3. Hari Pertama di Desa

Arunika baru saja selesai memindahkan pakaiannya ke dalam lemari yang di sediakan di sana.

Rumah yang ia tempati ini memang tak besar, namun lebih dari cukup jika hanya untuk dia sendiri.

Rumah yang furniturenya terbuat dari kayu jati dengan ukiran - ukiran yang cantik, membuat kesan sederhana namun elegan. Terdapat satu kamar, satu ruang tamu dan ruang keluarga yang menyatu dengan dapur juga meja makan. Di bagian belakang ada sebuah kamar mandi, tempat cuci piring juga ruang untuk mencuci.

Ya, kecil namun fasilitasnya sangatlah lengkap, bahkan di kamarnya sudah ada ac dan televisi. Tak hanya itu, kulkas, mesin cuci, magicom, blender, oven, bahkan peralatan dapurnya pun lengkap tersedia.

"Aaahhh, hitung - hitung kerja sambil liburan. Semua di sediakan lengkap dan geratis." ujar Runi yang baru merebahkan tubuhnya di kasur empuk.

Karena perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, total hampir lima jam ia menempuh perjalanan dari kota. Tanpa butuh waktu lama, Runi mulai terlelap dengan nyenyaknya.

***

Arunika mengerjapkan mata ketika mendengar suara adzan berkumandang. Mungkin jarak Masjid tak begitu jauh dari kediaman pak Kades hingga suara adzan itu terdengar begitu jelas.

"Duh, siapa ya yang adzan ini? Sopan banget suaranya masuk telinga." ujar Runi yang tersenyum mendengar merdunya suara adzan.

Gadis cantik itu segera menuju ke kamar mandi, ia terbiasa mandi sebelum melaksanakan sholat subuh. Setelah menunaikan kewajibannya, ia memulai kegiatan paginya dengan menyapu rumah yang sebenarnya tidak kotor.

Selesai menyapu rumahnya, ia membuka pintu depan dan duduk - duduk di teras yang terdapat kursi kayu.

"Segar sekali udaranya." Runi menghirup udara desa itu dalam - dalam. Hawa dingin masih terasa menusuk kulit, hal yang wajar karena desa ini terletak di pegunungan.

"Nduk Runi......" suara bu Kades memanggilnya. wanita paruh baya itu melambaikan tangan ke arah Runi.

"Iya, bu." jawab Runi dengan senyuman. Gadis cantik itu menghampiri bu Kades yang sedang menyiram tanamannya.

"Nanti sarapan di sini saja, ya. Ibu masak sarapan banyak." ujar bu Kades.

"iya bu, terima kasih banyak. Waah jadi enak saya, hehehe." ujar Runi.

"Bu, di sini ada toko atau mini market? Runi mau beli beberapa peralatan." tanya Runi.

"Kalau yang lengkap, jauh nduk. Minta antar Mas Abi saja, nanti ibu bilang ke Masnya." kata bu Kades.

"Eeh gak usah, bu. Ngerepotin pak Abi." Runi merasa sungkan.

"Atau mau di antar Agil?" tanya bu Kades.

"Gak usah, bu. Nanti mungkin sama Ica saja." putus Runi akhirnya.

"Kapan sampainya kalau mau sama Ica? Ica gak bisa ngendarai motor atau mobil. Bisanya naik sepeda." kekeh bu Kades.

"Iya, bu? Serius?" tanya Runi tak percaya. Zaman sekarang rasanya anak sekolah dasar saja sudah bisa naik motor.

"Iya, yang ada kalian sampai ke puskesmas. Tapi kalau nduk Runi mau bawa motor, itu bawa motor yang ada di rumah." tawar bu Kades.

"Iya, bu. Nanti Runi bilang sama ibu kalau mau pakai motornya." kata Runi.

"Jangan sungkan ya, nduk. Anggap saja bapak dan ibu ini orang tuamu. Bilang sama bapak atau ibu kalau perlu sesuatu." kata bu Kades sembari mengusap lembut bahu Runi.

Kedua wanita berbeda generasi itu tampak akrab mengobrol, sesekali keduanya tertawa bersama. Sebelum ikut sarapan bersama, Runi kembali ke rumahnya terlebih dahulu untuk berganti pakaian, karena dia akan mulai bekerja hari ini.

***

"Ca, sudah di catat semua stok obatnya kan?" tanya Runi yang masih tampak sibuk mencatat keperluan medis sesuai permintaan pak Sekdes.

"Sudah, dok. Oh iya, pukul sepuluh nanti, dokter di minta ke balai desa, kan? Katanya, dokter akan dikenalkan pada warga desa." Ica mengingatkan.

"Iya, Ca. Kita bereskan ini, lalu kita berangkat ke balai desa." Jawab Runi yang segera membenahi meja kerjanya.

"Nanti ini tolong berikan pada pak Sekdes ya." pinta Runi sembari memberikan beberapa lembar kertas berisi catatan.

"Siap, dok!" jawab Ica.

Kedua gadis itu berjalan bersama menuju balai desa setelah memastikan balai kesehatan tertutup dan terkunci dengan baik. Untung saja letak balai desa dan balai kesehatan tak terlalu jauh, hanya terhalang dengan sebuah bangunan besar yang biasa di gunakan menjadi pusat berkumpul atau biasa di sebut dengan balai pertemuan.

"Ca, ini tempat apa? Kok ramai?" tanya Runi saat melewati balai pertemuan.

"Ini balai pertemuan, dok. Mungkin dokter akan di kenalkan pada warga di sini." jawab Ica.

"Lalu, kenapa kita ke balai desa?" Tanya Runi bingung.

"Ya dokter harus berkenalan dengan perangkat desa dulu, sebelum bertemu warga." jelas Ica yang mendapat anggukan mengerti dari Runi.

Kedatangan Runi dan Ica di sambut hangat oleh perangkat desa yang berada di balai desa. Pak Kades dengan senang memperkenalkan wanita cantik yang akan bertugas sebagai dokter di desa mereka beberapa waktu kedepan.

Setelah selesai beramah tamah di balai desa, Runi di temani Ica, pak Kades dan beberapa perangkat desa lain, berjalan menuju balai pertemuan yang sudah ramai dengan warga desa.

Mereka semua tampak penasaran dengan sosok dokter yang akan mengabdi di desa mereka.

"Pak, kalau semisalnya ada warga desa yang memerlukan pertolongan di malam hari, apakah saya boleh keluar rumah untuk menolong?" tanya Runi pada pak Kades.

Bagaimanapun ia harus izin terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan. Apa lagi ia tinggal di rumah pak Kades.

"Boleh, nduk. Tetapi, jika pasiennya tidak di bawa ke rumah, harus minta temani orang rumah, ya. Bisa bapak, Mas Abi, atau Agil." jawab pak Kades.

"Baik, pak." jawab Runi mengerti.

Sejujurnya ia merasa sungkan jika harus merepotkan pak Kades dan keluarganya. Namun, ia tak bisa membantah apa yang di katakan pak Kades, terlebih lagi pria paruh baya beserta keluarganya itu bersikap sangat baik padanya.

Pak Kades mulai memperkenalkan Runi pada warganya. Semua tampak antusias bahkan sampai Runi menyelesaikan penyuluhan kesehatannya. Dokter cantik itu sangat pandai membawa diri dan menarik perhatian warga yang awalnya nampak ogah - ogahan datang.

Setelah acara selesai, Runi kemudian menemui Ica yang sedang mengobrol dengan Abi di halaman balai desa. Sepertinya Ica baru memberikan kertas yang tadi ia titipkan karena sedari tadi, Abi memang tak terlihat berada di kantor balai desa.

"Ca, ayo kita kembali ke balai kesehatan." Ajak Runi.

"Eh bu dokter, mau di ajak pergi dengan pak Sekdes, tuh." jawab Ica sembari melirik ke arah Abi.

"Iya, kita harus ke dinas kesehatan untuk mengambil alat medis yang kemarin saya ceritakan. Harusnya besok, tetapi tadi pihak dinas menelfon saya untuk mengambilnya hari ini." Jelas Abi.

"O, gitu. Ayo ikut, Ca." ajak Runi.

"Loh, ya bu dokter sama pak Sekdes saja. Balai kesehatan gimana kalau kita pergi semua? Gak ada yang jaga dong?" jawab Ica.

"Iya, ya. Yasudah kalau gitu. Saya titip balai kesehatan, ya. Kalau ada yang darurat, tolong cepat telfon saya." pinta Runi.

"Siap bu dokter! Tenang saja ada Ica di sini." jawab Ica tanpa ragu.

Terpopuler

Comments

Giselle Bustamante

Giselle Bustamante

Siapin tisu buat nangis 😭

2025-03-11

2

lihat semua
Episodes
1 1. Desa Banyu Alas
2 2. Rumah Pak Kades
3 3. Hari Pertama di Desa
4 4. Kabupaten
5 5. keseleo
6 6. Ramalan Simbok
7 7. Fix Jadian
8 8. Gawat Darurat
9 9. Bopo desa Banyu Alas
10 10. Check in
11 11. Akan Ku Perjuangkan
12 12. Off Road
13 13 Sabar, Mas Abi
14 14. Keponakan Banyak
15 15. Back Home
16 16. Keakraban
17 17. Abi si Pembuat Shock
18 18. Mas Kepo!
19 19. Penilaian
20 20. Penasaran
21 21. Sisi lain Abi
22 22. Tak cemburu
23 23. Perasaan Abi
24 24. Izin
25 25. Gak Bisa Jauh
26 26. Unduh Mantu
27 27. Tertangkap
28 28. Wejangan
29 29. Salam Perkenalan
30 30. Kembalinya Runi
31 31. Cerita Runi
32 32. Kalung
33 33 Love You Too, Bu Dokter
34 34. Merayu
35 35. Mantan
36 36. Cemburu
37 37. Bahasa Isyarat
38 38. Terseret Arus
39 39. Tanah Longsor
40 40. Tertimbun
41 41. Romo dan Ibun
42 42. Mau Ikut
43 43. Cantik siapa?
44 44. Bu dokter, tumbang
45 45. Balada Tidur
46 46. Segoro Geni
47 47. Dia Berbeda
48 48. Kedatangan Keluarga Abi
49 49. Lamaran
50 50. Permintaan Papa
51 51. Pengantin Baru
52 52. Prosesi Ritual
53 53. Gerojogan Lengkung
54 54. Godaan
55 55. Bar - Bar
56 56. Rumah Tangga Kita
57 57. Unboxing Lee
58 58. Ter romo - romo
59 59. Di sengat lebah
60 60. Tamu Spesial
61 61. Masuk Jurang
62 62. Ketakutan dan Dukungan
63 63. Ritual Buang Sial
Episodes

Updated 63 Episodes

1
1. Desa Banyu Alas
2
2. Rumah Pak Kades
3
3. Hari Pertama di Desa
4
4. Kabupaten
5
5. keseleo
6
6. Ramalan Simbok
7
7. Fix Jadian
8
8. Gawat Darurat
9
9. Bopo desa Banyu Alas
10
10. Check in
11
11. Akan Ku Perjuangkan
12
12. Off Road
13
13 Sabar, Mas Abi
14
14. Keponakan Banyak
15
15. Back Home
16
16. Keakraban
17
17. Abi si Pembuat Shock
18
18. Mas Kepo!
19
19. Penilaian
20
20. Penasaran
21
21. Sisi lain Abi
22
22. Tak cemburu
23
23. Perasaan Abi
24
24. Izin
25
25. Gak Bisa Jauh
26
26. Unduh Mantu
27
27. Tertangkap
28
28. Wejangan
29
29. Salam Perkenalan
30
30. Kembalinya Runi
31
31. Cerita Runi
32
32. Kalung
33
33 Love You Too, Bu Dokter
34
34. Merayu
35
35. Mantan
36
36. Cemburu
37
37. Bahasa Isyarat
38
38. Terseret Arus
39
39. Tanah Longsor
40
40. Tertimbun
41
41. Romo dan Ibun
42
42. Mau Ikut
43
43. Cantik siapa?
44
44. Bu dokter, tumbang
45
45. Balada Tidur
46
46. Segoro Geni
47
47. Dia Berbeda
48
48. Kedatangan Keluarga Abi
49
49. Lamaran
50
50. Permintaan Papa
51
51. Pengantin Baru
52
52. Prosesi Ritual
53
53. Gerojogan Lengkung
54
54. Godaan
55
55. Bar - Bar
56
56. Rumah Tangga Kita
57
57. Unboxing Lee
58
58. Ter romo - romo
59
59. Di sengat lebah
60
60. Tamu Spesial
61
61. Masuk Jurang
62
62. Ketakutan dan Dukungan
63
63. Ritual Buang Sial

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!