5 Sketchbook

"Ada apa ini!!" Binta yang baru saja kembali dari sekolah dan membuka pintu utama terlihat seisi ruang tqmu berserakan dan berantakan.

Barang - barang pada entah di taruh kesana kemari, "Ma! Pa! Ada apa?" tanya Binta kembali.

Binta lantas menutup pintu utama dan Binta pun langsung merangkul sang mama yang sudah tersungkur di lantai.

"Jadi benar yang ada di berita itu?" ujar Binta sembari memegang Mama nya.

Mendengar ucapan Binta mama Arlyn selaku orang tua Binta menangis sesunggukan.

"Hentikan! Kata - kata itu Binta." Mama Arlyn yang sudah tersungkur di lantai dengan airmata yang membasahi kedua pipinya dan dengan mata yang sembab pula, karena kelamaan menangis itu, membalas ucapan Binta.

"Papa kamu bukan orang yang seperti itu!! Ingat kamu!" tegas sang Mama.

Sementara Papa Danar, hanya duduk terdiam dan menunduk sembari memegang kepalanya, kadang mengusak kepala nya dengan kasar.

"Brengsek!!" umpat sang Papa.

"Papa!" teriak Binta.

Papa Danar itu lantas menoleh ke arah anak nya, "Benarkah ini?" tutur Binta lagi.

Papa nya kemudian menghembuskan nafasnya perlahan, "Binta. Papa kena tipu oleh rekan kerja Papa sendiri."

"Maksud Papa?" ujar Binta keheranan.

"Intinya Papa kena tipu, semua yang Papa pasrahkan ke orang itu raib dan papa di tuduh menggelapkan uang perusahaan tiga ratus juta."

Binta yang mendengar nya hanya bisa terdiam, bagaimana dia akan membantu Papa nya kalau jumpah uang nya segitu banyak nya.

'Apa yang harus gue lakuin? Sedangkan besok nya udah pasti banyak pembayaran untuk sekolah gue?' Binta lantas hanya bisa menghembuskan nafasnya panjang.

"Papa akan jual Vila kita yang ada di Bogor, dan kita pindah dari sini," tutur sang Papa sembari bangkit dari duduk nya.

Mendengar ucapan Papa Binta dan Mama nya hanya bisa terdiam dan tertunduk.

"Untuk sekolah kamu Binta, Papa sudah simpan tabungannya tapi, bisakah kita pind-"

"Gak pah! Binta gak mau pindah! Binta akan usahain gimana cara nya dapet uang."

"Binta akan coba cari kerjaan Pa. Motor Binta jual saja untuk tambah biaya sekolah Binta. Binta juga akan usahakan bayaran kerja Binta untuk bayar sekolah kalau uang Papa masih belom cukup." imbuh Binta lagi dalam sikon begini tentu saja dalam pikir Binta ia tak ingin membebani kedua orang tua nya itu yang sudah terlilit hutang akibat tertipu salah satu orang kepercayaan papa nya.

"Binta akan usahain gimana cara nya Binta dapet uang," Binta langsung beranjak dari duduk nya.

Kedua orang tuanya hanya bisa memandang Binta yang berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Sememtara di kediaman Karina, Karina sudah menggenakan Piyama berbahan sutra berwarna Pink di padukan dengan gambar Hello Kitty.

Karina hanya menuruni anak tangga tanpa menggunakan Lift Pribadi. Terlihat kedua orang tuanya sudah duduk dan sedang menunggu Karina untuk duduk bersama mereka.

"Mami sengaja suruh bi Irah untuk masak, maskan kesukaan kamu sayang," ucap sang Mami sembari membalikkan piring yang ada di Meja, dan Karina pun menarik kursi makan nya dan duduk di samping Mami nya.

Sementara Papi nya duduk di ujung meja sembari memainkan ponsel nya. Entah sedang sibuk apa dengan ponselnya itu. Namun, saat Karina ada di antara mereka, Papi nya langsung meletakkan ponsel nya.

Beberapa menit mereka makan malam saat itu. Tapi, sesungguh nya ini membuat Karina terheran, di satu sisi juga membuat Karina rindu akan suasana seperti ini yang menurutnya telah lama hilang. Walau sebenernya Karina tau, ini hanyalah kamuflase yang di ciptakan pada kedua orang tuanya.

"Apa kalian baik - baik saja?" tutur Karina sambil memakan udang asam manis.

Kedua orang tua nya saling menatap satu sama lain, mami amel menghentikan aktifitas makannya, sedangkan Papi Arkana langsung meletakkan alat makan nya.

Kedua orang tua nya masih saling pandang satu sama lain, Karina lantas menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Aku sengaja tanya begitu ke kalian karena kita lama gak bertemu," tutur Karina sembari menundukkan kepalanya kemudian menyendok makanan nya untuk di makan.

"Kita baik - baik saja," ujar Papi lalu kembali melanjutkan makanan nya. Sementara Mami nya hanya mengangguk, lalu melanjutkan makanan nya kembali.

"Karina udah selesai makan. Karina mau masuk ke kamar dulu." Karina langsung beranjak dari duduknya. Lalu berjalan ke lift.

Kedua orang tuanya hanya bisa terdiam dan melihat Karina yang pergi meninggalkan ruang makan.

"Papi sih! Kenapa sih bersikap begitu ke anak kita!" tutur mami sembari menepuk tangan suaminya yang di atas meja.

"Apaan sih ! Memang Papi lakuin kesalahan apa! Papi sama sekali gak merasa kalau papi melakukan kesalahan! Justru kamu!" Tutur sang papi.

"Apa! Kamu nyalahin aku pi! Papi pikir dong! Sedari tadi kamu main in ponsel kamu! Di hadapan Karina! Ingat kan sebelum kita pulang! Kita harus perlihatkan kalau kita baik - baik saja! Apa kamu lupa!" tegas sang Mami.

Sementara Karina mendengarkan pertikaian mereka sesaat sebelum masuk ke dalam lift pribadinya.

Karina lantas masuk ke dalam lift itu dan langsung memencet tombol lantai dua di mana kamarnya berada di lantai dua.

"Udah gue duga kan?" gumam Karina sambil menyeringai lalu segera menutup pintu lift nya.

"Semua ini hanya kamuflase yang mereka ciptakan buat gue."

Setelah pintu lift terbuka Karina langsung masuk ke dalam kamarnya lalu melihat ponsel nya kembali.

Terlihat semua pada membully Binta, lantas ponsel karina pun berbunyi.

"Kenapa ness?" ujar Karina saat bertelfon dengan Nessa.

"Elo yakin mau diem aja?" tutur Nessa lagi.

Karina pun men speaker telfonnya sembari membuka bingkisan dari orang tuanya.

"Ya gue harus apa??" jawab Karina datar.

"Haaah!! Masa iya gue harus ngajarin elo sih! Ya elo maju dong rin! Ini kesempatan elo tau gak buat tau kondisi Binta."

"Udah gue bilang, gue gak suka sama Binta!" tegas Karina.

"Terus Davin!"

Telefon tersebut sempat terdiam beberapa menit Karina pun mendengar kata Davin terhenti seketika saat membuka bingkisan itu.

"Apaan sih elo. Davin udah punya tunangan kali, lagian seantero sekolah juga tau, soal pertunangan nya mereka."

"Terserah elo deh Rin."

Sahabat nya itu langsung menutup telefonnya.

Karina hanya bisa menghembuskan nafasnya lalu membuka setiap Sketchbook nya halaman demi halaman

Karina hanya meraba hasil lukisannya itu di sketchbook nya, "Sepertinya gue terlalu pecundang untung mengungkapkan."

"Seandainya semua itu mudah bagi gue. Tapi, ini sangat sulit bagi gue Binta. Melihat elo dari jauh aja udah seneng gue. Tapi, elo sama Jovita tadi bikin gue murka. Tapi, siapa gue?? Yang dengan mudah murka ke elo?"

Karina lantas menutup sketchbooknya lalu mematikan lampu dan hanya menyalakan lampu tidur. Karina lantas menuju ke ranjang dan menarik selimutnya.

***

"Pa, Davin mohon hentikan semua ini!"

"Apa maksud kamu! Seenak nya kamu main batalin semua ini! Muka Papa sama Mama kamu mau di taruh di mana!!" tegas sang Papa.

"Tapi, pa-"

"Sudah! Nurut sama Papa!"

Terpopuler

Comments

Ismi Kawai

Ismi Kawai

jangan dipaksa pak, klo anaknya gak mau.

2025-03-11

0

Miu Nih.

Miu Nih.

like binta ❤❤

2025-04-26

1

Alluka

Alluka

Binta bener2 gentle ya, yg kaya gini contoh cowok bertanggung jawab. 😍😍😍

2025-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!