Irene baru saja keluar dari ruang rapat sendirian, semua orang sudah pergi karna kegiatan masing-masing. Gadis itu tampak sibuk dengan kertas ditangannya yang merupakan bahan utama rapat tadi, senat emang lagi sibuk akhir-akhir ini.
"Kamu ini kenapa lagi? Kok pada babak belur begini? Nyari masalah lagi kamu?"
Teriakan itu membuat Irene menoleh kearah sumber suara, kebetulan suasana sangat sepi, jadi ia bisa mendengar dengan jelas omelan seorang dosen ke anak didiknya itu.
"Axelle? Kenapa dia?" Gumam Irene, tertarik.
"Sekarang jelaskan sama saya, gimana kamu dapat luka itu? Kamu ribut sama anak sini? Atau anak univ lain, hah?"
Axelle hanya diam, kepalanya tertunduk. Mulutnya seolah enggan menjawab semua pertanyaan dosen itu, membuat dosen itu mendengus.
"Kamu itu murid yang cukup pintar, Axelle, makanya kami menerimamu disini dengan harapan kamu lebih baik. Tapi apa yang saya liat? Kamu datang selalu dengan wajah seperti itu, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Saya jatuh, Pak..."
"Kamu masih aja bilang jatuh, luka kamu itu emang luka orang jatuh?" Ujar dosen itu, geram.
"Maaf, Pak, saya masih ada urusan, bisa gak saya pergi?"
"Kamu ini..."
"Berhenti, Pak!!"
Irene refleks bicara, saat melihat dosen itu akan memukul Axelle dengan tongkat yang dibawanya.
Axelle menoleh ke arahnya, ia memutar matanya kesal.
"Ada masalah apa, Pak? Bisa kan dibicarakan baik-baik, nanti mahasiswa lain bisa dengar."
"Saya lagi nanya, dia kenapa wajahnya seperti itu? Tapi kamu dengar tadi jawabannya apa, dia pantas dipukul..."
"Sa-saya akan bicara padanya, Pak!! Sebaiknya Bapak kembali ke ruangan Bapak, saya yang akan membicarakan ini padanya agar ia mengerti."
"Baiklah, terserah kamu. Tapi sekali lagi saya liat anak ini kemari dengan wajah seperti ini, saya gak akan segan-segan sama dia. Mengerti?"
Irene mengangguk pelan, ia menghela nafas pelan, kala dosen itu pergi.
Axelle menatapnya sekilas, lalu ia berjalan pergi.
"Tunggu, bukannya kita harus bicara?"
"Jangan ganggu gw, gw gak butuh pembelaan loe." Ujar Axelle, dingin.
"Loe gak ada niatan ngomong sama gw? Loe udah nabrak bahu gw tadi, rasanya sakit tau!!" Ujar Irene, kesal.
"Kenapa loe berdiri disana kalo gak mau ditabrak orang? Dan loe masih bisa jalan, kan? Gak ada masalah serius, kenapa juga harus ngomong sama gw?" Ujar Axelle, ia menarik kupluk hoodie-nya untuk menutupi kepalanya.
"Tunggu dulu..."
Plak!!
Axelle menepak tangan Irene yang tadi memegang tangannya, membuat Irene terdiam, tak percaya akan apa yang baru saja ia alami.
"Loe gak ngerti, ya? Gw bilang jangan ganggu gw!!" Ujar Axelle, setengah membentak.
Irene terdiam, tangannya masih saja berada disana. "Ma-maaf..."
"Aishh, kenal juga nggak, loe gak usah sokap sama gw." Ujar Axelle, dingin. Ia pun memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodie itu, lalu berjalan pergi meninggalkan Irene yang menunduk.
Kenapa dia lakuin itu sama gw? Aishh, awas saja, gw gak bakalan mau nyamperin loe lagi, kalo loe ada masalah.
***
"Ah, capek..." Gumam Irene sambil memijat belakang lehernya, ia baru saja selesai mengerjakan tugasnya malam itu. Irene beranjak dari duduknya, lalu berjalan ke dapur. Ia lapar dan berniat membuat ramen, tapi...
Tak ada apapun.
"Hahh, harus keluar nih gw? Pesen aja kali ya, tapi... Keluar ajalah, sekalian nyari angin." Gumamnya, ia pun berjalan mengambil jaket tebalnya, lalu melangkah pergi.
"Langitnya mendung, kenapa gw gak bawa payung ya tadi?" Gerutu Irene, saat ia sampai di lobi. "Aishh, males banget kalo mesti ke atas lagi, gw buru-buru ajalah..."
Irene berjalan sendirian menuju minimarket yang dekat dengan gedung apartemen tempat tinggalnya, ia memasuki minimarket dan mengambil ramen dan beberapa snack dengan cepat.
"Kan hujan, ck, harusnya tadi gw maksain diri aja keatas atau gak perlu keluar, basah deh..."
Irene berdiri di depan pintu minimarket sambil melihat sekelilingnya, berharap ada seseorang yang menolongnya.
Deg!!
Irene terdiam, kala melihat seseorang berlari melewatinya dengan begitu cepat. Irene menatap orang yang sepertinya tak asing itu, ia mengerjapkan matanya.
"Axelle?"
Beberapa orang melewati Irene lagi, mereka sepertinya mengejar Axelle. Jumlah mereka cukup banyak, membuat Irene sedikit khawatir.
Apa urusannya sama gw? Dia digebukin pun gak ada urusannya sama gw, tapi... Dia bikin masalah apa lagi sih? Males banget deh, harus ya lari depan gw?
Irene menatap sekelilingnya yang sepi, ia menghela nafas pelan. Gw harus gimana?!
Pada akhirnya Irene memilih berlari mengejar Axelle yang sudah cukup jauh, ia menaruh tangannya di atas kepalanya, guna melindungi pandangannya.
"Kemana dia? Apa dia baik-baik aja? Dia kenapa sih dikejar? Kayaknya dia bukan type anak yang selalu bikin masalah, terus dia kenapa?"
Irene berjalan semakin jauh menuju gang-gang sempit yang sepi, ia sebenarnya cukup takut, apalagi disini gelap, tak ada penerangan sama sekali.
"Axelle!! Axelle!!" Teriak Irene, ia sungguh takut berada disana. Ia takut gelap, tapi ia tak mungkin meninggalkan Axelle sendirian.
"Axelle!!..."
Bruk!!
"Loe ngapain disini?"
Irene melotot kaget, tapi kemudian ia menarik tangan orang yang ternyata Axelle itu dari mulutnya. "Gw ngikutin loe, tadi loe..."
Axelle kembali menutup mulut gadis itu, saat ia mendengar suara langkah mendekat. Ia merapatkan tubuhnya kearah Irene, matanya menatap kearah jalan masuk tempat itu.
"Perasaan gw atau bukan, tadi kayaknya gw denger suara cewek manggil Axelle deh?"
"Heh!! Mana ada, lagian siapa itu Axelle?"
Axelle melihat mata Irene membulat, ia mungkin kaget karna mereka teryata tak mengenal nama itu.
"Cari balik yuk, Ga!! Ntar kita dimarahin, loe mau diomelin?"
"Yaudah..."
Suara langkah itu terdengar menjauh, membuat Axelle menghela nafas lega. "Aishh, loe nyusahin gw, tau gak?"
Irene terdiam, ia malah menatap Axelle yang begitu dekat dengannya. Matanya mengerjap, membuat Axelle balik menatapnya.
Axelle menyadari posisinya, ia segera menjauh dari tubuh Irene yang tanpa sadar dipeluknya itu. "Ma-maaf..."
Irene hanya diam, ia segera merapikan rambutnya yang cukup berantakan.
"Ayo keluar, sebelum mereka kembali!!" Ujarnya, tangannya menarik lengan Irene, lebih tepatnya menyeret gadis itu. "Cepetan, kenapa sih?" Ujarnya, kesal.
"Iya, sabar!!" Ujar Irene, kesal. Ia mengikuti langkah Axelle yang mengendap-endap keluar dari sana,...
Krak!!
"Eh, itu dia!!"
"Shit!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments