Bab 7. Menyusul Ke Jakarta

Bella turun dari taksi, tepat di depan kantor BW Group. Ia sempat terkagum-kagum dengan gedung belasan lantai milik suaminya.

Ternyata dia bukan orang sembarangan.

Saat melangkah masuk ke dalam gedung, kekagumannya kian bertambah. Interior gedung itu sangat bagus dan berkelas. Bella mengedarkan pandangannya, mencari tempat untuk bertanya.

Pandangannya langsung tertuju pada meja marmer melingkar terletak di tengah ruangan. Ada beberapa gadis cantik dengan seragam biru dengan dandanan hampir sama, duduk berjajar menerima telepon.

“Permisi, Mbak. Saya bisa bertemu dengan Ibu Rissa Cantika. Saya adiknya.” Bella berkata saat sudah berdiri di depan meja.

“Maaf, dengan siapa ya, Mbak?” tanya salah satu gadis tersenyum. Merespon pertanyaan Bella.

“Bella. Nama saya Bella, Mbak."

“Tunggu sebentar, ya. Mbak bisa menunggu di sana,” jawab sang gadis, menujuk ke arah sofa yang disediakan untuk para tamu menunggu.

Mau tidak mau Bella harus melangkahkan kaki dan duduk menunggu. Terlihat ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, mengirim pesan teks kepada ibunya

[Bu, aku sudah di Jakarta. Sedang menunggu Kak Rissa.]

Saat akan menyimpan ponselnya, mata Bella tertuju pada sosok tampan dan berwibawa yang baru saja masuk ke dalam gedung, melewati tempatnya duduk menunggu. Laki-laki yang wajahnya tidak asing untuk Bella. Selama delapan tahun, ia tinggal bersamanya.

Deg.

“Tuan Bara,” ucap Bella pelan. Laki-laki itu sedang berjalan masuk ke dalam dengan tergesa-gesa. Bahkan pandangannya fokus ke depan, tidak terpengaruh dengan ramainya orang di sekitar. Terlihat seorang laki-laki muda berjalan di sampingnya.

Tidak ada sedikit pun niat Bella untuk menyapa. Mungkin rasa sakit diabaikan selama dua tahun ini, Bella memilih untuk tidak mencari tahu atau memupuk perasaan lebih pada suaminya. Ia cukup tahu diri, siapa dirinya yang hanya anak seorang pembantu. Dan siapa sang suami, pemilik gedung dan perusahaan tempatnya berdiri saat ini.

Satu jam menunggu, Bella akhirnya mencari informasi kembali pada gadis-gadis yang terlihat sibuk menerima panggilan yang masuk ke perusahaan.

“Maaf, Mbak. Bagaimana?” tanya Bella.

“Ya ampun, saya lupa. Maaf-maaf, banyak pekerjaan jadi lupa,” sahut sang gadis, meminta maaf dengan kedua tangan mengatup di depan dada. Ada rasa bersalah bergelayut di mata gadis itu.

“Tunggu sebentar, Mbak,” lanjutnya lagi.

Kembali Bella harus menunggu. Jangan ditanya bagaimana perasaannya. Setengah jam menunggu, berdiri di depan meja costumer service. Setelah berhasil mendapat informasi, ia harus menelan kekecewaan kembali.

“Maaf, Mbak. Ibu Rissa sedang tidak sehat. Sehabis makan siang tadi, sudah tidak kembali ke kantor.”

“Mbak, apa saya bisa minta nomor ponselnya?” tanya Bella, meminta bantuan.

“Maaf, Mbak. Saya tidak bisa,” tolak sang gadis.

“Saya memiliki nomor ponsel yang lama, tetapi sekarang sudah tidak bisa dihubungi,” jelas Bella lagi.

“Mbak, kalau alamatnya ... apa saya bisa mendapatkan alamatnya? Saya benar-benar harus bertemu. Saya adiknya,” jelas Bella. Terlihat Bella mengeluarkan tanda pengenal dari dompet dan menyodorkannya.

“Maaf, Mbak. Saya tidak bisa memberi segala informasi tentang karyawan di sini,” tolaknya.

“Besok, Mbak bisa kembali lagi,” usul sang gadis lagi, menyodorkan kembali tanda pengenal kepada Bella.

Bella sudah tertunduk lemas. Ia menghabiskan banyak waktu untuk menunggu, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Kalau harus menunggu besok lagi, ia khawatir dengan kondisi ibunya di Surabaya. Ini saja ia terpaksa meninggalkan sang ibu sendirian. Kalau bukan demi membawa pulang kakaknya, ia tidak akan mau mengambil keputusan ini.

“Apa aku hubungi Tuan Bara saja, ya. Siapa tahu dia bisa membantu,” ucap Bella. Terlihat gadis muda itu sedang berpikir dan menimbang, apakah keputusannya untuk menelepon sang suami sudah tepat.

Akhirnya, Bella mengeluarkan ponselnya. Ragu-ragu, ia menghubungi Bara untuk pertama kali dalam hidupnya. Biasanya, ia hanya akan mengirim pesan teks, tetapi sekarang Bella memilih berbicara langsung, supaya bisa segera mendapatkan informasi.

Ia tampak gugup, menempelkan ponsel di telinganya. Nada dering itu semakin membuat jantungnya berdetak kencang.

“Ya," sapa seseorang dari seberang.

“Ma ... maaf dengan Tuan Bara?” tanya Bella terbata. Ia benar-benar gugup saat ini. Tangannya yang bebas, tampak meremas ujung kemejanya.

“Maaf, Mbak. Pak Bara sedang rapat. Ada yang bisa dibantu. Saya asistennya, Kevin.”

“Maaf, saya butuh bantuan Tuan Bara ....” Bella ragu, tetapi kalau tidak mengatakannya, ia harus kembali lagi ke kantor ini besok.

“Ya, ada apa?” tanya Kevin.

“Saya sudah di kantor, menunggu di lobi. Saya ingin bertemu dengan kakak saya, Rissa Cantika, tetapi katanya Ibu Rissa sudah pulang ke rumah. Saya ingin menanyakan alamatnya,” jelas Bella.

Lama hening, tidak terdengar jawaban dari seberang.

“Saya akan turun ke bawah. Mbak tunggu di sana.” Hanya itu jawaban dari sang asisten sebelum memutuskan panggilannya.

Tak lama, tampak laki-laki yang tadi berjalan bersama Bara muncul di lobi. Mengedarkan pandangan, seperti mencari seseorang. Terlihat dia bertanya ke bagian costumer service untuk mencari informasi si penelepon yang sedang mencari Bara, sang owner BW Group.

“Selamat sore, Mbak.” Laki-laki itu menyapa Bella yang sedang duduk di sofa ruang tunggu.

Bella langsung berdiri. “Sore,” sahut Bella, bingung.

“Saya Kevin, yang tadi menerima panggilan Mbak di ponsel Pak Bara. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Kevin mempersilahkan Bella duduk dan kemudian menyusul duduk.

“Saya baru tiba dari Surabaya tadi siang. Saya ingin bertemu dengan kakak saya yang bekerja disini juga. Namanya Rissa Cantika. Saya sudah mencoba menghubungi ponselnya, tetapi tidak tersambung. Katanya Kak Rissa sakit, apa saya bisa mendapatkan alamatnya?” tanya Bella ragu. Kembali ia menyodorkan tanda pengenalnya pada Kevin.

Kevin menatap Bella mencari kejujuran di matanya. Ia tidak berani melakukan tindakan gegabah. Bukan kapasitasnya untuk membagi informasi karyawan yang bekerja disini, tetapi mengingat gadis ini mengenal Bara. Kevin jadi berpikir lagi.

“Kalau dia adik Rissa, tentu dia mengenal Bara,” batin Kevin.

“Ibu saya sakit, ingin segera bertemu Kak Rissa,” ucap Bella untuk meyakinkan Kevin.

“Baiklah.” Kevin berjalan menuju meja costumer service dan menulis sesuatu di atas secarik kertas. Tampak Kevin berbincang dengan salah seorang gadis disana, sesekali melirik ke arah Bella.

“Ini, Mbak. Ibu Rissa sedang tidak enak badan. Mbak bisa menemuinya langsung di alamat ini. Aku akan menghubungi security, supaya Mbak diizinkan masuk ke sana,” jelas Kevin saat sudah kembali berdiri di hadapan Bella. Tangannya terulur menyodorkan secarik kertas berisi alamat.

“Terima kasih,” ucap Bella tersenyum, meraih kertas itu. Segera ia berlari keluar gedung, mencari taksi. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu kakaknya.

****

Terima kasih dukungannya.

Mohon bantuan Like, komen dan share.

Love You All.

Bisa mampir di judulku yang lain ya.

“Istri Kecil Sang Presdir”

Salam juga dari Om Pram dan Kailla.

Terpopuler

Comments

aurel chantika

aurel chantika

kok jadi ser-seran ya bacanya

2023-02-09

1

Aisyah Septiyasa

Aisyah Septiyasa

Apa risa juga ada hubungan dgn baro

2022-11-14

0

andi hastutty

andi hastutty

aku curiga yah

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Aku Akan Menikahi Salah Satu Putri Ibu
2 Bab 2. Menolak Menikah
3 Bab 3. Membahagiakan Ibu
4 Bab 4. Menikah
5 Bab 5. Kembali Ke Jakarta
6 Bab 6. Ibu Sakit
7 Bab 7. Menyusul Ke Jakarta
8 Bab 8. Bertemu Kak Rissa
9 Bab 9. Issabell Wirayudha
10 Bab 10. Menuju Ke Surabaya
11 Bab 11. Tidak Mau Bercerai
12 Bab 12. Cerita Yang Sebenarnya
13 Bab 13. Menjemput Bella
14 Bab 14. Mommy
15 Bab 15 : Pengumuman
16 Bab 16. Makan Siang
17 Bab 17. Mami Iccabell
18 Bab 18. Membiarkan Menunggu Tanpa Kepastian
19 Bab 19. Demi Ibu dan Issabell
20 Bab 20. Menukar Issabell
21 Bab 21. Bersiap Ke Surabaya
22 Bab 22. Mengenalkan Issabell
23 Bab 23. Kecupan Tiba- Tiba
24 Bab 24. Mantan Rissa
25 Bab 25. Mas Bara
26 Bab 26. Menemui Ricko
27 Bab 27. Tidak Salah Pilih Istri
28 Bab 28. Telepon Dari Ricko
29 Bab 29. Mulai Posesif
30 Bab 30 : Visual
31 Bab 31. Menantumu Kelewatan
32 Bab 32. Ke Kantor Bara
33 Bab 33. Saling Mengancam
34 Bah 34. Masukan dan Pencerahan
35 Bab 35 : Pengumuman
36 Bab 36. Gangguan Di Pagi Hari
37 Bab 37. Keluar Kota
38 Bab 38. Sepenggal Cerita Bara dan Rissa
39 Bab 39. Ke Bogor
40 Bab 40. Harus Kerja Keras
41 Bab 41. Nyonya Wirayudha
42 Bab 42. Keajaiban Dunia
43 Bab 43. Menerobos Jalan Tol
44 Bab 44. Mulai Terbuka
45 Bab 45. Cerita Bara 1
46 Bab 46. Cerita Bara 2
47 Bab 47. Kemarahan Bella
48 Bab 48. Telepon Dari Ricko
49 Bab 49. Meminta Jatah Lagi
50 Bab 50. Pulang
51 Bab 51. Rissa Bella
52 Bab 52. Tetap Disisiku
53 Bab 53. Itu Bukan Milikku
54 Bab 54. Daddy
55 Bab 55. Rania
56 Bab 56. Masa Lalu Bara
57 Bab 57. Tamu Di Pagi Hari
58 Bab 58. Ricko Ke Jakarta
59 Bab 59. Pertengkaran
60 Bab 60. Rumah Sakit
61 Bab 61. Permintaan Stella
62 Bab 62. Berbohong
63 Bab 63. Kemanjaan Bella Dimulai
64 Bab 64. Bercerita
65 Bab 65. Posesifnya Bara
66 Bab 66. Penolakan Bara
67 Bab 67. Kisah Brenda
68 Bab 68. Mulai cemburu
69 Bab 69. Merasa Diabaikan
70 Bab 70. Kejutan Di Pagi Hari
71 Bab 71. Ciuman Bella
72 Bab 72. Love?
73 Bab 73. Siapakah Love?
74 Bab 74. Membawakan Makan Siang
75 Bab 75. Bercerai Sebelum Ada Korban Jiwa
76 Bab 76. Ancaman Bella
77 Bab 77. Rujak Cingur
78 Bab 78. Tamu Bara
79 Bab 79. Ibu Rosma ke Jakarta
80 Bab 80. Bersabar Saja
81 Bab 81. Mirip Bella Kecil
82 Bab 82. Nanti Aku jatuh Cinta Padamu
83 Bab 83. Mengabaikan Bara
84 Bab 84. Bella Pingsan
85 Bab 85. Penyelesaian Sementara
86 Bab 86. Rujak Mangga Dari Pohonnya
87 Bab 87. Pohon Mangga Berbuah Semangka
88 Bab 88. Ricko Bertamu
89 Bab 89. Belajar Membuka Hati
90 Bab 90. Menitipkan Rania.
91 Bab 91. Keputusan Bella
92 Bab 92. Mungkin aku mencintaimu
93 Bab 93. Ada apa dengan Rania
94 Bab 94. Kembalilah pada Brenda dan Rania
95 Bab 95. Tidak ada yang tersisa
96 Bab 96. Ciuman di lift
97 Bab 97. Kamu manis sekali
98 Bab 98. Ulah Kailla
99 Bab 99. Bara & Pram
100 Bab 100. Sindiran Kailla
101 Bab 101. Kenapa memukul Kak Ricko
102 Bab 102. Dia Lelaki baik
103 Bab 103. Rencana Bella
104 Bab 104. Mau Berpisah
105 Bab 105. Daddy jangan pergi
106 Bab 106. Kehebohan di pagi hari
107 Bab 107. Namaku Bella Cantika
108 Bab 108. Mau Bekerja
109 Bab 109. Siasat Bara
110 Bab 110. Aku masih mau di sini, Mas
111 Bab 111. Aku tidak bisa tenang, Bell
112 Bab 112. Menyusul Ke Jakarta
113 Bab 113. Babymoon
114 Bab 114. Kamu siapa?
115 Bab 115. Rahmat
116 Bab 116. Keinginan sang anak
117 Bab 117. Babymoon Usai sudah
118 Bab 118. I love You
119 Bab 119. Laki-laki misterius
120 Bab 120. Issabell menghilang
121 Bab 121. Kemarahan Bara
122 Bab 122. Bertemu Icca
123 Bab 123. Menyambut ledakan Bara
124 Bab 124. Asisten Halim Hadinata
125 Bab 125. Betapa beruntungnya aku
126 Bab 126. Ayah Biologis Icca
127 Bab 127. Ada apa dengan Rissa
128 Bab 128. Terima kasih sudah merawat putriku
129 Bab 129. Rasa sayang itu bertumbuh
130 Bab 130. Gengsinya tinggi sekali
131 Bab 131. Kasihan jagoanku
132 Bab 132. Meminta bertemu dengan cucu
133 Bab 133. Kunjungan Kailla
134 Bab 134. Sisa penjajahan
135 Bab 135. Mana suamimu?
136 Bab 136. Mommy dari anakku
137 Bab 137. Apa ini?
138 Bab 138. Menggosipkan perkutut para suami
139 Bab 139. Hanya Klien
140 Bab 140. Mas, sakit?
141 Bab 141 : Keluar Kota lagi
142 Bab 142 : Ibu pingsan
143 Bab 143 : Ibu pulang ke Surabaya
144 Bab 144 : Tega kamu, Mas
145 Bab 145 : Sapaan di pagi hari
146 Bab 146 : Teman Bara
147 Bab 147 : Biarkan Icca bersamaku
148 Bab 148 : Permintaan Stella
149 Bab 149 : Selamanya putri kita
150 Bab 150 : Bell, maafkan aku
151 Bab 151 : Aku mohon, Bell
152 Bab 152 : Sebagian yang terungkap
153 Bab 153 : Titip salam untuk Pram
154 Bab 154 : 120902
155 Bab 155. Akhir dari kisah Brenda
156 Bab 156 : Pernyataan damai
157 Bab 157 : Menjaga daddy untukmu
158 Bab 158 : Doraemon dengan kantong ajaibnya
159 Bab 159 : Bara vs Roland
160 Bab 160 : Ada apa dengan Bella
161 Bab 161 : Harus istirahat total
162 Bab 162 : Cemburu tidak pada tempatnya
163 Bab 163 : Kembali pulang
164 Bab 164 : Pengakuan sang pengasuh
165 Bab 165 : Daddy jaga gawang
166 Bab 166 : Menunggu hari kelahiran
167 Bab 167 : Mahakarya pertama
168 Bab 168 : Dua minggu lagi
169 Bab 169 : Seember air
170 Bab 170 : Kemeja pinjaman Pak Rudi
171 Bab 171 : Kesabaran Bara diuji
172 Bab 172 : The Real Wirayudha
173 Bab 173 : Perjuangan seorang ibu
174 Bab 174 : Om Handoko dan Om Teo
175 Bab 175 : Daddy Real
176 Bab 176 : Akhir Kisah Bara dan Bella - END
177 Bab 177- Extra chapter 1
178 Bab 178 : Extra Chapter 2
179 Bab 179 : Extra chapter 3
180 Bab 180 : Extra Chapter 4
181 Bab 181 : Extra chapter 5
182 Bab 182. THE END
183 Menikahi Majikan Ibu Season 2
184 Pengumuman Menikahi Majikan Ibu Season 2
185 Pengumuman
186 My Beloved Bodyguard
187 Seuntai Impian Seruni
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Bab 1. Aku Akan Menikahi Salah Satu Putri Ibu
2
Bab 2. Menolak Menikah
3
Bab 3. Membahagiakan Ibu
4
Bab 4. Menikah
5
Bab 5. Kembali Ke Jakarta
6
Bab 6. Ibu Sakit
7
Bab 7. Menyusul Ke Jakarta
8
Bab 8. Bertemu Kak Rissa
9
Bab 9. Issabell Wirayudha
10
Bab 10. Menuju Ke Surabaya
11
Bab 11. Tidak Mau Bercerai
12
Bab 12. Cerita Yang Sebenarnya
13
Bab 13. Menjemput Bella
14
Bab 14. Mommy
15
Bab 15 : Pengumuman
16
Bab 16. Makan Siang
17
Bab 17. Mami Iccabell
18
Bab 18. Membiarkan Menunggu Tanpa Kepastian
19
Bab 19. Demi Ibu dan Issabell
20
Bab 20. Menukar Issabell
21
Bab 21. Bersiap Ke Surabaya
22
Bab 22. Mengenalkan Issabell
23
Bab 23. Kecupan Tiba- Tiba
24
Bab 24. Mantan Rissa
25
Bab 25. Mas Bara
26
Bab 26. Menemui Ricko
27
Bab 27. Tidak Salah Pilih Istri
28
Bab 28. Telepon Dari Ricko
29
Bab 29. Mulai Posesif
30
Bab 30 : Visual
31
Bab 31. Menantumu Kelewatan
32
Bab 32. Ke Kantor Bara
33
Bab 33. Saling Mengancam
34
Bah 34. Masukan dan Pencerahan
35
Bab 35 : Pengumuman
36
Bab 36. Gangguan Di Pagi Hari
37
Bab 37. Keluar Kota
38
Bab 38. Sepenggal Cerita Bara dan Rissa
39
Bab 39. Ke Bogor
40
Bab 40. Harus Kerja Keras
41
Bab 41. Nyonya Wirayudha
42
Bab 42. Keajaiban Dunia
43
Bab 43. Menerobos Jalan Tol
44
Bab 44. Mulai Terbuka
45
Bab 45. Cerita Bara 1
46
Bab 46. Cerita Bara 2
47
Bab 47. Kemarahan Bella
48
Bab 48. Telepon Dari Ricko
49
Bab 49. Meminta Jatah Lagi
50
Bab 50. Pulang
51
Bab 51. Rissa Bella
52
Bab 52. Tetap Disisiku
53
Bab 53. Itu Bukan Milikku
54
Bab 54. Daddy
55
Bab 55. Rania
56
Bab 56. Masa Lalu Bara
57
Bab 57. Tamu Di Pagi Hari
58
Bab 58. Ricko Ke Jakarta
59
Bab 59. Pertengkaran
60
Bab 60. Rumah Sakit
61
Bab 61. Permintaan Stella
62
Bab 62. Berbohong
63
Bab 63. Kemanjaan Bella Dimulai
64
Bab 64. Bercerita
65
Bab 65. Posesifnya Bara
66
Bab 66. Penolakan Bara
67
Bab 67. Kisah Brenda
68
Bab 68. Mulai cemburu
69
Bab 69. Merasa Diabaikan
70
Bab 70. Kejutan Di Pagi Hari
71
Bab 71. Ciuman Bella
72
Bab 72. Love?
73
Bab 73. Siapakah Love?
74
Bab 74. Membawakan Makan Siang
75
Bab 75. Bercerai Sebelum Ada Korban Jiwa
76
Bab 76. Ancaman Bella
77
Bab 77. Rujak Cingur
78
Bab 78. Tamu Bara
79
Bab 79. Ibu Rosma ke Jakarta
80
Bab 80. Bersabar Saja
81
Bab 81. Mirip Bella Kecil
82
Bab 82. Nanti Aku jatuh Cinta Padamu
83
Bab 83. Mengabaikan Bara
84
Bab 84. Bella Pingsan
85
Bab 85. Penyelesaian Sementara
86
Bab 86. Rujak Mangga Dari Pohonnya
87
Bab 87. Pohon Mangga Berbuah Semangka
88
Bab 88. Ricko Bertamu
89
Bab 89. Belajar Membuka Hati
90
Bab 90. Menitipkan Rania.
91
Bab 91. Keputusan Bella
92
Bab 92. Mungkin aku mencintaimu
93
Bab 93. Ada apa dengan Rania
94
Bab 94. Kembalilah pada Brenda dan Rania
95
Bab 95. Tidak ada yang tersisa
96
Bab 96. Ciuman di lift
97
Bab 97. Kamu manis sekali
98
Bab 98. Ulah Kailla
99
Bab 99. Bara & Pram
100
Bab 100. Sindiran Kailla
101
Bab 101. Kenapa memukul Kak Ricko
102
Bab 102. Dia Lelaki baik
103
Bab 103. Rencana Bella
104
Bab 104. Mau Berpisah
105
Bab 105. Daddy jangan pergi
106
Bab 106. Kehebohan di pagi hari
107
Bab 107. Namaku Bella Cantika
108
Bab 108. Mau Bekerja
109
Bab 109. Siasat Bara
110
Bab 110. Aku masih mau di sini, Mas
111
Bab 111. Aku tidak bisa tenang, Bell
112
Bab 112. Menyusul Ke Jakarta
113
Bab 113. Babymoon
114
Bab 114. Kamu siapa?
115
Bab 115. Rahmat
116
Bab 116. Keinginan sang anak
117
Bab 117. Babymoon Usai sudah
118
Bab 118. I love You
119
Bab 119. Laki-laki misterius
120
Bab 120. Issabell menghilang
121
Bab 121. Kemarahan Bara
122
Bab 122. Bertemu Icca
123
Bab 123. Menyambut ledakan Bara
124
Bab 124. Asisten Halim Hadinata
125
Bab 125. Betapa beruntungnya aku
126
Bab 126. Ayah Biologis Icca
127
Bab 127. Ada apa dengan Rissa
128
Bab 128. Terima kasih sudah merawat putriku
129
Bab 129. Rasa sayang itu bertumbuh
130
Bab 130. Gengsinya tinggi sekali
131
Bab 131. Kasihan jagoanku
132
Bab 132. Meminta bertemu dengan cucu
133
Bab 133. Kunjungan Kailla
134
Bab 134. Sisa penjajahan
135
Bab 135. Mana suamimu?
136
Bab 136. Mommy dari anakku
137
Bab 137. Apa ini?
138
Bab 138. Menggosipkan perkutut para suami
139
Bab 139. Hanya Klien
140
Bab 140. Mas, sakit?
141
Bab 141 : Keluar Kota lagi
142
Bab 142 : Ibu pingsan
143
Bab 143 : Ibu pulang ke Surabaya
144
Bab 144 : Tega kamu, Mas
145
Bab 145 : Sapaan di pagi hari
146
Bab 146 : Teman Bara
147
Bab 147 : Biarkan Icca bersamaku
148
Bab 148 : Permintaan Stella
149
Bab 149 : Selamanya putri kita
150
Bab 150 : Bell, maafkan aku
151
Bab 151 : Aku mohon, Bell
152
Bab 152 : Sebagian yang terungkap
153
Bab 153 : Titip salam untuk Pram
154
Bab 154 : 120902
155
Bab 155. Akhir dari kisah Brenda
156
Bab 156 : Pernyataan damai
157
Bab 157 : Menjaga daddy untukmu
158
Bab 158 : Doraemon dengan kantong ajaibnya
159
Bab 159 : Bara vs Roland
160
Bab 160 : Ada apa dengan Bella
161
Bab 161 : Harus istirahat total
162
Bab 162 : Cemburu tidak pada tempatnya
163
Bab 163 : Kembali pulang
164
Bab 164 : Pengakuan sang pengasuh
165
Bab 165 : Daddy jaga gawang
166
Bab 166 : Menunggu hari kelahiran
167
Bab 167 : Mahakarya pertama
168
Bab 168 : Dua minggu lagi
169
Bab 169 : Seember air
170
Bab 170 : Kemeja pinjaman Pak Rudi
171
Bab 171 : Kesabaran Bara diuji
172
Bab 172 : The Real Wirayudha
173
Bab 173 : Perjuangan seorang ibu
174
Bab 174 : Om Handoko dan Om Teo
175
Bab 175 : Daddy Real
176
Bab 176 : Akhir Kisah Bara dan Bella - END
177
Bab 177- Extra chapter 1
178
Bab 178 : Extra Chapter 2
179
Bab 179 : Extra chapter 3
180
Bab 180 : Extra Chapter 4
181
Bab 181 : Extra chapter 5
182
Bab 182. THE END
183
Menikahi Majikan Ibu Season 2
184
Pengumuman Menikahi Majikan Ibu Season 2
185
Pengumuman
186
My Beloved Bodyguard
187
Seuntai Impian Seruni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!