satu bulan telah berlalu begitu cepat, baik Alina maupun Felix sama-sama melupakan kejadian kelam itu dan bekerja layaknya seorang profesional Felix yang sibuk dengan dokumen yang menumpuk sementara Alina sibuk dengan berbagai susunan pekerjaan untuk peluncuran produk baru di bidang makanan
sungguh hari-hari yang melelahkan. Hingga Alina terlihat sedikit lebih kurus dan wajahnya sedikit pucat membuat Amelia beralih menatap sahabatnya
"Al, kamu sakit?" tangan Amelia menyentuh kening nya yang memang agak hangat
"aku baik-baik aja kok mel, cuma kecapean aja" sahut Alina dengan seulas senyum
"oke deh, by the way udah jam makan siang nih ke kantin yu" ajak Amel membuat Alina menyadari bahwa waktu sudah pukul 12.15
"yuk, aku juga laper banget" Alina bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan dengan Amelia menuju kantin yang berada di kantor
Kantin
"bu saya pesan sup sapi seledri nya yang banyak ya bu" pesan Alina pada seorang wanita paruh baya pengantar makanan
"sama jus alpukat nya 1 ya" imbuh nya
"ada lagi non?" tanya pelayan itu
"saya ayam spicy sama minumnya air dingin aja ya" timpal Amel ikut memesan
"baik tunggu sebentar ya non" ucap pelayan itu sembari berjalan ke arah belakang untuk menyiapkan pesanan Alina dan Amel
"Al, bukan nya kamu gak suka bau seledri ya?"
Deg !
Pertanyaan Amelia membuat Alina tertegun
'astaga! ' batin Alina
"nggak tau Mel pengen nyoba aja" sahut Alina ringan
"aneh banget kamu tuh, kek orang hamil aja " celetuk Amelia lagi-lagi membuat Alina terdiam
'hamil?'
'apa aku hamil?' batin Alina membuat pikiran nya melayang, kembali mengingat akan kejadian malam kelam itu, dimana sudah 1 bulan berlalu Alina memang tidak datang bulan
"Mel aku pergi sebentar ya" Alina segera bangkit dan meninggalkan Amelia seorang diri
tujuannya adalah apotek yang berada di sebrang jalan
"mba, saya mau test pack kehamilan 3 ya " suara Alina terdengar pelan sambil celingukan
"baik kak" ucap penjaga apotik lalu mengambil 3 lembar sebuah alat tes kehamilan berwarna merah muda
"ini kak, jadi 65 ribu " penjaga apotik itu menyodorkan sebuah kantong plastik berwarna putih yang berisi tes pack pesanan Alina
"ah iya kak makasih ya" Alina menerima pesanan nya dan memberikan 1 lembar uang 100 ribu dan berlalu dari sana
"eh mba yang tadi mana ya?" tanya penjaga apotik pada pria yang kini berdiri di depan meja kasir
"siapa? Maksud mu wanita yang pakai stelan jas biru muda?" tanya pria itu yang tak lain adalah Sean asisten pribadi nya Felix
"ya mba yang tadi uang nya 100 ribu kembalian nya masih 35 ribu lagi" sahut nya
"yasudah hitung dulu belanjaan ku nanti uang nya saya yang berikan" Sean menyodorkan selembar kertas berisi resep obat
"baik mas" penjaga toko itu kemudian menyiapkan beberapa lebar obat dan beberapa salep luka
"ini mas, jadi 812 ribu mas"
"ya saya bayar pakai QR code ya " Sean menyelesaikan pembayaran nya dan menerima pesanan nya serta beberapa lembar uang senilai 35 ribu milik Alina
sementara Alina yang sejak tadi menunggu hasil tes pack nya dengan harap-harap cemas memasukan ketiga alat tes kehamilan itu secara bersamaan
dan semenit kemudian Alina membelalakkan matanya, mata Alina Terasa memanas, air matanya tak bisa ia bendung hingga mengalir deras membasahi kedua pipinya
"ya Tuhan ampuni aku.. Hiks...."
"sangat hancur sekali rasanya hidup ku huhuhuu" tangis Alin pecah di dalam toilet itu, beruntung tidak ada siapapun disana karna karyawan yang lain sedang sibuk menyantap makan siang mereka
'apa sebaiknya aku memberi tahu pada tuan Felix? Apa dia akan menerima anak ini?' batin Alina semakin risau karna mengingat Felix tak suka atas kejadian 1 bulan lalu dan malah meminta agar saling melupakan
"nak maafkan mama ya" ucap Alina seraya mengusap perutnya yang masih datar
"mama janji apapun yang terjadi mama akan menjagamu dan merawat mu sampai dewasa nanti " lagi-lagi air mata itu menetes seakan tak ingin surut
gubrakkkk..
Suara pintu di buka dengan kasar membuat Alina yang berada di dalam toilet itu pun terkejut
Alina menoleh kearah seseorang yang baru saja masuk ke dalam sana
Deg !
"ikut aku !" ucap Felix menarik lengan Alina membawa nya masuk ke salah satu pintu toilet
"ta-tapi..." tidak sempat Alina menolak kini ia sudah berada di dalam ruangan sempit bersama seorang pria yang telah merenggut kehormatan nya itu
"lepaskan sa...." Alina yang hendak bersuara pun kini tak terdengar lagi karna Felix menyambar bibir berwarna merah muda itu dengan ciuman yang lembut namun perlahan semakin agresif
Alina yang tadinya tak ada pergerakan pun kini terbawa suasana dan membalas ciuman itu dengan imbang
Tangan Felix pun tak tinggal diam, kini tangan itu sudah meraba menjalar tak beraturan hingga membuat sang pemilik tubuh sintal itu mengeluarkan suara yang indah terdengar di telinga Felix
'oh shitt !' Felix menggeram kesal pada dirinya sendiri kenapa membawa Alina bersama nya
"Felix ! Where are you?" terdengar suara wanita memanggil namanya
"oh no, tidak mungkin Felix masuk ke toilet wanita" seru suara wanita itu yang lama kelamaan hening
Alina segera menyadarkan dirinya bahwa ini salah
"tuan hentikan!" suara Alina sedikit meninggi dan mendorong tubuh kekar yang sejak tadi memeluk dan menciumnya
Felix pun tersadar atas tindakan nya
"emmm... Maaf Alina, saya.."
"tuan muda Felix Anderson! Saya membenci anda !" bentak Alina dengan meluapkan segala kebencian nya terhadap pria yang berstatus sebagai ayah biologis janin nya
"Alina, saya tidak bermaksud melecehkan mu, tetapi tadi..." Felix mendadak gagap mendapat tatapan tajam dari Alina
"cukup tuan! Lupakan ciuman panas yang baru saja kita lakukan!" potong Alina segera berlalu meninggalkan Felix yang masih mencerna ucapan nya
"ada apa dengan ku?"
'dasar Felix payah!" Felix melangkahkan kakinya keluar dari dalam toilet wanita sambil merutuki kebodohan nya
"Sean! Keruangan ku sekarang!"
Felix menghubungi Sean menggunakan panggilan kantor yang terhubung langsung pada masing-masing ruangan
"baik tuan"
"ada apa tuan?" tanya Sean setelah memasuki ruang Felix
"mengapa kau biarkan chelsea datang menerobos masuk ke dalam kantor ku?"
bentak Felix membuat Sean menunduk tak berani menatap nya
"maaf tuan, saya baru kembali dari apotik untuk membeli beberapa obat untuk ibu saya " ucap Sean
"jangan sampai terulang!" Felix benar-benar kesal atas apa yang terjadi hari ini
"maaf tuan, bukankah nona Chelsea adalah kekasih anda?"tanya Sean memastikan
"tapi aku tak suka prilaku yang lancang seperti tadi!"
"baik tuan, kalau begitu saya permisi dulu ya tuan karna masih banyak pekerjaan "
Beberapa saat kemudian Sean berpapasan dengan Alina yang sejak tadi mendengar pembicaraan antara Felix dan Sean
"hai Alina" sapa Sean berlalu melewati nya
Yang di balas senyum tipis
'kekasih?'
'apakah suara wanita yang tadi mencari nya itu kekasih nya?'
'lalu bagaimana dengan janin ini?' alina sibuk dengan pikiran nya, tatapan mata nya kosong dan ada rasa sesak di dadanya
beberapa saat kemudian Alina tersadar akan lamunan nya, ia sudah mengambil sebuah keputusan untuk merahasiakan kehamilan nya dari Felix sang ayah biologis dari janin yang di kandung Alina
"baiklah Alina ayo kembali berkerja" gumam Alina yang beranjak pergi menuju ruangan kerjanya
Happy reading 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments