Beberapa bulan kemudian

Beberapa bulan kemudian

pagi itu sekitar jam sepuluh Tary baru bangun tidur karena hari ini libur, menguap lebar sambil mengucek kedua matanya lalu beranjak duduk. Lantas Tary mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Clara karena memang hari ini toko sedang libur.

" Baru bangun lo, nie gue beliin nasi uduk buat lo ." dan meletakkan di atas meja lipat dekat kasur dan ia pun duduk di pinggir kasur dan memainkan phonsel nya.

" Lo habis dari mana pagi-pagi udah ngilang aja lo." ucap tary beranjak ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka.

" Cari makan lah laper gue sekalian beli kuota internet, jalan Yo tar ke mana ke bosen gue dikontrakan mulu." ucap Clara saat melihat Tary keluar dari kamar mandi.

" Kuy lah gue juga bosen pengen refreshing." ujar tari sambil sibuk membuka bungkusan nasi uduk dan memakannya.

Satu jam kemudian dua jomblo itu pun menuju mall di kota itu, dan menuju ke time zone untuk bermain.

" Tar main itu yo." ucap Clara menunjuk permainan basket dan berjalan ketempat permainan tersebut sambil menarik tangan Tary untuk mengikutinya.

" set dah anjir kaget gue main tarik aja lo untung gak nyungsep gue." dumel tary kepada sahabatnya.

" He he he lama sih lo jadi gue tarik aja." jawab Clara cengengesan, lalu mereka pun bermain dengan hebohnya.

satu jam kemudian mereka kelelahan karena sudah mencoba banyak permainan.

" Ra haus gue beli minum yo ." ajak Tary.

" Kuy lah gue juga haus mana capek banget lagi ." saat mereka bedua sedang menunggu pesanan minuman, tiba-tiba dateng seorang anak laki-laki sekitaran usia tiga tahunan.

" Mami Mami Mami Zayan mau di gendong sama mami." ucap anak laki-laki itu sambil menarik-narik baju yang tary pake.

" Anjir anak siapa tar, lo udah punya anak tar ." ucap Clara celingukan mencari sosok orang tua bocah itu.

" Anak dari Hongkong gue aja nggak pernah nikah, yakali tiba-tiba punya anak Segede dugong." sewot Tary lalu jongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan bocah tersebut.

" Ganteng gini dibilang dugong rabun emang mata lo tar, mana imut banget lagi gondol bawa pulang boleh gak sih." ucap Clara sambil mengusap rambut bocil itu.

" Boleh Tante yang penting Zayan ikut sama mami." ujar anak itu menatap Clara dengan tatapan polosnya.

" Aduh anak siapa sih gemesin banget." ucapnya sambil mencubit pipinya dengan gemes.

" Adek kesini ama siapa kenapa sendirian mama dan papanya kemana." tanya tary meliat sekeliling siapa tahu ada orang yang kehilangan anaknya.

" sama papi tapi papi sibuk telfonan mami jadi Zayan ikut mami aja ok." ujar bocah itu.

" Trus mami kamu kemana apa cuma pergi bareng papi doang." tanya Tary.

" sama papi aja kan mami disini gimana si mami masa tanya mami Zayan dimana ya disini ini mami Zayan." ujar anak itu.

" anak duda kayanya Tar bapaknya seganteng apa yah kira-kira, anaknya aja ganteng banget kesempatan kenalan ama duda ganteng ini mah Tar jangan di sia-sia in." ucap Clara.

" Pala lo duda, dada duda dada duda iya kalau duda kalau bukan mau jadi pelakor lo." sewot Tary.

" duda itu apa mami." tanya bocah itu penasaran.

" Maaf kak pesanan kaka." sela mba-mba penjual minuman itu.

" Eh iya kak makasih."

" sama-sama kak."

" Adek mau kakak anter ke papi kamu, tadi papi kamu dimana." tanya Tary kepada anak itu

" Di atas."

"Hah diatas trus Lo turun sendiri cil bahaya tau kalau kamu kenapa-kenapa gimana hah." omel Clara kepada anak itu.Lalu anak itu ngumpet di belakang Tary karena takut sama Clara yang marah sambil melotot.

" Ra ih nie bocah takut liat Lo melotot kaya gitu tau sawan yang ada dia di gituin sama lo."

" Abisan gue kaget nie bocah turun lewat eskalator sendirian Tar."

" Adek lain kali kalau nggak ada orang dewasanya kamu nggak boleh sembarangan naik eskalator itu bahaya ngerti." ucap Tary dengan lembut tidak seperti Clara yang spontan bicara keras dan melotot kepada anak itu.

" Iya mami Zayan minta maaf lain kali Zayan nggak gitu lagi janji." ucap Zayan dengan mengulurkan jari kelingkingnya dan tary pun menautkan kelingkingnya juga. Tary pun beranjak berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Zayan lalu menggendong nya.

" Ayo kakak anter ke papi kamu, papi kamu pasti panik nyariin kamu yo Ra antar ni bocah." ajak Tary dan melangkah menuju ke eskalator untuk naik ke lantai atas tempat permainan.

Sedangkan di lantai atas seorang lelaki sedang kebingungan mencari anaknya yang baru saja ia tinggal telfon dengan klayennya, "ya ampun kamu kemana sih Zayan bikin papi panik aja dumel lelaki itu dengan lirih.

" Maaf Bu ibu liat anak ini tidak." ucap lelaki itu sambil memperlihatkan foto anaknya.

" maaf mas saya nggak liat tuh."

" oh makasih." lalu ia pun beralih bertanya kepada orang yang ia temui disitu.

" maaf dek ada liat anak kecil ini nggak."

" maaf om nggak liat." lelaki itu makin panik karena anaknya tidak kunjung ditemukan.

" maaf mba liat anak kecil ini tidak."

" Oh iya saya tadi liat dia di bawah di kedai boba mas "

" makasih mba ." lelaki itu pun lari menuju eskalator untuk menuju ke bawah, saat di eskalator mata nya terus melihat ke segalah arah saat dia melihat kearah eskalator untuk menuju keatas dia melihat anaknya di gendong oleh seorang perempuan muda. Ia pun berteriak memanggil anaknya.

" Zayan . . . . Zayan . . . Zayan papi disini." teriaknya tidak peduli jadi perhatian bayak orang.

" Tar denger nggak ada yang teriak manggil manggil nie bocah." tanya Clara.

" Iya gue juga denger, Zayan denger nggak dek." tanya Tary lalu dia melihat ke arah eskalator arah turun dia melihat seorang lelaki berparas tampan teriak memanggil nama Zayan.

" Gila ganteng banget Tar, eh cil itu bapak lo." tanya Clara kepada bocah yang ada di gendongan Tary.

" Ra gak usah bikin malu deh heboh banget." sewot Tary malu sama orang-orang yang ada di eskalator.

" Iya itu papinya Zayan mami kenapa mami mau kenalan ama papi, nanti Zayan kenalin deh tapi papi Zayan kaya kulkas, kata Tante Cika papi kaya kulkas pintu dua. Eh tapi papi Zayan kaya ko nggak miskin beneran deh nggak bohong ."jawabnya polos.

" Ha ha ha ha ."lepas sudah tawa Clara saat bocil dalam gendongan Tary menistakan papinya mana ngatain papinya kaya kulkas lagi ada-ada aja nih bocah gebragannya.

" Udah deh Ra nggak usah ketawa mulu kaya orang setres lo."

" Abisan nie bocah ada-ada aja bapaknya sendiri dikatain kaya kulkas orang ganteng gitu juga ." jawab Clara masih cekikikan.

Sedangkan di eskalator sebelah sana terlihat seorang lelaki dengan panik menaiki eskalator dengan ter buru-buru takut anaknya di culik.

Sesampainya diatas saat tary mau melangkah menuju kursi dekat eskalator seorang pria berteriak.

" Diam disitu jangan kemana-mana." teriaknya sambil berlari menuju eskalator untuk turun.Sesampainya dibawah dia berhenti sejenak untuk mengambil nafas karena lelah berlarian sedari tadi untuk mencari anaknya.

" Turunin anak saya kamu mau bawa anak saya kemana, jangan berani-beraninya kamu mau bawa kabur anak saya." ucapnya ngegas.

" Papi jangan marah-marah sama mami nanti mami Zayan kabur loh." ucap Zayan kepada papinya.

" Zayan kamu panggil dia apa mami dia bukan mami kamu dia orang asing jangan asal ikut dengan orang asing berbahaya kamu tahu tidak." ocehnya panjang lebar.

" Kamu berani-beraninya ngajarin anak saya buat panggil kamu mami, kamu mau manfaatin anak saya buat minta uang ke saya mau berapa hah bilang nanti saya kasih." ucapnya pedas.

" Udah ngebacotnya lo kira gue serendah itu manfaatin bocah ini buat minta uang ke lo, gue masih mampu kerja cari uang dan asal lo tau anak ini tiba-tiba dateng nyamperin gue ama temen gue yang lagi beli minuman di lantai bawah. trus anak lo tiba-tiba manggil gue mami gue tanya dia disini ama siapa dia bilang sama papinya tapi papinya sibuk telfonan gak merhatiin anaknya yang masih butuh pengawas lo tau anak Lo turun naik eskalator sendirian kalau nie bocah kenapa-kenapa emang lo nggak ngerasa bersalah sibuk boleh tapi perhatiin anak lo jangan sampai lengah, dan asal Lo tau gue cuma mau nganterin dia ke papinya karena gue nggak tega kalau biarin dia naik eskalator sendirian buat balik ke atas, jadi jaga mulut lo jangan asal nuduh orang sembarangan paham". Lalu tary menyerahkan anak itu ke orang tuanya setelah itu dia menarik tangan Clara dan beranjak pergi dari sana dengan wajah dongkolnya.

" Eh eh eh Tar pelan woy jatuh nanti gue elah main tarik aja kaya narik anak sapi." sewot Clara.

" Sebel gue ama tuh orang sekata-kata ngatain orang bukanya ditanya baik baik." jawab Tary sewot.

" Tapi ganteng Tar gue aja terpesona ilah belum kenalan Lo malah narik-narik gue gagal kan kenalan ama duren." ucap Clara cengengesan.

" Pis damai Tar damai gak usah melotot kaya gitu serem gue liatnya." menunjukan tanda pis dengan jari tangannya,"serem juga liat Tary melotot kaya gitu" batin Clara.

Setelah mendengar ocean perempuan tersebut panjang lebar, lelaki itu diam mematung dan marasa bersalah karena sudah menuduh yang tidak-tidak kepada perempuan itu.

" mami . . . Mami . . . Mami Zayan mau ikut mami ." teriak Zayan sambil menangis.

" Diam dia bukan mami kamu ayo pulang jangan bikin keributan kalau gak mau papi tinggal." ancamnya pada sang anak karena mereka bedua jadi tontonan banyak orang.

" Zayan mau ikut sama mami mau mami papi ." ucapnya sesenggukan.

" Sudah papi bilang dia bukan mami kamu udah jangan nangis lagi." pria itu pun menggendong anaknya turun menggunakan eskalator menuju lantai bawah.Sesampainya di besmen ia pun menuju mobilnya dan meletakkan anaknya di kursi samping kemudi, lalu melajukan mobilnya untuk pulang.

" Papi bilang berhenti jangan nangis lagi apa mau papi turunin dijalan hmm." katanya menakut-nakuti anaknya.

" Zayan mau sama mami mau mami papi."ucapnya terus menangis.

" Papi nggak suka liat anak papi nangis kaya gini papi udah bilang orang itu bukan mami, Zayan nggak bisa sembarangan memanggil mami ke orang yang tidak dikenal kalau orang itu orang jahat gimana Zayan mau di pisahin ama papi nggak ketemu papi lagi mau." katanya dengan nada tegas, dan membiarkan anaknya terus menangis sesampainya dirumah dia melihat ke arah anaknya yang tertidur di kursi samping kemudi,lalu dia turun dan menuju pintu di sisi lain dimana anaknya tertidur kemudian ia menggendong anaknya untuk dibawa masuk kedalam rumah.

" Assalamualaikum ." pria itu mengucap salam.

"Waalaikumsalam Zayan ketiduran kamu langsung bawa ke kamar aja biar dia istirahat."titah sang mama pada nya.

"Zayan mau mami mami. . . Mami . . . Mau ikut ama mami."igaonya Dalama tidur.

" Mami siapa yang disebut mami sama Zayan cel."tanya perempuan paru baya itu pada putranya.

" Nanti aku jelasin ke mama sekarang aku mau bawa Zayan ke kamar dulu sus kamu temanin anak saya di kamarnya." titahnya kepada suster anaknya.

" Baik tuan." lalu membuntuti tuannya untuk kemar anak asuhnya.

Zayan pun diletakan di kasurnya sebelum pergi meninggalkan anaknya ia pun mengecup keningnya lama," maafin papi yang udah lalai jagain kamu maafin papi belum bisa ngasih apa yang Zayan inginkan." bisiknya pelan ditelinga anaknya sebelum beranjak ia pun mengecup kening anaknya sekali lagi, lalu berjalan menuju pintu untuk keluar.

Sesampainya dibawah ia pun duduk di depan mama papanya.

" Jadi kenapa tiba-tiba Zayan mengigo memanggil mami apa yang terjadi sebelumnya kenapa dia tiba-tiba kaya gitu." tanya sang mama penuh selidik.

" Tadi di mall Zayan sempat hilang."belum sempat ia menyelesaikan ucapannya mamanya sudah memotong ucapannya.

" Apah hilang kamu ngapain sampai-sampai anak kamu hilang hah!! kamu ngapain aja jawab mama AXCEL." murka sang mama kepada anaknya.

" Mama tenang dulu jangan marah-marah nanti darah tingginya kumat loh ." sang suami menenangkan istrinya yang sedang marah terhadap anaknya.

" Tenang kamu bilang pah gimana mama bisa tenang coba kamu ceritain yang jelas kenapa cucu mama bisa sampai hilang." Axcel pun menceritakan semuanya tanpa di tambah-tambahin atau dikurang- kurangin.

" Keterlaluan kamu bukannya mengucapkan terima kasih karena sudah menolong anak kamu, malah menuduh orang sembarangan kamu mikir gak gimana perasaan orang itu hah." murkanya pada sang anak.

" Maaf mah aku tadi panik jadi langsung ngomong kaya gitu kedia." sesalnya karena dia sudah memarahi perempuan yang menolong anaknya.

" Harusnya kamu minta maaf sama perempuan itu bukan sama mama."

" istighfar mah jangan marah-marah terus inget darah tinggi mah." ucap suaminya menenangkan.

" astaghfirullah punya anak laki satu ko ya kaya gini amat mama gak mau tau kamu harus cari orang itu dan minta maaf, mama gak mau kamu membuat orang sakit hati setelah ngelakuin kebaikan ke kamu denger tidak." ucapnya dengan kencang.

" Iya mah." parahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!