"ma sebaik nya kita pulang sekarang" alina menarik lengan bu maya sedikit kasar hingga bu maya tersentak kaget atas perlakuan alina yang tidak biasanya namun bu maya juga tidak sempak protes dan kini sudah duduk di kursi samping kemudi
"tunggu alina!" felix mencekal tangan alina dengan erat hingga alina meringis mencoba melepaskan tangan kekar itu
"lepaskan saya tuan felix !" alina menatap felix dengan tajam, hingga felix menyadari bahwa ia terlalu kuat menahan alina, dan segera melepaskan genggaman nya menyisakan warna kemerahan disana
"maaf saya tidak bermaksud untuk...."
"tuan felix terimakasih anda sudah membabtu mama saya, dan tolong menjauh dari hidup saya !" alina memotong saat felix belum selsai dengan kalimat nya, dengan sebuah ucapan yang sama sekali tidak ingin felix dengar dari wanita yang akhir-akhir ini mengganggu pikiran nya.
hingga felix tersadar bahwa mobil alina sudah pergi hilang dari pandanga nya, menyisakan dirinya yang masih sibuk mencerna kalimat terakhir yang alina ucapkan
"tunggu, apa tadi alina sedang menghindariku?" felix tidak habis pikir dengan sikap asisten nya itu
tak ingin larut dalam pikiran nya sendiri akhirnya felix memutuskan untuk kembali ke kediaman utama yaitu rumah kedua orangtua nya
Sementara alina kini sedang mengendarai mobil kesayangan nya dengan kecepatan tinggi hingga bu maya bicara setengah teriak karna kesal pada putri semata wayang nya itu
"alina apa kamu ingin mati bersama mama dan juga janin mu itu ?"
Ciitt t.....
Alina mengerem mobil nya saat menyadari bahwa dirinya melupakan keberadaan sang ibu yang kini sedang menatapnya tajam
"sorry ma.." alina menyengir tanpa rasa bersalah
"coba menepi! Mama mau bicara sekarang!" bu maya dengan kesal keluar dari mobil menuju sebuat kursi kosong yang ada di taman tak jauh dari alina memarkirkan mobilnya
"kenapa ma?" tanya alina
"ada apa dengan mu nak? Apa pria tadi adalah ayah dari calon cucu mama?" bu maya bukan tipe orang yang bertele tele jadi selalu to the point
alina tersentak membulatkan matanya yang kini di genangi air mata yang siap tumpah kapan saja
sembari menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan
"ma, bukankah mama sudah berjanji tidak akan menanyakan hal ini lagi pada alina?" alih-alih menjawab Alina justru berbalik bertanya sambil menatap mata sang ibu dengan Sendu
"mama hanya bertanya cukup kau jawab benar atau bukan" bu maya mendengus semakin kesal
"Maaf Ma Alina capek Ayo kita pulang sekarang" Alina berlalu begitu saja memasuki ke dalam mobilnya lalu bu maya pun mau tidak mau mengikuti menuju mobil itu
15 menit kemudian Alina dan Bu Maya telah sampai di kediaman mereka rumah dua lantai, yang sederhana namun luas dan asri Alina memasuki rumahnya tanpa menghiraukan Bu Maya yang masih mematung duduk terdiam di dalam mobil sembari menatap nanar Alina yang kini sudah tidak terlihat oleh pandangannya Bu Maya meneteskan air mata lalu menatap sebuah paper bag yang berisikan beberapa kotak susu untuk ibu hamil
" Ya Tuhan,, tolong biarkan takdir anakku untuk hidup bahagia hiks... jangan lagi terulang kisah hidupku yang menyedihkan" Bu Maya menyeka air matanya dan segera beranjak dari sana dengan membawa beberapa paper bag belanjaannya
......................
keesokan harinya ALina mulai beraktivitas seperti biasanya berangkat pagi-pagi sekali untuk menuju kantor tempat ia bekerja
disAna sudah ada Amelia dan beberapa rekannya yang menyapa dengan heboh menanyakan Bagaimana kabar Alina
Alina dengan sambutan yang hangat terasa sangat bahagia sekaligus sedih karena hari ini Iya berencana untuk resign dari pekerjaannya
"gimana kabar mu al apa sudah baikkan?" tanya amelia sambil menepelkan punggung tangan nya d dahi sahabatnya itu untuk mengecek suhu tubuhnya
"iihhh apaan sih mel, aku sehat kok" sahut alina sambil menepis pelan tangan sahabatnya itu
"syukur deh kalo gitu, oiya meja mu penuh tuh dengan tumpukkan berkas dari pak sean kemarin sore" tutur amelia
"oiya aku hampir lupa " alina menepuk jidatnya lalu berjalan menuju meja kerjanya
" astaga mel banyak banget" keluh alina sambil membuka lembaran demi lembaran berkas perusahaan
"ya gitu deh, semangat bekerja ya al" amelia tertawa puas melihat sahabat nya sudah kusut pagi pagi sekali
Waktu berjalan begitu cepat hingga kini sudah menunjukkan waktu nya para karyawan pulang
"al aku nebeng di mobil mu ya" amelia berseru dan menghampirinya
"tumben banget biasanya kan sama si Daniel" sahut alina
" Ih kok begitu nyahutnya" Amelia cemberut dengan memalingkan wajahnya sontak Alina tersenyum dan berkata
" tunggu sebentar Aku mau ke ruangan Pak Sean dulu" Alina berlalu menuju ruangan sean dengan membawa setumpuk berkas yang telah Ia selesaikan
tok tok tok
"ya masuk !" terdengar suara sean dari dalam memberi izin pada alina
"Maaf Pak Sean, ini berkas yang Bapak minta" Alina menaruh tumpukan berkas ke atas meja kerja sEAN
"Oh iya saya Hampir lupa, Ini uangmu kemarin Mbak Apotek bilang uang kembalianmu belum kamu ambil" Sean menyodorkan Uang pecahan puluhan ribuan. Alina sedikit terkejut dan gugup
Kenapa bisa ada di bapak?" tanya Alina dengan hati-hati
" kebetulan kemarin saya ke apotek, tak selang lama setelah kamu meninggalkan Apotek itu" jelas Sean sambil terus Menatap layar laptopnya
"Baik pak uangnya saya ambil ya terima kasih" Alina segera pamit untuk segera keluar dari ruangan itu, namun tiba-tiba langkahnya terhenti ia teringat akan sesuatu
"Maaf Pak Sean sejujurnya aku ada berencana untuk resign" alina biacara dengan nada yang pelan
"resign?" sean yang sedaritadi terus menatap layar laptopnya pun mengalihkan pandangannya dan menatap Alina yang kini sedang menundukkan wajahnya
" apa Saya tidak salah dengar ?" ucap Sean memastikan
" Tidak pak! Saya benar-benar ingin keluar dari perusahaan ini " Alina memantapkan hatinya dan tanpa ragu Iya mengutarakan sesuatu yang sejak tadi ada di benaknya
"apa ada alasan yang mendasar hingga kamu ingin keluar dari perusahaan ini? karena jujur saja mencari pengganti untuk di posisimu ini tidak mudah Alina" sean menhela nafas kasar
" Bukankah kamu sangat mengharapkan posisimu sekarang ?" sambung nya Sean melontarkan rentetan pertanyaan yang membuat Alina seketika mematung
" Maaf Pak untuk alasan itu karena saya akan pindah ke luar negeri bersama ibu saya" alina menjawab dengan lantang dan jelas membuat sean tak mampu menahan keputusan yang alina buat
"baiklah kalau memang itu maumu besok saya akan mengurusnya ke bagian HRD namun sebelumnya saya harus membuat laporan terbih dahulu kepada...." belum sempat sean menyelsaikan kalimatnya tibatiba handphone nya berdering dan menujukkan nama tuan felix disana
"halo tuan?" jawab sean menepelkan handphone nya ke telinga dan sebaian pipinya
"apakah alina berada di ruangan mu?" tanya felix dengan nada tegas
" ya benar tuan, ada yang perlu saya bantu?"
"suruh ke ruangan ku sekarang!"
Tut. Panggilan langsung terputus membuat sean menggelengkan kapalanya beberapa kali
"tuan muda felix menyuruhmu ke ruangan nya sekarang" sean menyampaikan pesan dari felix yang membuat alina yang sejak tadi sempat terdiam pun memdadak gugup
"ba baik pak saya permisi" Alina berlalu dari ruangan sean menuju ruangan Felix CEO yang sudah membuat hidupnya kacau sebelum Alina memasuki ruangan tersebut Iya kerap menarik nafasnya berkali-kali agar menyamarkan kegugupannya
tok tok tok
" Permisi Pak saya Alina" beberapa detik kemudian Pintu itu terbuka dan nampaklah sosok Felix dengan cepat menarik tubuh Alina untuk masuk ke dalam ruangannya
Entah setan apa yang merasuki tubuh felix hingga membuat nya hilang akal
di tarik nya tengkuh alina dan melahap habis bibir indah berwarna pink itu
alina mematung saat benda kenyal itu menempel pada bibirnya
perlahan alina pun hilang kendali karna sentuhan felix berhasil meluluhkan benteng pertahanan nya
ciuman itu semakin agresif karna baik felix maupun alina sama sama terbawa hawa nafsu hingga kini mereka berada di sebuah kamar khusus ceo yang hanya felix saja lah yang meliki akses
Kini alina sudah berada di atas kasur king zise milik felix dengan bibir mereka yang sejak tadi berpagutan. Bahkan kini tangan felix sudah menjalar keseluruh tubuh alina dan telah berhasil membuka beberapa kancing baju dan menunjukkan sebuah gunung kembar yang masih tertutup kacamata berwarna hitam
Alina sadar dengan keadaan dan tindakkannya pun langsung mendorong tubuh felix dengan sekuat tenaga hingga felix pun terpukul mundur menjauh dari tubuh alina yang sudag berantakakan.
"ini tak seharusnya terjadi tuan felix!" alina meninggikan suaranya dengan terus menatap tajam pria yang berhasil menanam benih yang kini tumbuh di rahim nya
"hahahaha...." alih-alih merasa bersalah, justru felix malah tertawa dan kembali merapatkan tubuh nya, hingga menghimpit tubuh alina
"bukan kah kau baru saja menikmatinya, alina?" tanya felix dengan nafas yang memburu
"maaf atas kelancangan saya yang terbuai dengan perlakuan anda tuan muda" alina menghela nafas nya sejenak,
"saya akan menjamin, hal ini tidak akan terulang lagi." tegas nya
"tapi aku ingin mengulangi nya, sepeti malam itu!" bisik felix di telinga alina, hingga alina membulatkan matanya
Belum sempat alina menjawab, felix langsung melumat kembali bibir berwarna cery milik alina dengan ganas.
"tuan felix, kumohon hentikan!" alina berteriak sembari terus meronta-ronta, namun tenaganya kini tak sebanding dengan kekuatan pria yang penuh gairah itu.
Felix seakan mentulikan telinganya, bahkan felix semakin gencar menyentuh bagian inti pada tubuh alina, tanpa melepaskan pagutannya
"sssttt... Ahhh..." lenguhan itu lolos begitu saja, meski kini air mata membanjiri wajahnya, tetapi respon tubuhnya berkata lain.
felix kehilangan akalnya, hingga kini miliknya telah berhasil memasuki lubang surgawi yang begitu nikmat. Hingga sudah lebih dari dua kali felix menyemburkan cairan miliknya di dalam sana, namun sepertinya felix belum lelah.
felix kembali memompa tubuhnya semakin cepat dan suara nya begitu merdu dan menggoda,
"ahh... Yes baby, ahh.... Kau sangat nikmat...!" ucap felix di sela-sela puncak klimaksnya, hingga cairan itu kembali memenuhi rahim alina.
Sementara alina hanya menatap nanar pada langit-langit di ruanga ceo itu, dengan air mata yang mulai mengering, pandangan nya mulai pudar, tubuhnya terasa remuk.
Ketika felix hendak memompa kembali tubuhnya, terpaksa terhenti ketika alina memegangi perutnya dengan wajah yang kini tampak pucat serta keringat yang bercucuran.
"sakit! Kumohon jangan lagi tuan" ucap alina lirih dengan mata yang mulai terpejam.
Felix menyadari bahwa dirinya telah hilang kendali, lalu mencabut pusakanya dari milik alina.
Namun, betapa terkejut nya felix, saat melihat miliknya ada bercak darah segar, lalu menoleh pada wajah alina yang sudah memejamkan matanya.
"alina, apa kau dengar aku!" felix tak mendapat respon pun langsung panik, di tambah lagi kala ia melihat darah yang keluar dari milik alina semakin banyak.
"alina, alina!" ucap nya penuh penyesalan
felix mengedarkan pandangan nya, hingga matanya tertuju pada ponselnya.
"sean panggilkan dokter sandy dan bawa keruangan ku sekarang!"
Tut.
Panggilan di putuskan sepihak olehnya tanpa menunggu jawaban dari asisatennya itu.
15 menit kemudian.
Tot tok tok! (suara pintu di ketuk)
"masuk!" perintah felix yang sudah berdiri di dekat sopa
"tuan, apakah terjadi sesuatu?" tanya sean sembari mempersilahkan dokter sandy masuk ke dalam ruangan itu
"nanti saja ku jelaskan, cepat dok periksa kekasih saya!" felix berjalan menuju ruangan pribadinya di ikuti oleh dr. Sandy dan sean yang mengekorinya
"sean kau tetap di luar!" ucap felix menghalangi pandangan matanya yang hendak melihat apa yang terjadi di dalam sana
"ba-baik tuan muda" sahut sean mengurungkan niatnya dan memilih duduk di sopa mpuk berwarna hitam itu.
"astaga, apa yang kau lakukan pada wanita ini?" tanya dokter sandy kaget melihat seprei yang berwarna putih bersih itu terdapat noda darah yang cukup banyak
"lakukan saja tugas mu, cepat periksa!" felix terlalu cemas, hal itu membuat sandy menggeleng-gelengkan kepala
Beberapa saat kemudian, dokter sandy selesai melakukan pemeriksaannya, dan kini menatap tajam pada sepupunya itu.
"apa kau sudah gila?!" bentak sandy membuat sean yang berada di luar kamar khusus itu terperanjat
"bagaimana kondisinya sandy?" felix tak menghiraukan bentakkan itu justru malah bertanya
" felix anderson! Aku yakin tante maudy akan sangat membenci mu jika mengetahui perbuatan gila mu ini!" lagi-lagi sandy membentaknya, membuat felix terdiam
"bagaimana keadaan nya? Apakah dia baik-baik saja?" felix tak ingin bertengkar dengan sepupunya ini, baginya keadaan alina jauh lebih penting.
Plakkk...!
Sandy menamparnya begitu keras
"apakah tuan muda anderson tau betapa bahayanya berhubungan badan dengan keadaan wanita hamil di bulan pertama? Apa kau sebodoh itu?" suara sandy semakin menggelegar mengisi seluruh ruangan itu
Deg!!!
"hamil?" felix masih mencerna ucapan sandy, tubuhnya terhuyung kehilangan keseimbangan, beruntung sean masuk kedalam sana hingga menyangga tubuh felix dan memapahnya menuju tepi ranjang dimana alina sedang terbaring tak sadarkan diri
"apakah maksud mu alina hamil? Satu bulan?" ucapnya lirih, bahkan kini airmata yak dapat di bendung nya lagi.
"haiisstt... Aku tidak menyangka kau sangat brutal, bahkan melebihi seekor binatang!" makian terlontar dari mulut pedas saudari sepupuny itu
"cepat bawa wanita mu ke rumah sakit, karna jika terlambat, kalian akan kehilangan janinnya!" imbuh sandy sembari merapikan alat medisnya
"apa janin? Ma-maksud mu alina hamil anak tuan muda?" sean terkejut hingga membelalakan matanya
"haiisshtt... Aku tak habis pikir di kantor sehebat ini isinya orang-orang payah !" sandy berlalu darisana setelah memberikan surat rujukan ke rumah sakit miliknya
Selamat malam 😗😗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments