Malam itu, mereka tiba di rumah mewah yang telah disiapkan. Rumah itu besar dan megah, tapi terasa kosong. sama seperti perasaan mereka berdua.
Saat masuk ke dalam, reihan langsung berjalan ke arah kamarnya tanpa menoleh ke Nayla.
Nayla Arashinta W..B
Tunggu
Reihan berhenti di depan pintu kamarnya, lalu menoleh pelan.
Nayla Arashinta W..B
Aku tidur dimana?
Reihan Aditya Baskara
Reihan mengangkat alisnya, seolah pertanyaan itu tidak perlu diajukan. "Di kamar ini.
Reihan Aditya Baskara
Nayla Arashinta W..B
Mata Nayla membesar. "Kita tidur sekamar?
Reihan Aditya Baskara
Reihan menyandarkan bahunya ke pintu, menatap Nayla dengan ekspresi datar. “Orang tua kita pasti akan mengecek pernikahan ini. Jika kita tidur di kamar terpisah, mereka akan curiga.
Nayla menghela napas panjang. Ia tidak bisa membantah logika itu. dengan enggan, ia masuk ke kamar yang ternyata memiliki satu ranjang besar di tengah ruangan.
Setelah berganti pakaian, Nayla naik ke ranjang, berbaring sejauh mungkin dari sisi tempat reihan berada. Ia menarik selimutnya dengan erat, berharap bisa tidur dan melupakan semuanya.
Reihan, di sisi lain, juga tidak berbicara. Ia hanya duduk di tepi ranjang, membaca dokumen bisnis sebelum akhirnya ikut berbaring.
Lampu kamar dimatikan.
Keheningan menyelimuti ruangan.
Setelah beberapa menit, Nayla akhirnya memberanikan diri berbicara.
Nayla Arashinta W..B
Jadi, bagaimana kita akan menjalani ini?
Reihan tidak langsung menjawab. Hanya suara napas pelan yang terdengar.
Lalu, dengan suara datar, ia berkata
Reihan Aditya Baskara
Jalani saja seperti yang seharusnya.
Nayla Arashinta W..B
Nayla menggigit bibirnya. Tanpa perasaan?
Reihan Aditya Baskara
Reihan tersenyum kecil di tengah kegelapan. Bukankah itu sudah jelas?
Nayla menutup matanya. Ya, ini memang pernikahan tanpa rasa.
Bagaimana kehidupan mereka setelah ini? Akankah kehadiran keluarga atau situasi tertentu mulai mengubah hubungan mereka? Atau justru membuat konflik semakin dalam?
Comments