Cerita 3

"Jadi bagaimana bos kabar aplikasi penjualan yang baru diluncurkan itu?" tanya Theo, Adry baru saja keluar dari ruang kerjanya setelah hampir setengah hari hanya berada didalam ruangan kerjanya.

"Bagus semuanya lancar.. Kerja para pegawai baru itu lumayan bagus.." Adry baru saja mencoba meretas aplikasi penjualan yang baru diluncurkannya itu untuk menguji ketahanan aplikasi itu dari para hacker. Aplikasi penjualan itu adalah salah satu bisnis bersihnya.

"Dalam hal ini sepertinya aku bisa mempercayai kerja mereka"  katanya lagi dan mulai makan makanan yang telah disediakan buatnya.

"Theo.. carikan aku perempuan rasanya malam ini aku ingin bercinta.." kata Adry sambil mengunyah makanannya.

"Ok bos.. tapi gini bos, sebenarnya sejak tadi aku ingin melaporkan soal cewek yang di bar kemarin itu bos" kata Theo melapor. Adry berhenti mengunyah dan memandang Theo dengan alis berkerut.

"Hm.. kenapa dengan cewek itu?.."

"Itu bos.. tadi siang dia sepertinya habis dipukuli oleh pacarnya si reyn dan diusir dari rumahnya.."

"Trus.."

" Trus.. sampai sekarang dia masih berkeliaran bos, sepertinya dia tidak punya tujuan dan uang bos" mendengar itu adry tak berkata apa-apa, dia kembali mengunyah makanannya.

"Bagaimana bos.. apa cewek itu kita bawa pulang ke rumah aja bos?, kan bos lagi cari cewek buat ditiduri.." tanya Theo lagi. Tapi Adry masih tetap diam sampai akhirnya dia selesai makan.

"Ayo..kita temui gadis itu.." kata Adry pada akhirnya.

 

Jessica sedang duduk bersandar di ruang tunggu apotek disebuah rumah sakit umum di kota itu, dia tak tau harus kemana lagi. Siang tadi setelah Reyn sadar dari mabuknya tak berapa lama kemudian mereka mulai bertengkar, Jessica kecewa dengan kelakuan Reyn semalam, seharusnya dia membela dan melindungi Jessika dari tingkah mesum bosnya, tapi Reyn malah menyalahkan Jessica bahkan menuduhnya main mata dengan Adry laki-laki yang memukul Reyn, padahal jangankan kenal, saat Adry memukul Reyn itu, kali itu adalah saat pertama kali Jessica melihat orang itu. Reyn menjadi semakin marah pada penyangkalan Jessica dan akhirnya terjadi pemukulan serta pengusiran oleh Reyn. Jessica sebenarnya tahu di kota ini dia tidak punya kenalan apalagi keluarga, dan dia juga tak punya uang untuk menyewa kamar penginapan tapi karena sakit hati dan gengsi dia tetap pergi dari rumah Reyn, dan di sinilah dia berakhir di ruang tunggu apotek rumah sakit umum, dia masih ingat saat neneknya dirawat dirumah sakit dulu, ruang tunggu apotek di sebuah rumah sakit umum tak pernah tutup jadi dia pikir disana dia bisa beristirahat sambil memikirkan rencana selanjutnya. 

"Woi.. ngapain kamu disini?" sebuah suara membangunkan Jessica dari tidur ayamnya. Dia melihat ke orang yang membangunkannya.

"Eh kamu.." kata jessica saat menyadari siapa orang yang membangunkannya itu.

"Kamu satpam disini juga ya?" tanya Jessica.

"what!!.. sialan kamu dipukuli kayak ini.." Adry sebenarnya kesal dikatai satpam oleh Jessica tapi kekesalannya itu membuat dia menatap Jessica dan DEG.. Dia kaget dan kesal melihat wajah Jessica yang memar akibat dipukuli, tangan Adry terulur berniat menyentuh wajah Jessica yang memar, tapi lagi-lagi langsung ditepis oleh Jessica.

"Aku tadi terburu-buru dan menabrak pintu.." bohong Jessica.

"HAH?!.. kamu masih membela laki-laki brengsek itu.."Adry tertawa sumbang, merasa aneh dengan cinta Jessica.

"Halo bro.. aku nggak kenal kamu.. jangan seenaknya mengatai orang buruk.."

"Apa yang ingin kau ketahui tentang aku?" tanya Adry angkuh

"Kenapa kamu disini? Kamu mengikuti aku, Kamu menguntit aku kan?!" Jessica menatap Adry tajam dan mereka saling menatap untuk sesaat.

"Aku.. aku hanya kebetulan lewat disini.. ada kenalanku yang sakit, dan kasihan melihatmu disini"

"Kenapa kau berpikir aku kasihan?"

"Ya kasihan aja.. Lihat dirimu, dengan sebuah koper.. dan duduk hampir tertidur disini.. Kenapa nggak pulang.."

"Itu bukan urusanmu.." Jessica berhenti menatap Adry, dia mengatur posisi duduknya bersiap untuk tidur kembali dan mengabaikan Adry.

"pulanglah ke kotamu.. Reyn itu bukan laki-laki yang baik, sekedar kamu tau Reyn itu pengedar.." kata Adry suaranya sedikit menjadi lembut, dan dia mengeluarkan setumpuk uang dan meletakkannya ditangan Jessica.

"Aku ingin mengajakmu pulang ke rumahku tapi pasti kamu nggak mau.. pakailah uang itu, sewa lah kamar hotel, atau apapun yang kau mau, dan jangan lupa ke dokter, obati memar di wajahmu itu" kata Adry lagi. Jessica terdiam tak bisa berkata-kata, dia memandangi uang dan wajah Adry bergantian, takjub dengan orang aneh itu, pikirnya siapa dia kenapa rela memberinya uang sebanyak itu, padahal mereka tidak saling kenal, apakah dia orang yang berpura-pura baik, tapi akhirnya akan menjualnya? Jessica masih menatap Adry tajam.

"Apakah kamu penyihir yang memberikan permen dan kue pada dua kakak beradik kemudian setelah mereka gemuk dia memakan mereka" tanya Jessica

"Jangan ngaco, aku hanya kasihan padamu"

 "Apakah kamu mengenalku?" dan mereka kembali saling menatap, dimata Adry ada sedikit keraguan.

"Iya aku mengenalmu.. kamu pacar Reyn.. pengedar narkoba yang paling brengsek"

"bukan itu maksudku.."

"Oke.. apakah kamu mengenalku juga?" Adry balik bertanya, dan memandangi Jessica dengan angkuh.

"Baiklah uangmu aku terima. Jangan berpikir yang aneh- aneh itu karna saat ini aku memang perlu uang, tapi maaf tidak perlu sebanyak ini " Jessica mengambil sedikit uang dari tumbukan uang yang diberikan oleh Adry tadi.

"Cukup segini..yang lainnya aku kembalikan dan ku harap kamu boleh pergi, terima kasih" kata Jessica, dan dia bersiap pergi.

"ku antar kamu ke hotel.."

"Nggak perlu, aku bisa sendiri.." jawab Jessica.

"Kamu nggak takut pada preman atau orang jahat, ini sudah hampir jam 12 malam" Jessica diam, tapi tiba-tiba Jessica melakukan gerakan kaki dan menampar pipi Adry dengan kakinya, gerakannya begitu cepat, entah bagaimana dia bisa melakukan itu.

"Maaf ya.. aku bisa menjaga diriku sendiri, walaupun sudah lama aku tak latihan lagi tapi aku DAN-2 taekwondo" kata jessica percaya diri, dan berjalan meninggalkan Adry. Dengan rasa sakit dan malu Adry berjalan ke mobilnya.

"Bos.. kamu nggak apa-apa?" tanya Theo ketika Adry telah duduk didalam mobilnya , Theo tadi sempat melihat bosnya ditampar oleh Jessica dengan menggunakan kakinya.

"Ayo jalan.." kata Adry cuek.

"Dia cewek yang istimewa ya bos.."

"Aku nggak peduli.." jawab Adry ketus.

"nggak usah malu bos kalau memang suka.."

"Aku nggak suka. Dan kamu bisa diam nggak sih.." kata Adry tegas, Theo dengan patuh langsung diam, tapi dalam hatinya dia protes, kalau nggak suka, kenapa harus jauh-jauh datang kesini kalau hanya untuk memberikan uang pada cewek itu.

"Tetap suruh anak buah mu awasi dia.." kata Adry lagi.

"Baik bos.." jawab Theo, dia tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!