"Hey!" Calista menatap Laura dengan tajam, tentunya dia tidak terima dengan perkataan Laura beberapa detik lalu.
"Kenapa marah, kak? Bukankah itu benar?" Tanya Laura dengan senyuman sinisnya.
"Jangan karena kamu sudah ada yang melindungi, kamu jadi kurang ajar ya!"
"Haha, bukankah memang sudah seharusnya aku menggunakan kekuasaan Daddy kan?"
"Ohh, jadi sekarang kau jadi sugar Daddy?"
"Tidak salah." Jawab Laura. Tanpa sepengetahuan keduanya, dari dalam butik ada Lily yang diam-diam merekam perdebatan Laura dan kakak tiri menyebalkannya itu.
"Hahaha, lucu banget. Artinya kau juga menyerahkan dirimu pada pria itu, kan? Memalukan."
"Setidaknya, aku menyerahkan diriku hanya pada satu orang pria. Lalu, bagaimana dengan anda sendiri? Sudah berapa pria yang menyentuh tvbuhmu? Rasanya, kau lebih jauh memalukan dibanding aku." Laura menjawab tanpa gentar sama sekali. Sudah saatnya dia menunjukkan taringnya, jika dulu dia hanya diam saja saat Laura atau orang tuanya merendahkan dirinya, maka sekarang dia akan melawan. Ya, keberaniannya itu muncul setelah dia bersama Sagara. Dia percaya pria itu akan melindunginya.
"Laura!"
"Jangan teriak-teriak, berisik. Atau kamu mau dianggap orang gak waras?" Tanya Laura, dia tersenyum miring dengan tatapan super duper sinis pada Calista yang mulai tersulut api kemarahan.
"Kau akan menyesal, Laura!"
"Benarkah?"
"Ya, tentu saja. Aku akan merebut priamu itu!"
"Iya, silahkan kalau dia mau. Tapi setahuku, Daddy tidak suka barang bekas. Dia lebih suka barang original. Secara, dia orang terpandang, orang penting, seleranya juga tinggi, jadi tidak mungkin dia akan memakai barang yang sudah digunakan orang lain." Jawab Laura lengkap dengan seringai jahatnya. Calista meradang, dia berjalan maju dan bersiap untuk menampar wajah Laura, tapi..
"Berani menyentuhnya seujung rambutnya, kau akan m*ti." Seseorang menendang tulang kering Calista hingga perempuan itu terjatuh.
"Kau siapa hah?"
"Aku? Tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku peringatkan, berani menyentuh Nona Laura, maka bersiaplah kehilangan ny4wamu!" Tegasnya. Pria berseragam serba hitam, lengkap dengan kacamata hitam itu berkata dengan lugas dan tegas. Badannya tinggi besar dan kekar, dia terlihat seperti seorang bodyguard.
Laura mengernyitkan keningnya, jujur saja dia tidak tahu menahu siapa pria yang telah melindunginya ini, tapi yang jelas Laura berpikir jika ini pasti ada hubungannya dengan sang Daddy.
"Pergilah, sebelum aku mem4tahkan lehermu karena berani membentak Nona Laura!"
"Aaaahhh, lihat saja nanti. Kau akan mendapatkan balasan yang setimpal, Laura!" Teriak Calista sambil menunjuk wajah Laura yang tubuhnya menghilang dibalik tubuh besar pria yang datang secara tiba-tiba itu.
"Pergi."
Calista pergi dengan terburu-buru, meskipun kakinya terasa sakit karena tendangan pria itu.
"M-maaf.."
"Jangan takut, Nona. Saya pria yang diutus oleh Tuan Sagara untuk melindungi anda dari serangan b4bi liar."
"Hah?"
"Saya tidak tahu, tapi Tuan Sagara mengatakan itu. Saya juga tidak tahu, dimana b4bi liarnya, tapi.."
"Haha, iya iya. Aku mengerti, terima kasih atas bantuannya."
"Jika merasa terganggu, saya bisa menyingkirkannya dengan mudah."
"Iya, biarkan saja. Sebenarnya, aku senang mendengarnya bicara." Laura terkekeh pelan. Tapi Laura keheranan sendiri, pria itu terus saja menunduk tak berani menatap ke arahnya.
"Permisi, kenapa anda menunduk terus?"
"Maaf, Nona. Tuan Sagara bilang, jika saya melakukan eye contact dengan anda, gaji saya akan dipotong." Jawabnya jujur, membuat Laura terkekeh.
"Ada-ada saja, dasar Daddy. Kalau begitu, saya duluan yaa.."
"Baik, Nona." Jawabnya. Laura berjalan masuk ke dalam butik dan disambut oleh Lily yang tengah mengatur bunga di bagian depan.
"Ketemu b4bi liar?"
"Hmm, biasa. Eehh tunggu.."
"Iya, gue yang bilang sama Daddy gue kalau elu lagi dalam bahaya."
"Terus, apa hubungannya?" Tanya Laura dengan wajah polosnya.
"Jangan bilang Lo lupa kalo Daddy gue itu asistennya Daddy Lo."
"Astaga, iya. Jadi Lo yang laporin yaa?" Tanya Laura, Lily menganggukan kepalanya mengiyakan.
"Gak salah lagi."
"Harusnya gue udah tahu sih.."
"Bagus dong."
"Tapi, kalau cuma masalah ginian, gue bisa tangani sendiri kok, Ly."
"Kalo bisa dilindungi sama Daddy Lo, kenapa enggak? Jangan lupa kalo Daddy Lo itu orang berkuasa, gunakan itu sebaik mungkin, Lau." Jawab Lily. Laura tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya, benar juga yang dikatakan Lily. Mumpung dia memiliki Sagara, sebisa mungkin dia harus pandai memanfaatkan situasi.
"Bener juga.."
"Lo harus pandai manfaatin situasi dan keadaan yang ada, Lau. Gapapa sesekali manfaatin orang, toh Daddy Lo juga gak keberatan." Laura hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.
"Btw, nanti balik kerja ada waktu luang gak?"
"Emang kapan gue sibuk?"
"Halah, gue cuma basa-basi doang. Jalan yuk?"
"Kemana?" Tanya Lily dengan antusias, wajahnya berbinar, membuat Laura terkekeh pelan.
"Mall, ada yang mau gue beli."
"Gue lagi boke, Daddy kan belom gajian." Jawab Lily sambil cengengesan.
"Bentar.." Laura merogoh tas bahunya lalu mencabut kartu yang diberikan oleh Sagara beberapa waktu lalu.
"Tadaaa.."
"Anjay, dari Om Sagara?" Tanya Lily. Laura mengangguk mengiyakan.
"Gue traktir apapun yang Lo mau."
"Wih, gas." Jawab Lily dengan bersemangat. Kedua gadis itu kompak tertawa, lalu setelahnya lanjut bekerja dengan fokus seperti biasa.
.
Jam makan siang pun tiba, Laura sedang membuka nasi box yang biasa diberikan oleh pemilik butik. Bekerja disini, memang disediakan makan siang untuk para karyawannya. Tapi saat Laura akan menyuapkan makanannya, tiba-tiba saja Sagara datang.
"Baby.."
"Lho.."
"Gue kesana dulu, Lau." Lily segera beranjak dari duduknya karena tak mau mengganggu Laura dan Sagara. Ya, dia juga tak mau jadi kambing conge. Lagipula, Sagara juga datang tidak sendirian. Tentunya, Sam pasti ikut kemanapun Sagara pergi. Kedua pria itu seperti monyet dan ekornya yang selalu ikut kemanapun.
"Hanya itu?"
"Apanya, Dad?"
"Lauknya." Sagara duduk di samping Laura. Pria itu datang bukan untuk makan siang bersama, dia sudah makan sekalian meeting tadi, tapi kebetulan rutenya melewati butik tempat Laura bekerja, jadi dia memutuskan untuk mampir lebih dulu. Jujur, dia merindukan gadis itu.
"Ini sudah lebih dari cukup, Daddy."
"Mau Daddy pesankan lauk yang lain? Daging, ikan atau apa?"
"Tidak perlu, Dad. Ini enak kok.."
"Baby, kalau ada apa-apa, bilang sama Daddy."
"Hanya masalah kecil, Dad. Aku masih bisa menanganinya.."
"Mulai hari ini, Daddy menjagamu dengan bodyguard."
"Dad, gak usahlah kayak gitu."
"Keputusan Daddy sudah bulat, baby. Keputusan ini sudah mutlak dan Daddy tak suka dibantah, mengerti?"
"Iya iya, aku ngerti." Jawab Laura sambil menghela nafasnya.
"Mau?" Tawar Laura. Sagara menggelengkan kepalanya.
"Daddy sudah makan tadi, sekalian meeting tadi."
"Yakin? Ini enak lho.." Laura menyendok makanannya lalu mendekatkan sendoknya pada Sagara.
"Ayo, aaaaa.." mau tidak mau, Sagara menerima suapan yang disodorkan oleh Laura. Dia mengunyahnya dengan perlahan sambil menatap senyuman manis Laura.
"Enak?"
"Not bad, Daddy lebih suka makanan yang kamu masak." Jawab Sagara sambil tersenyum kecil.
"Oke, noted. Aku masakin lagi nanti, tapi pulang kerja mau jalan-jalan dulu sama Lily, boleh kan?"
"Ya, boleh." Jawab Sagara. Dia mengusap puncak kepala Laura lalu mencuri kecupan di pipi kanan sang gadis, membuat pipinya berubah kemerahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Naufal Affiq
semangat thor
2025-04-01
1
kaila
lanjut kak
2025-04-01
1
asihh..💖
dobel dong thor
2025-03-31
1