

"Iya, iya, gw pake!!" Ujar Irene, sekali lagi ia mengalah. Ia takut ditinggalkan di daerah ini, ia sama sekali tak mengenal daerah ini. Ia memakai hoodie hitam yang kebesaran di tubuhnya, bahkan tangannya sendiri tak bisa keluar.

Axelle tersenyum sinis, saat Irene berhasil memakai hoodie-nya. "Loe sekecil itu ya, gak nyangka gw!!"

"Apa yang barusan loe liat?" Ujar Irene sambil memeluk tubuhnya, Axelle memutar matanya.

"Ayo pergi, sebelum ada yang ngira loe anak ilang..." Ujar Axelle sambil menarik lengan hoodie yang bahkan tak terisi itu, membuat Irene merengut kesal.

"Masuk aja, gw tinggal sendiri kok." Ujar Axelle, sesaat setelah mereka masuk kedalam apartemen kecil itu.

Irene melihat sekelilingnya, ia masuk lebih dalam ke ruangan itu. Kecil dan agak pengap, itu kesan pertama Irene pada apartemen kecil ini.

Axelle membuka pintu beranda, ia tau Irene sedikit merasa pengap disini. "Gw mandi dulu, kalo loe mau makan, loe bikin ramen sendiri aja."

Irene hanya diam, menatap Axelle yang berjalan menuju kamarnya. Ia mendekati beranda, ia bisa melihat suasana kota di bawah sana. Hujan masih belum berhenti, membuat udara malam itu semakin dingin. Ia memikirkan semuanya kembali, apa yang baru saja terjadi adalah hal yang benar-benar baru untuk Irene. Ia dikejar-kejar preman, ia bahkan tak memikirkan hal seperti itu akan terjadi padanya. Sepertinya Axelle sering mengalami ini, sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang Axelle lakukan hingga mereka mengejarnya? Apa ia melakukan sesuatu yang bisa membahayakan mereka?

"Loe gak takut masuk angin, ngapain berdiri disitu?" Tanya Axelle, membuat Irene tersadar dari lamunannya. Entah berapa lama ia melamun, bahkan Axelle sudah selesai mandi. "Lepas hoodie-nya,..."

"Mau ngapain loe?" Ujar Irene sambil memeluk dirinya, membuat Axelle menatapnya jengah. "Ini hangat, gw gak mau buka!!" Ujarnya lagi, wajahnya memerah.

"Gw mau cuci, itu hoodie belum dicuci sejak tiga hari yang lalu..."

"Ihh, jorok amat loe!!" Teriak Irene, tanpa sadar. Ia segera membuka hoodie-nya, membuat Axelle tersenyum geli melihatnya. Karna tak sabar, tanpa sadar, baju Irene ikut terangkat, membuat Axelle kaget.

Axelle segera menarik kembali hoodie-nya agar menutupi tubuh Irene itu, membuat Irene menatapnya kaget. "Gw cuman bercanda, itu baru gw pake tadi pagi..." Ujarnya, wajahnya sedikit memerah.

"Kenapa loe? Sakit? Masuk angin?"

"Gak papa, gw cuman kepanasan. Oh ya, loe luka tadi, kan? Duduk sana, bisa infeksi kalo gak cepet diobatin..."

Irene melihat lututnya yang berdarah, ia duduk di sofa, sementara Axelle mencari kotak p3k yang selalu ia simpan.

Axelle mengambil mangkuk berisi air, lalu ia menuangkan anti-septik kedalam sana. Ia mengambil kapas, lalu mencelupkannya. Dengan hati-hati, ia membersihkan luka Irene. Axelle tak terganggu sama sekali dengan ringisan Irene, ia dengan sabar mengobati luka itu.

Irene menatap wajah serius pria itu, Irene tak bisa menyangkal juga kalau pria itu memang tampan. Wajah asia dan barat bercampur sempurna disana, membuatnya terlihat berbeda dari kebanyakan pria yang ditemuinya.

"Al, loe sering luka, kan? Loe obatin sendiri?"

"Ya, gak ada yang bisa gw andelin selain diri gw sendiri." Ujar Axelle, datar.

"Loe sendirian?"

"Luka loe udah gw obatin, tidur sana!!" Ujar Axelle, setelah sekian lama terdiam, seolah enggan menjawab pertanyaan itu.

"Gw tidurnya gimana?" Tanya Irene, bingung.

"Tidur ya tinggal tidur, ribet amat..." Ujar Axelle, kesal. "Gw tidur disini, loe di kamar sana!!"

"Gak mau!! Setelah apa yang gw alamin hari ini, emang loe pikir gw bisa tidur sendirian?"

"Terus loe maunya apa? Tidur bareng gw gitu?"

"Nggak gitu juga!!" Ujar Irene, wajah memerahnya tampak imut sekali di mata Axelle. "Kita tidur di ruangan yang sama..."

"Nggak!! Gak mau, ntar loe curi-curi kesempatan..."

"Ya!! Yang ada loe yang nyuri kesempatan!!." Ujar Irene, kesal. "Pokoknya gw gak mau tidur sendiri..."

"Ini rumah gw, jadi gw yang nentuin..."

"Loe tega banget, ihhh... Gw nangis nih..."

"Nangis aja sana!! Gak ada yang larang, gih nangis!!"

"Axelle!!"

"Aish... Iya, iya..."

Irene tersenyum puas, saat ia tidur diatas kasur milik Axelle, sedangkan pemiliknya harus tidur dibawah beralaskan selimut tebal yang juga miliknya. Gimana Irene gak puas? Selama mereka bersama, pria itu selalu saja bersikap tak baik padanya. Seenggaknya bikin gak nyaman saat tidur adalah balasan setimpal, Irene puas akan itu.

"Ya!! Tidur sana!! Suara nafas loe ganggu banget, bikin gak bisa tidur, tau gak?" Protes Axelle, membuat Irene memutar matanya.

"Bisa gak sih, kalo ngomong tuh jangan kasar?"

"Bisa gak loe cuman nurutin mau gw?" Ujar Axelle, tak mau kalah. "Berisik, tidur sana!!"

"Gw tidur atau nggak, nafas gw tetep kedengeran tau!!" Ujar Irene, kesal.

Axelle hanya diam sambil membenarkan posisi tidurnya, ia merapatkan jaket yang menjadi selimutnya kali ini.

"Al, gw gak bisa tidur..." Ujar Irene, pelan.

"Tinggal merem doang."

"Gak bisa, gw... Entah kenapa masih kepikiran kejadian tadi, gw gak nyangka bakal ngalamin hal kayak gitu, kepikiran aja nggak..."

"Terus, loe mikirin apa selama ini? Kehidupan loe bakal menyenangkan gitu? Populer diantara cowok, ketemu cowok yang menurut loe ok, pacaran, nikah, bahagia selamanya. Pikiran anak kecil banget..."

"Sedikit, sih. Hei!! Itu bukan pikiran anak kecil ya, semua cewek juga begitu pikirannya."

"Ya, kalian semua kekanakan sekali." Ujar Axelle, malas berdebat.

"Itu namanya impian, bukan kekanakan!!"

"Impian? Ha, bullshit!!" Gumam Axelle, tapi bisa di dengar Irene. "Tidur sana!! Besok gw sibuk, gak bisa ngurusin loe!!"

"Siapa juga yang mau diurusin sama situ?" Sinis Irene, membuat Axelle tersenyum samar. "Axelle, siniin tangan loe!!"

"Hah?"

"Siniin!!"

Axelle menatap Irene yang mengulurkan tangannya dari atas ranjang, Axelle mengulurkan tangannya yang langsung digenggam Irene.

"Kalo gini, gw bisa tidur!!"

"Hah?"

"Jangan lepasin, kalo gak mau gw gebukin!!"

Irene mengancam dengan penuh senyuman, seenggaknya dia bisa memegang tangan Axelle malam ini, semoga seterusnya ada yang bisa memegang tangannya seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!