Bab 5. Kembali Ke Jakarta

“Ada apa, Tuan?” tanya Bu Rosma, sesaat setelah berada di dalam ruang kerja Bara.

“Bu, bisakah berhenti memanggilku Tuan,” pinta Bara langsung memeluk Bu Rosma.

“Sekarang kamu ibuku,” ucap Bara lagi.

“Saya harus memanggil apa, Tuan. Dari delapan tahun yang lalu, lidah saya sudah terbiasa,” sahut Bu Rosma.

“Panggil aku Bara, sekarang aku anakmu, Bu,” pinta Bara melepaskan pelukannya.

Tampak Bara membuka laci meja kerjanya, mengeluarkan sebuah map dan menyerahkannya kepada Bu Rosma.

“Ini sertifikat rumah. Sekarang sudah dialihkan atas nama Ibu. Jangan menolak lagi. Aku menantumu sekarang,” ucap Bara, menyodorkan map hitam itu ke tangan ibu mertuanya.

"Tapi, Nak ...." Bu Rosma berusaha menolak.

“Tidak, Bu. Ini untuk Ibu. Aku sengaja tidak memberinya sebelum hari pernikahan, karena aku tahu Ibu akan menolak. Dan sekarang, Ibu tidak ada alasan lagi untuk menolak. Nanti setiap bulan aku akan mengirim uang bulanan ke rekening Bella. Dia akan mengatur semua kebutuhan dan pembayaran pekerja di sini,” jelas Bara.

“Ibu tidak perlu bekerja lagi, Ibu pemilik rumah ini. Mulai sekarang, jangan tinggal di kamar itu lagi. Ibu bisa memilih kamar mana pun yang Ibu mau,” lanjut Bara lagi.

“Kalau Ibu membutuhkan sesuatu, minta Bella menghubungiku,” lanjut Bara.

“Maksudnya ... Nak Bara akan meninggalkan Bella disini?” tanya Bu Ida memastikan pendengarannya tidak salah.

“Ya. Setelah Bella menyelesaikan SMA, aku akan menjemputnya,” jelas Bara.

Bu Rosma mengangguk, ia juga tidak bisa menolak semua yang telah direncanakan Bara yang sekarang telah resmi menjadi menantunya.

“Bu, nanti tolong panggilkan Bella. Minta dia menemuiku di teras belakang,” pinta Bara.

***

Bella menghentikan langkahnya saat melihat Bara sedang duduk menunggunya. Ada ragu yang mengisi hatinya. Dia tidak tahu bagaimana berhadapan dengan Bara.

“Ya, Tuan,” sapa Bella saat sudah berdiri di hadapan Bara.

“Bell, besok aku berangkat ke Jakarta. Kamu bisa menempati kamar tidurku mulai sekarang.”

“Ya, Tuan,” sahut Bella.

Bara mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya. “Mulai sekarang, kamu bisa menggunakannya untuk semua keperluanmu dan Ibu,” sodor Bara pada istrinya.

“Ya, Tuan.”

“Tolong kamu urus semua gaji pekerja di sini, aku akan mengirim uang ke rekeningmu setiap bulan.”

“Ya, Tuan.”

“Kalau ada apa-apa, kamu bisa menghubungiku. Selesaikan sekolahmu, nanti aku akan menjemputmu,” ucap Bara tersenyum.

“Ya, Tuan.”

Bella hanya bisa menjawab 'ya', suaminya tidak membahas hal-hal pribadi. Bara hanya memintanya untuk mengurus semua yang tertinggal di sini.

***

Bella masuk ke dalam kamar tidur Bara. Sesuai permintaan suaminya, mulai hari ini ia akan menempati kamar utama di rumah mewah itu. Ada rasa takut dan gugup, membayangkan akan tidur sekamar dengan laki-laki yang selama ini dianggapnya sebagai majikan.

Bella menatap ke sekeliling, manik matanya mencari sosok Bara, sang suami. Rasa takut, khawatir dan panik mengumpul jadi satu. Jantungnya berdegup kencang, seiring langkahnya semakin mendekat ke tengah ranjang.

“Aku harus bagaimana ini?” ucap Bella dalam hati.

Gadis muda itu meremas piama tidurnya, memilih berdiri menatap ranjang kosong yang masih rapi mengkilap. Terbayang betapa beratnya melewatkan malam ini. Lama termenung, kesadarannya kembali saat mendengar pintu kamar yang terbuka.

“Kamu belum tidur, Bell?” tanya Bara, berjalan masuk ke dalam. Pria itu sudah mengenakan pakaian tidurnya. Melihat ekspresi Bella yang ketakutan dan gugup, Bara tersenyum.

“Kamu tidak perlu khawatir, aku berjanji tidak akan terjadi apa-apa,” ucap Bara meyakinkan.

Bella masih bergeming. Tidak berani mendahului Bara dan memilih menunggu suaminya naik ke atas tempat tidur terlebih dulu.

“Maaf, aku harus tidur di sini juga. Aku tidak enak dengan Ibu,” ucap Bara tiba-tiba, begitu Bella sudah berbaring di sebelahnya.

“Ya ....” Jawaban yang terdengar pelan dari Bella. Sangat pelan, hingga nyaris tidak terdengar.

Sepanjang malam Bella tidak bisa tidur. Ia juga tidak berani berbalik juga. Meringkuk di sisi ranjang, membuat jarak sejauh mungkin. Ia baru bisa sedikit lega, setelah mendengar dengkuran halus Bara. Barulah Bella berani bergerak, berbalik arah menatap sang suami yang sudah tertidur pulas.

Dia tampan. Sangat tampan.

Bella baru pertama kalinya bisa menatap Bara dengan leluasa dan dari jarak dekat.

Aku tidak pernah bermimpi menikahinya. Tidak tahu juga kehidupan seperti apa yang akan kujalani ke depannya. Aku hanya tahu, dia orang baik. Tidak mungkin menyakitiku. Tidak ada pembicaraan apa-apa dalam pernikahan ini, dia bahkan tidak membahas tanggung jawab dan tugasku sebagai istrinya. Tidak membahas persyaratan juga. Mendengar kata-katanya, menikah itu seperti mainan saja.

***

Pukul 05.00, Bella terbangun dari tidurnya. Ada tangan kekar yang menimpa perutnya saat ini. Ia hampir menjerit, terkejut mendapati dirinya dan sang majikan tidur di ranjang yang sama. Beruntung ingatannya cepat kembali, jeritan itu belum sempat lolos dari bibir mungilnya.

“Aku sudah menikah dengannya,” bisik Bella, memindahkan tangan Bara dari atas perutnya. Ia bergegas keluar kamar untuk menemui Ibunya.

“Ibu, ada yang bisa aku bantu?” tanya Bella, menguncir asal rambut panjangnya. Digulungnya ke atas sehingga membentuk cepol.

“Siapkan sarapan untuk suamimu, Bell,” pinta Bu Rosma pada putrinya.

“Ya, Bu.”

“Nak, kamu sudah tahu kalau suamimu akan kembali ke Jakarta hari ini?” tanya Bu Rosma.

“Ya, Bu.” Bella menjawab. Tangannya sedang sibuk mengiris sayuran untuk bahan campuran nasi goreng.

“Bara tidak mengatakan apa pun padamu?” tanya Bu Rosma lagi.

“Tidak. Hanya mengatakan akan menjemputku setelah lulus SMA nanti,” jelas Bella.

“Kamu lulus enam bulan lagi. Bersabar saja, Nak,” ucap Bu Rosma menenangkan.

“Ya, Bu,” sahut Bella.

Sebenarnya Bella tidak terlalu mempermasalahkan Bara meninggalkannya. Ia lebih pusing memikirkan bagaimana kehidupannya nanti kalau sudah tinggal bersama-sama suaminya di Jakarta.

***

Setelah sarapan pagi, tampak Bara kembali ke kamarnya. Bella yang hari ini izin tidak masuk sekolah, mengekor di belakang Bara.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Bella. Ia melihat Bara menurunkan koper dari dalam lemari.

“Tolong rapikan semua pakaianku ke dalam koper, Bell,” titah Bara menunjuk setumpuk pakaian yang sudah tersusun rapi di atas tempat tidur.

“Sisa yang di lemari, tolong berikan pada pekerja yang membutuhkan. Kalau sekiranya sudah kurang layak, dibuang saja. Lemari dikosongkan, jadi kamu bisa menyusun barang-barangmu di dalam.” lanjut Bara.

Deg—

Apa dia tidak berencana kembali lagi. Kenapa semua pakaiannya tidak disisakan sama sekali.

Bella menatap suaminya yang sedang merapikan pakaian. Bara begitu serius bahkan melihat ke arahnya sama sekali. Ada sedikit rasa diabaikan tercetus di dalam hati. Walaupun ia tahu, pernikahan mereka memang tidak didasari hubungan seperti pasangan suami istri pada umumnya.

Tak lama, sopir membantu mengeluarkan dua koper besar milik Bara, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Tidak ada adegan berpamitan seperti layaknya pasangan lain. Tidak ada ciuman di kening atau sentuhan tangan dari suaminya. Bara hanya mengangguk dan tersenyum saat berpamitan dengannya.

Berbeda perlakuan saat dengan Bu Rosma, Bara masih sempat memeluk erat mertuanya dan meminta doa supaya dilancarkan perjalanannya.

“Aku berangkat sekarang.” Hanya kata itu saja yang diucapkan Bara.

Bella hanya bisa menatap mobil Bara menghilang, keluar dari gerbang rumah.

Menghela napas kasar, Bella kembali ke kamar dengan langkah gontai. Ia harus siap menjalani hidup yang masih abu-abu di depannya. Bella tidak tahu kehidupan seperti apa yang ada di depan matanya.

***

Terima kasih

Love you all

Terpopuler

Comments

Kristi Yani

Kristi Yani

teruslah bernafas untuk mendinginkan buburmu( Elizabeth Bennett)

2022-12-27

1

Itin

Itin

ini mah namanya menikah karna menyayangi ibu mertua

2022-12-07

0

andi hastutty

andi hastutty

bara cuekin Bella

2022-11-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Aku Akan Menikahi Salah Satu Putri Ibu
2 Bab 2. Menolak Menikah
3 Bab 3. Membahagiakan Ibu
4 Bab 4. Menikah
5 Bab 5. Kembali Ke Jakarta
6 Bab 6. Ibu Sakit
7 Bab 7. Menyusul Ke Jakarta
8 Bab 8. Bertemu Kak Rissa
9 Bab 9. Issabell Wirayudha
10 Bab 10. Menuju Ke Surabaya
11 Bab 11. Tidak Mau Bercerai
12 Bab 12. Cerita Yang Sebenarnya
13 Bab 13. Menjemput Bella
14 Bab 14. Mommy
15 Bab 15 : Pengumuman
16 Bab 16. Makan Siang
17 Bab 17. Mami Iccabell
18 Bab 18. Membiarkan Menunggu Tanpa Kepastian
19 Bab 19. Demi Ibu dan Issabell
20 Bab 20. Menukar Issabell
21 Bab 21. Bersiap Ke Surabaya
22 Bab 22. Mengenalkan Issabell
23 Bab 23. Kecupan Tiba- Tiba
24 Bab 24. Mantan Rissa
25 Bab 25. Mas Bara
26 Bab 26. Menemui Ricko
27 Bab 27. Tidak Salah Pilih Istri
28 Bab 28. Telepon Dari Ricko
29 Bab 29. Mulai Posesif
30 Bab 30 : Visual
31 Bab 31. Menantumu Kelewatan
32 Bab 32. Ke Kantor Bara
33 Bab 33. Saling Mengancam
34 Bah 34. Masukan dan Pencerahan
35 Bab 35 : Pengumuman
36 Bab 36. Gangguan Di Pagi Hari
37 Bab 37. Keluar Kota
38 Bab 38. Sepenggal Cerita Bara dan Rissa
39 Bab 39. Ke Bogor
40 Bab 40. Harus Kerja Keras
41 Bab 41. Nyonya Wirayudha
42 Bab 42. Keajaiban Dunia
43 Bab 43. Menerobos Jalan Tol
44 Bab 44. Mulai Terbuka
45 Bab 45. Cerita Bara 1
46 Bab 46. Cerita Bara 2
47 Bab 47. Kemarahan Bella
48 Bab 48. Telepon Dari Ricko
49 Bab 49. Meminta Jatah Lagi
50 Bab 50. Pulang
51 Bab 51. Rissa Bella
52 Bab 52. Tetap Disisiku
53 Bab 53. Itu Bukan Milikku
54 Bab 54. Daddy
55 Bab 55. Rania
56 Bab 56. Masa Lalu Bara
57 Bab 57. Tamu Di Pagi Hari
58 Bab 58. Ricko Ke Jakarta
59 Bab 59. Pertengkaran
60 Bab 60. Rumah Sakit
61 Bab 61. Permintaan Stella
62 Bab 62. Berbohong
63 Bab 63. Kemanjaan Bella Dimulai
64 Bab 64. Bercerita
65 Bab 65. Posesifnya Bara
66 Bab 66. Penolakan Bara
67 Bab 67. Kisah Brenda
68 Bab 68. Mulai cemburu
69 Bab 69. Merasa Diabaikan
70 Bab 70. Kejutan Di Pagi Hari
71 Bab 71. Ciuman Bella
72 Bab 72. Love?
73 Bab 73. Siapakah Love?
74 Bab 74. Membawakan Makan Siang
75 Bab 75. Bercerai Sebelum Ada Korban Jiwa
76 Bab 76. Ancaman Bella
77 Bab 77. Rujak Cingur
78 Bab 78. Tamu Bara
79 Bab 79. Ibu Rosma ke Jakarta
80 Bab 80. Bersabar Saja
81 Bab 81. Mirip Bella Kecil
82 Bab 82. Nanti Aku jatuh Cinta Padamu
83 Bab 83. Mengabaikan Bara
84 Bab 84. Bella Pingsan
85 Bab 85. Penyelesaian Sementara
86 Bab 86. Rujak Mangga Dari Pohonnya
87 Bab 87. Pohon Mangga Berbuah Semangka
88 Bab 88. Ricko Bertamu
89 Bab 89. Belajar Membuka Hati
90 Bab 90. Menitipkan Rania.
91 Bab 91. Keputusan Bella
92 Bab 92. Mungkin aku mencintaimu
93 Bab 93. Ada apa dengan Rania
94 Bab 94. Kembalilah pada Brenda dan Rania
95 Bab 95. Tidak ada yang tersisa
96 Bab 96. Ciuman di lift
97 Bab 97. Kamu manis sekali
98 Bab 98. Ulah Kailla
99 Bab 99. Bara & Pram
100 Bab 100. Sindiran Kailla
101 Bab 101. Kenapa memukul Kak Ricko
102 Bab 102. Dia Lelaki baik
103 Bab 103. Rencana Bella
104 Bab 104. Mau Berpisah
105 Bab 105. Daddy jangan pergi
106 Bab 106. Kehebohan di pagi hari
107 Bab 107. Namaku Bella Cantika
108 Bab 108. Mau Bekerja
109 Bab 109. Siasat Bara
110 Bab 110. Aku masih mau di sini, Mas
111 Bab 111. Aku tidak bisa tenang, Bell
112 Bab 112. Menyusul Ke Jakarta
113 Bab 113. Babymoon
114 Bab 114. Kamu siapa?
115 Bab 115. Rahmat
116 Bab 116. Keinginan sang anak
117 Bab 117. Babymoon Usai sudah
118 Bab 118. I love You
119 Bab 119. Laki-laki misterius
120 Bab 120. Issabell menghilang
121 Bab 121. Kemarahan Bara
122 Bab 122. Bertemu Icca
123 Bab 123. Menyambut ledakan Bara
124 Bab 124. Asisten Halim Hadinata
125 Bab 125. Betapa beruntungnya aku
126 Bab 126. Ayah Biologis Icca
127 Bab 127. Ada apa dengan Rissa
128 Bab 128. Terima kasih sudah merawat putriku
129 Bab 129. Rasa sayang itu bertumbuh
130 Bab 130. Gengsinya tinggi sekali
131 Bab 131. Kasihan jagoanku
132 Bab 132. Meminta bertemu dengan cucu
133 Bab 133. Kunjungan Kailla
134 Bab 134. Sisa penjajahan
135 Bab 135. Mana suamimu?
136 Bab 136. Mommy dari anakku
137 Bab 137. Apa ini?
138 Bab 138. Menggosipkan perkutut para suami
139 Bab 139. Hanya Klien
140 Bab 140. Mas, sakit?
141 Bab 141 : Keluar Kota lagi
142 Bab 142 : Ibu pingsan
143 Bab 143 : Ibu pulang ke Surabaya
144 Bab 144 : Tega kamu, Mas
145 Bab 145 : Sapaan di pagi hari
146 Bab 146 : Teman Bara
147 Bab 147 : Biarkan Icca bersamaku
148 Bab 148 : Permintaan Stella
149 Bab 149 : Selamanya putri kita
150 Bab 150 : Bell, maafkan aku
151 Bab 151 : Aku mohon, Bell
152 Bab 152 : Sebagian yang terungkap
153 Bab 153 : Titip salam untuk Pram
154 Bab 154 : 120902
155 Bab 155. Akhir dari kisah Brenda
156 Bab 156 : Pernyataan damai
157 Bab 157 : Menjaga daddy untukmu
158 Bab 158 : Doraemon dengan kantong ajaibnya
159 Bab 159 : Bara vs Roland
160 Bab 160 : Ada apa dengan Bella
161 Bab 161 : Harus istirahat total
162 Bab 162 : Cemburu tidak pada tempatnya
163 Bab 163 : Kembali pulang
164 Bab 164 : Pengakuan sang pengasuh
165 Bab 165 : Daddy jaga gawang
166 Bab 166 : Menunggu hari kelahiran
167 Bab 167 : Mahakarya pertama
168 Bab 168 : Dua minggu lagi
169 Bab 169 : Seember air
170 Bab 170 : Kemeja pinjaman Pak Rudi
171 Bab 171 : Kesabaran Bara diuji
172 Bab 172 : The Real Wirayudha
173 Bab 173 : Perjuangan seorang ibu
174 Bab 174 : Om Handoko dan Om Teo
175 Bab 175 : Daddy Real
176 Bab 176 : Akhir Kisah Bara dan Bella - END
177 Bab 177- Extra chapter 1
178 Bab 178 : Extra Chapter 2
179 Bab 179 : Extra chapter 3
180 Bab 180 : Extra Chapter 4
181 Bab 181 : Extra chapter 5
182 Bab 182. THE END
183 Menikahi Majikan Ibu Season 2
184 Pengumuman Menikahi Majikan Ibu Season 2
185 Pengumuman
186 My Beloved Bodyguard
187 Seuntai Impian Seruni
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Bab 1. Aku Akan Menikahi Salah Satu Putri Ibu
2
Bab 2. Menolak Menikah
3
Bab 3. Membahagiakan Ibu
4
Bab 4. Menikah
5
Bab 5. Kembali Ke Jakarta
6
Bab 6. Ibu Sakit
7
Bab 7. Menyusul Ke Jakarta
8
Bab 8. Bertemu Kak Rissa
9
Bab 9. Issabell Wirayudha
10
Bab 10. Menuju Ke Surabaya
11
Bab 11. Tidak Mau Bercerai
12
Bab 12. Cerita Yang Sebenarnya
13
Bab 13. Menjemput Bella
14
Bab 14. Mommy
15
Bab 15 : Pengumuman
16
Bab 16. Makan Siang
17
Bab 17. Mami Iccabell
18
Bab 18. Membiarkan Menunggu Tanpa Kepastian
19
Bab 19. Demi Ibu dan Issabell
20
Bab 20. Menukar Issabell
21
Bab 21. Bersiap Ke Surabaya
22
Bab 22. Mengenalkan Issabell
23
Bab 23. Kecupan Tiba- Tiba
24
Bab 24. Mantan Rissa
25
Bab 25. Mas Bara
26
Bab 26. Menemui Ricko
27
Bab 27. Tidak Salah Pilih Istri
28
Bab 28. Telepon Dari Ricko
29
Bab 29. Mulai Posesif
30
Bab 30 : Visual
31
Bab 31. Menantumu Kelewatan
32
Bab 32. Ke Kantor Bara
33
Bab 33. Saling Mengancam
34
Bah 34. Masukan dan Pencerahan
35
Bab 35 : Pengumuman
36
Bab 36. Gangguan Di Pagi Hari
37
Bab 37. Keluar Kota
38
Bab 38. Sepenggal Cerita Bara dan Rissa
39
Bab 39. Ke Bogor
40
Bab 40. Harus Kerja Keras
41
Bab 41. Nyonya Wirayudha
42
Bab 42. Keajaiban Dunia
43
Bab 43. Menerobos Jalan Tol
44
Bab 44. Mulai Terbuka
45
Bab 45. Cerita Bara 1
46
Bab 46. Cerita Bara 2
47
Bab 47. Kemarahan Bella
48
Bab 48. Telepon Dari Ricko
49
Bab 49. Meminta Jatah Lagi
50
Bab 50. Pulang
51
Bab 51. Rissa Bella
52
Bab 52. Tetap Disisiku
53
Bab 53. Itu Bukan Milikku
54
Bab 54. Daddy
55
Bab 55. Rania
56
Bab 56. Masa Lalu Bara
57
Bab 57. Tamu Di Pagi Hari
58
Bab 58. Ricko Ke Jakarta
59
Bab 59. Pertengkaran
60
Bab 60. Rumah Sakit
61
Bab 61. Permintaan Stella
62
Bab 62. Berbohong
63
Bab 63. Kemanjaan Bella Dimulai
64
Bab 64. Bercerita
65
Bab 65. Posesifnya Bara
66
Bab 66. Penolakan Bara
67
Bab 67. Kisah Brenda
68
Bab 68. Mulai cemburu
69
Bab 69. Merasa Diabaikan
70
Bab 70. Kejutan Di Pagi Hari
71
Bab 71. Ciuman Bella
72
Bab 72. Love?
73
Bab 73. Siapakah Love?
74
Bab 74. Membawakan Makan Siang
75
Bab 75. Bercerai Sebelum Ada Korban Jiwa
76
Bab 76. Ancaman Bella
77
Bab 77. Rujak Cingur
78
Bab 78. Tamu Bara
79
Bab 79. Ibu Rosma ke Jakarta
80
Bab 80. Bersabar Saja
81
Bab 81. Mirip Bella Kecil
82
Bab 82. Nanti Aku jatuh Cinta Padamu
83
Bab 83. Mengabaikan Bara
84
Bab 84. Bella Pingsan
85
Bab 85. Penyelesaian Sementara
86
Bab 86. Rujak Mangga Dari Pohonnya
87
Bab 87. Pohon Mangga Berbuah Semangka
88
Bab 88. Ricko Bertamu
89
Bab 89. Belajar Membuka Hati
90
Bab 90. Menitipkan Rania.
91
Bab 91. Keputusan Bella
92
Bab 92. Mungkin aku mencintaimu
93
Bab 93. Ada apa dengan Rania
94
Bab 94. Kembalilah pada Brenda dan Rania
95
Bab 95. Tidak ada yang tersisa
96
Bab 96. Ciuman di lift
97
Bab 97. Kamu manis sekali
98
Bab 98. Ulah Kailla
99
Bab 99. Bara & Pram
100
Bab 100. Sindiran Kailla
101
Bab 101. Kenapa memukul Kak Ricko
102
Bab 102. Dia Lelaki baik
103
Bab 103. Rencana Bella
104
Bab 104. Mau Berpisah
105
Bab 105. Daddy jangan pergi
106
Bab 106. Kehebohan di pagi hari
107
Bab 107. Namaku Bella Cantika
108
Bab 108. Mau Bekerja
109
Bab 109. Siasat Bara
110
Bab 110. Aku masih mau di sini, Mas
111
Bab 111. Aku tidak bisa tenang, Bell
112
Bab 112. Menyusul Ke Jakarta
113
Bab 113. Babymoon
114
Bab 114. Kamu siapa?
115
Bab 115. Rahmat
116
Bab 116. Keinginan sang anak
117
Bab 117. Babymoon Usai sudah
118
Bab 118. I love You
119
Bab 119. Laki-laki misterius
120
Bab 120. Issabell menghilang
121
Bab 121. Kemarahan Bara
122
Bab 122. Bertemu Icca
123
Bab 123. Menyambut ledakan Bara
124
Bab 124. Asisten Halim Hadinata
125
Bab 125. Betapa beruntungnya aku
126
Bab 126. Ayah Biologis Icca
127
Bab 127. Ada apa dengan Rissa
128
Bab 128. Terima kasih sudah merawat putriku
129
Bab 129. Rasa sayang itu bertumbuh
130
Bab 130. Gengsinya tinggi sekali
131
Bab 131. Kasihan jagoanku
132
Bab 132. Meminta bertemu dengan cucu
133
Bab 133. Kunjungan Kailla
134
Bab 134. Sisa penjajahan
135
Bab 135. Mana suamimu?
136
Bab 136. Mommy dari anakku
137
Bab 137. Apa ini?
138
Bab 138. Menggosipkan perkutut para suami
139
Bab 139. Hanya Klien
140
Bab 140. Mas, sakit?
141
Bab 141 : Keluar Kota lagi
142
Bab 142 : Ibu pingsan
143
Bab 143 : Ibu pulang ke Surabaya
144
Bab 144 : Tega kamu, Mas
145
Bab 145 : Sapaan di pagi hari
146
Bab 146 : Teman Bara
147
Bab 147 : Biarkan Icca bersamaku
148
Bab 148 : Permintaan Stella
149
Bab 149 : Selamanya putri kita
150
Bab 150 : Bell, maafkan aku
151
Bab 151 : Aku mohon, Bell
152
Bab 152 : Sebagian yang terungkap
153
Bab 153 : Titip salam untuk Pram
154
Bab 154 : 120902
155
Bab 155. Akhir dari kisah Brenda
156
Bab 156 : Pernyataan damai
157
Bab 157 : Menjaga daddy untukmu
158
Bab 158 : Doraemon dengan kantong ajaibnya
159
Bab 159 : Bara vs Roland
160
Bab 160 : Ada apa dengan Bella
161
Bab 161 : Harus istirahat total
162
Bab 162 : Cemburu tidak pada tempatnya
163
Bab 163 : Kembali pulang
164
Bab 164 : Pengakuan sang pengasuh
165
Bab 165 : Daddy jaga gawang
166
Bab 166 : Menunggu hari kelahiran
167
Bab 167 : Mahakarya pertama
168
Bab 168 : Dua minggu lagi
169
Bab 169 : Seember air
170
Bab 170 : Kemeja pinjaman Pak Rudi
171
Bab 171 : Kesabaran Bara diuji
172
Bab 172 : The Real Wirayudha
173
Bab 173 : Perjuangan seorang ibu
174
Bab 174 : Om Handoko dan Om Teo
175
Bab 175 : Daddy Real
176
Bab 176 : Akhir Kisah Bara dan Bella - END
177
Bab 177- Extra chapter 1
178
Bab 178 : Extra Chapter 2
179
Bab 179 : Extra chapter 3
180
Bab 180 : Extra Chapter 4
181
Bab 181 : Extra chapter 5
182
Bab 182. THE END
183
Menikahi Majikan Ibu Season 2
184
Pengumuman Menikahi Majikan Ibu Season 2
185
Pengumuman
186
My Beloved Bodyguard
187
Seuntai Impian Seruni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!