Kanya menatap wajah abangnya yang nampak berseri di atas panggung pelaminan. Bagaimana tidak, abangnya itu hanya tinggal membeli mas kawin, sementara semua sudah siap mulai dari dekorasi, gedung bahkan gaun pengantin yang harusnya milik Kanya, justru Mily yang menggunakannya.
Ya, pernikahan benar-benar terjadi dan hanya berganti pengantin saja.
Meski bersedih, Kanya akui Papanya benar, kalau mereka tidak boleh membuang- buang uang. Meskipun uang orang lain.
Di balik cerianya wajah Arga dan Mily, ada Kanya yang tengah meratapi nasibnya yang patah hati, putus cinta, di khianati dan batal nikah sekaligus.
Menyakitkan?
Ya iyalah, sakit hatinya bahkan tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Saking sakitnya rasanya Kanya ingin memakan daging manusia. Daging Alan tentunya.
Benar kata orang kalau tak ada persahabatan antara pria dan wanita. Dan sekarang Kanya mengakui pepatah itu. Karena nyatanya Sonya dan Alan juga memiliki hubungan lain di balik kata sahabat yang tersemat.
Berselingkuh di belakangnya.
"Brengsek!" Kanya meremas gelas di tangannya. Untung dia tidak punya ilmu tenaga dalam, karena kalau iya, gelas itu bisa pecah saking kerasnya dia meremas gelas tersebut.
Kanya memejamkan matanya, lalu menghela nafasnya. Meski abangnya menyebalkan, tapi dia tetap menyayanginya. Jadi meski hati Kanya sangat perih seperti goresan luka yang di kasih perasan jeruk nipis. Tapi Kanya tetap mencoba tersenyum di pernikahan Arga dan Mily.
"Makasih, ya, Dek. Berkat kamu Abang dan Mily menikah." Arga tersenyum lebar, membuat Kanya mencebik.
"Selamat Kak." Dia melewati Arga dan langsung menjabat tangan Mily dan memeluknya.
"Makasih Kan." Senyum Mily mengalahkan sinar mentari di luar sana.
Arga masih mengulurkan tangannya berharap Kanya akan menyambutnya, hingga dia berdecak kesal saat Kanya akan berlalu. "Heh, adik gak ada ahlak." Kanya menghentikan langkahnya, dan menatap dengan tajam.
"Pokoknya, nanti kalau aku yang nikah, Abang harus ganti rugi lagi pake dekorasi." Bagaimana pun dekorasi dan gaun pengantin semuanya adalah impian Kanya.
Arga lagi- lagi berdecak. "Yakin mau di ganti? Mau- maunya nikah di modalin mantan?" Kanya membelalakan matanya membuat Arga terkekeh. Bagaimana pun seluruh uang yang di pakai adalah milik Alan. Itu berarti jika Arga Menggantinya, sama saja dia tetap menggunakan uang Alan.
Kanya menghentakkan kakinya lalu berlalu dari panggung pelaminan impiannya.
Setelah serangkaian acara selesai Kanya memutuskan pulang lebih dulu karena bagaimanapun hatinya sakit bukan main.
Saat tiba di rumahnya, dia melihat Sonya duduk di teras rumahnya.
Kanya berdecak, mau apa dia datang. Belum cukupkah dia disakiti sangat dalam.
Saat membuka pagar Sonya langsung menyadari kedatangannya, dan berdiri.
Wanita itu bahkan memperhatikannya dari atas ke bawah seolah bingung kenapa Kanya mengenakan kebaya, yang jelas bukan kebaya pengantin, tapi kebaya pagar ayu. Iya, miris. Harusnya hari ini jadi pengantin, tapi justru turun derajat jadi pagar ayu. Dan semuanya gara- gara Sonya dan Alan. Beruntung undangan belum tersebar, kalau tidak bisa- bisa dia malu tujuh turunan, dan tujuh tanjakan karena batal nikah di ketahui orang lain.
Meski begitu ada juga beberapa tetangga yang bertanya. "Loh, bukannya Kanya yang mau nikah. Kok jadinya Arga."
Tapi, mamanya segera menjawab. "Kalian salah dengar. Jelas- jelas saya bilang Arga. Masa Kanya ngelangkahin Arga sih..." paling bisa emang kalau mengelak.
Saat itu Kanya bahkan cemberut, padahal awalnya karena uang pelangkah dari Alan cukup besar, Mama dan Papanya langsung setuju.
"Kanya?" kembali ke saat ini, Kanya melihat Sonya nampak ragu untuk bicara.
"Mau apa kamu kesini?"
"Aku-" Sonya menunduk meremas kedua tangannya.
"Langsung aja lah, jangan nunjukin wajah kayak gitu. Aku muak lihatnya. Bertingkah seolah merasa bersalah, padahal beneran salah."
Sonya mendongak, dan sudah pasti dia melihat wajah kanya yang datar sedatar tembok. Untung saja bukan cuma ekspresinya yang datar, tapi kulit wajahnya yang mulus sudah seperti menggunakan cat mahal, bening, putih dan mulus. Hingga tembok pun, bukan sembarang tembok.
Bukan seperti wajah Sonya, wajah itu sudah seperti malam berbintang, gelap dan berjerawat. Kanya heran bisa- bisanya Alan berselingkuh dengan wanita macam Sonya. Dia hanya lebih manis saja karena memiliki kulut eksotis khas Indonesia. Sawo matang. Tidak, bukan sawo matang, tapi sawo busuk.
Pokoknya menurut Kanya semua yang busuk- busuk ada pada Sonya.
"Aku datang mau kasih ini." Sonya mengulurkan sebuah kartu undangan berwarna hitam dimana tertulis nama Alan dan Sonya.
Bagus sekali setelah menghancurkan pernikahannya, akhirnya mereka menikah.
Kanya melihat tanpa mengambil. Sudah satu minggu sejak mereka bertemu di klinik, dan dari semua waktu kenapa lampir ini harus datang sekarang. Di hari harusnya pernikahannya berlansung.
"Kamu datang jauh- jauh kesini cuma mau kasih ini?"
"Maaf, Kanya, tapi aku berharap kamu bisa datang, bagaimanapun kamu juga sahabatku."
"Sahabat?" Kanya tertawa, tawa yang ngakak sampai dia merasa perutnya sakit. "Ada, sahabat yang menusuk dari belakang?"
"Bawa pergi sana, kamu pikir aku sudi buat datang?"
"Kanya..." Sonya meneteskan air matanya.
Kanya memutar matanya malas, lalu mengambil kertas undangan berwarna biru itu.
"Satu hal yang aku pikirin Sonya. Kamu gak malu menggelar pesta di saat perut kamu sudah berisi? Menyebarkan berita buruk kalian di depan semua orang, hingga mereka akan menghitung, berapa usia kandungan kamu saat kalian menikah. Harusnya nikah diam- diam, bila perlu malam hari biar gak ada yang tahu. Ah, tapi aku lupa, kalian jelas gak punya malu." Ya harusnya begitu. Menikah seperti pasangan yang di grebek warga karena ketahun jina.
Sonya semakin menangis. "Tolong jangan bicara begitu. Aku juga memiliki pernikahan impianku."
Kanya menaikan alisnya. "Oh, ya ampun. Kamu gak malu bilang begitu, di saat kamu baru saja menghancurkan pernikahan impianku?"
"Ini bukan inginku, Kanya. Tapi, aku hamil, jadi-"
Kanya berdecak. Bisa- bisanya dia meladeni wanita gila ini.
"Ya, ya... serah lah. Ini udah aku terima kan, pergi sana!" Kanya melepas sepatunya lalu membuka pintu mengabaikan Sonya, hingga saat Kanya benar-benar akan masuk Sonya kembali bersuara.
"Kamu akan datang kan?"
"Oh, tentu. Aku akan datang, bawa hadiah yang paling bagus. Dan doa yang paling banyak." Setelahnya Kanya masuk dan menutup pintu dengan keras hingga tembok rumahnya bergetar.
Di balik pintu Kanya menyandarkan tubuhnya. Kedua tangannya meremas kartu undangan pernikahan Alan dan Sonya, bahkan hingga tak berbentuk.
"Tega sekali, kamu Mas. Alan Sialan!" umpatnya. Air matanya menetes- netes deras, meski tak sederas air keran, tapi tetap saja pipinya banjir air mata.
Kanya memasuki kamarnya lalu meneliti sekitar. Mencari apa saja yang ada, dan mengumpulkannya dalam sebuah kotak, kotak yang cukup besar, hingga kotak tersebut penuh dan kamar Kanya menjadi luang. Dan saat ini Kanya menyadari jika separuh isi kamarnya selama ini diisi barang- barang pemberian Alan.
Kanya menatap kotak di depannya, lalu mulai menggunting dan menghancurkan satu persatu. Mulai dari buku, boneka, bahkan foto- fotonya bersama Alan.
Air mata terus mengalir, bahkan bahunya berguncang, saking sesegukkannya tangisan Kanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
mery harwati
Sonya hamil sama lelaki mana? Sampe² harus Alan yang tanggung jawab menikahinya? Alasan apa yang membuat Alan harus menghancurkan pernikahannya dengan Kanaya & memilih Sonya sebagai istrinya? Siapa laki² yang menghamili Sonya? Alan bener² pengecut klo hanya karena jabatan atw harta sampe mengorbankan kebahagiaannya sendiri dengan Kanaya
2025-03-19
0
Rabiatul Addawiyah
Sebagai sahabat pasti Alan cuma mau nolong Sonya yg sdg hamil tp ga tau siapa laki2 yg menghamili. Jd dia rela menikahi sahabatnya (Sonya)
2025-03-19
0
σƈα
aku padamu Kanyaaaa, semangat yesss othor pasti berikan yang terbaik buat kamu loh/Kiss//Kiss/
2025-03-23
0