"Beneran elo gak mau bareng sama gue?" ajak Karina Lagi ke Nessa. Ia membujuk - bujuk teman sekaligus sahabat nya ini untuk pulang bareng.
"Engak Rin, udah. Elo balik aja dulu, gue gak pede naik mobil elo. Elo tau kan gue-"
"Hentikan ucapan itu! Gue gak suka jangan pernah elo rendahin diri elo Ness!! Ngerti kan! Gue beneran gak suka sama kata - kata elo yang selalu ngerendahin diri elo sendiri itu!" tegas Karina.
Nessa hanya tersenyum dan ngangguk, "Yaudah, kalau elo gak mau bareng sama gue. Gue balik duluan." Karina pun berbalik dari hadapan Nessa temannya itu.
Lalu Karina melangkah kan kaki nya masuk ke dalam mobil dan Nessa hanya melihat Karina berjalan dan masuk ke dalam mobil nya.
Sesampai nya di dalam mobil dan duduk Karina lantas membuka ponsel nya.
"Loh ini bukannya Binta? Ini beneran? Ini kan keluarganya Binta?" Karina lagi dan lagi memastikan pandangannya.
"Iya!! Ini Binta ini Papi Maminya! Gak! Gak mungkin kan ini keluarga Binta?"
Saat sedang melihat vidio yang tersebar di grub sekolah nya terdapat telefon masuk.
"Halo Pa, kenapa? Karina udah mau balik kok. Sebentar lagi sampai," tutur Karina saat percakapan nya dengan sang Papa yang ada di telefon.
"Pa aku-"
Sambungan suara telefon langsung saja terputus dan Karina pun melihat layar ponsel nya. Dengan perasaan yang kesal, Karina hanya terdiam lalu merebahkan punggungnya di kursi penumpang dan melihat jalanan ke arah Karina pulang.
"Setidak nya tanya kabar atau apa keg! Satu bulan berlalu dan hanya telefon gak jelas begitu!" keluh Karina.
***
"Binta!" Davin langsung berlari ke arah Binta yang sudah dekat dengan halaman parkiran.
Mendengar nama nya di panggil Binta lantas menoleh, "Elo belom liat berita?" tutur Davin.
"Hah? Apaan?" Davin kemudian menyodorkan ponsel nya ke arah Binta memperlihat kan berita grub yang ada di sekolah nya.
Binta lantas meraih ponsel Davin dengan segera, "Apa- apaan!" tutur Binta dia masih saja serius melihat habis vidio grub yang ada di sekolahnya.
Davin kemudian merangkul Binta dan Binta langsung memberikan ponsel davin ke sang pemilik.
"Gue gak tau apa yang terjadi sama orang tua gue," Binta tertunduk lemas.
"Gue tau, tapi-"
"Ah, sorry vin, gue balik dulu, kayak nya Gue harus selesaiin masalah sekarang ini juga. Tapi, makasih yah! Elo udah ngabarin gue soal hal ini." Binta pun terperanjak dan tersenyum menatap Davin. lalu menghampiri ke arah motor CBR nya.
"Sekali lagi thaks ya brow! Gue balik dulu." Binta melambaikan tangannya ke arah Davin sembari menaiki motor CBR nya.
Perasaan Binta kali ini ingin segera kembali ke rumah menanyakan perihal permasalahan yang sedang di hadapinya. Kepalanya kali ini penuh dengan pertanyaan - pertanyaan untuk segera di jawab oleh kedua orang tuanya itu.
Sementara teman - teman yang lain yang masih berada di sekolahan menatap Binta yang sedang naik motor dan menatap sinis.
Bahkan anak - anak lain juga bergunjing di hadapannya langsung.
Ada juga yang langsung menghadang jalan Binta, menendang dan menepuk motor Binta dengan kasar. Bahkan, ada juga yang menampol helem Binta.
Sementara Jovi dan kedua temannya melihat Binta di depan kelas nya dengan sedikit terkejut, karena perilaku siswa - siswa yang lain pada Binta yang kurang mengenakkan itu.
Tanpa di sangka - sangka Davin langsung datang menghampiri Binta melerai pertikaian antar temennya itu.
"Apa - apaan sih kalian!" teriak Davin.
Jovita ingin menghampiri Davin. Namun, di halang oleh kedua temannya, "Elo jamgan kesana dulu, Davin lagi emosi Jov," tutur Alea.
"Dasar anak koruptor! Bisa - bisanya elo lahir di kedua orang tua koruptor!" tutur anak - anak yang lain.
Davin lantas menampar mulut orang yang mengatai Binta, "Elo pergi Binta! Sekarang!!" teriak Davin.
Binta dengan segera melajukan motornya dengan cepat, "Ada apa ini! Kalian semua ke ruangan saya!" teriak Guru BK.
"Di- dia pak! Davin mukul saya!"
"Heh!! Elo yang ngatain Binta! Makanya gue mukul elo!" teriak Davin.
"Apaan sih elo gak-"
"Sudah!! Sudah!! Kalian berdua ini ikut saya sekarang!!" teriak Guru BK.
Davin dan temennya yang mengatai Binta itu pun langsung mengikuti langkah guru BK.
Sedangkan Binta masih dalam perjalan dia masih menatap tajam jalanan yang di lalui nya.
"Gak mungkin orang tua gue lakuin hal itu kan!" tutur Binta di setiap jalan yang di lalui dengan motor yang di bawanya.
"Sialan! Kenapa jadi begini!!" teriak Binta lagi. Binta lagi dan lagi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
***
"Davin," jovita langsung menghampiri Davin saat keluar dari BK. Jovita langsung memberikan tas kepada Davin yang tadi di bawanya.
Davin mengambil tas nya dari tangan Jovita, "Elo gak kenapa - napa kan di dalem? Guru BK tadi bilang apa?"
Davin hanya menggelengkan kepalanya, "Yaudah mending sekarang balik aja," ajak Davin.
"Vin, gue bolehkan balik sama elo?" tutur Jovita dengan ragu - ragu.
Davin yang berjalan mendahuli Jovita itu lantas membalikkan badannya, "Sopir elo belom jemput elo?" tutur Davin.
Jovita hanya menaikkan kedua bahu nya sambil menarik ujung bibir kirinya, "Yaudah, gue anter elo balik. Lagian anak - anak lain udah pada balik," imbuh Davin.
Davin melanjutkan langkah nya lagi ke arah parkiran untuk memgambil motornya. Jovita langsung kegirangan dan segera menghampiri Davin. Menyeimbangi langkah Davin.
"Gue lama gak balik bareng elo." Jovita berjalan bersebelahan dengan Davin sambil tersenyum bahagia.
Namun, Davin hanya terdiam dia hanya menatap lurus ke arah parkiran setelah itu mengambil motor CBR nya, sama dengan milik Binta hanya berbeda warna saja. Jovita dengan segera duduk di belakang Davin.
Sembari tersenyum bahagia, kedua tangannya dengan segera melingkarkan ke tubuh Davin. Davin lantas tertunduk melihat kedua tangan Jovita yang melingkar di perutnya.
Namun, Davin melepaskan pelukan Jovita itu, "gue nganter elo, bukan berarti perasaan gue berubah ke elo. Lagian kita masih SMA gak pantes juga elo keg gitu ke gue. Paham!" tegas Davin.
"Sekali lagi elo kaya gitu, gue gak segan - segan nurunin elo di jalanan!" imbuh Davin lagi.
Jovita hanya bisa terdiam dan cemberut, "kalau gini boleh kan?" seru Jovita dengan nada ceria. Davin kemudian menatap kemana tangan Jovita berada, yang ternyata kedua tangan jovita berada di pinggang Davin.
Davin lalu melajukan motor nya, sementara Jovita tersenyum senyum manja di belakang Davin.
Kedua temannya yang melihat dan berjalan di depan mereka itu pun ikut bahagia juga melihatnya saat Jovita bahagia.
"Gue baru liat mereka akur begini," tutur Zea.
"Emb!! Dan gue seneng juga liat mereka akur," jawab Alea.
"Tapi, gue gak tega liat Jovita yang kadang gamon sama Davin," tutur Alea lagi.
"Asalkan dia gak liat Karina, dan kita perlu nyingkirrin dia sebenernya. Tapi, entah kenapa itu anak selalu aja lolos dari kita!" keluh Zea sembari melipat kedua tangan di dadanya.
"Udahlah, kita balik! Kita pikirin aja besok. Ini kelas udah sepi, kita balik aja." Alea berjalan lebih dulu mendahului Zea, Zea pun ikut berjalan di belakang Alea.
***
Sementara itu Karina sudah tiba di kediamannya ia pun langsung membuka pintu mobil nya dan berlari masuk ke dalam rumah.
"Papi! Mom!!" teriak Karina ia masuk kerumah berlari sampai di ruang tamu.
Menoleh kesana kemari, "mom!! Papi!" pangil Karina kembali.
Sementara Bibi yang dari dapur langsung berlari menghampiri Karina, "Maaf nona, tuan sama nona besar pergi lagi."
"Apa!" Mendengarnya pun Karina sudah kesal, orang tua nya sungguh tak pernah memerhatikannya. Pikir Karina.
"Apa! mereka pergi lagi?" tanya Karina penasaran.
"Sayang..."
Mendengar panggilan itu, Karina lantas langsung menoleh mencari sumber suara, "Momi!" teriak Karina. Karina langsung berlari memeluk momi nya.
Sementara Bibi pun kembapi ke dapur kembali menyelesaikan masakan untuk makan malam.
"Cerita nya cuman meluk Momi aja? Papi gak kamu peluk?" kekeh sang Papi.
Karina lantas memeluk Papinya juga papinya pun membalas pelukan anak semata wayang nya itu.
"Liat papi bawa apa!!" Karina yang masi memeluk papinya lalu mendongak kan kepalanya.
"Tara!!" ucap kedua orang tua Karina.
"Wahh!!" Karina dengan segera mengambil hadiah yang di bawa oleh orang tuanya.
"Kamu suka kan?" ucap papi.
"Karina suka Pi, mom. Makasih, makasih banyak Karina suka!"
Kedua orang tua Karina lantas memeluk anaknya, sembari membelai lembut kepala Karina.
"Maafin kita berdua sayang. Kita terlalu sibuk sampai - sampai berpisah lama sama anak kita tercinta."
Karina pun semakin memeluk kedua orang tuanya sembari menahan rasa haru dalam benak nya.
"Apa kamu ikut kita saja ke Jerman? Momi kamu sama Papa kan masih ada kerjaan di Jerman. Kita juga kepikiran kalau kamu di Jogja sendiri."
Karina yang mendengar ucapan Papi nya itu langsung melepaskan pelukannya. Sembari menggelengkan kepala nya dengan cepat.
"Gak! Karina gak mau! Karina gak mau pindah sekolah pindah rumah atau pindah negara! Gak!! Susah bagi Karina Pi, Karina harus beradaptasi terus menerus. Selama ini kalian pindah kota terus menerus Karina udah diem aja! Tapi, kalau harus ke luar negeri, Karina gak mau!" tegas Karina, ia berjalan menjauhi ke kedua orang tua nya sembari melipat kedua tangannya memandangi kedua orang tua nya sendiri.
Momi pun lantas tersenyum dan mendekati Karina, "Kalau gak mau yaudah, Papi kan cuman mau nawarin aja," ujar lembut momi Amelia Zanetta, orang tua Karina Zanetta lalau memeluk Karina.
Sedangkan Papi Arkana hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan berat, "Baiklah. Kalau itu udah keputusan anak Papi!! Tapi ingat! Jangan lakuin yang melebihi batas!! Apalagi kalau kamu hamil duluan Papi gak akan segan - segan cabut fasilitas kamu dan mengusir kamu!" tegas Papi Arkana.
Karina hanya mengangguk tanpa perlawanan lagi dalam pelukan Momi nya.
"Tuan, nona dan nona Karina, makan malam hari ini sudah siap," ujar Bi Irah.
Papi hanya mengangguk lalu bi Irah pun kembali pergi dan menyelesaikan pekerjaan yang lain.
Bi Irah, adalah salah satu ART yang selalu bersama Karina sedari kecil. Sehingga bisa di katakan bi Irah adalah orang kepercayaan untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan Karina. Karena kedua orang tua nya yang sulit untuk menemani hari - hari Karina.
"Kalau gitu, Karina mau mandi dulu. Sambil naruh hadiah Papi sama Momi ke kamar."
Karina lantas naik ke lantai dua menggunakan Lift pribadinya. Setelah keluar lift barulah ia masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai dua yang super luas itu.
Karina pun meletakkan hadiah kedua orang tua nya di atas meja rias nya. Ia memandangi hadiah itu sembari tersenyum tipis.
"Entah mengapa kalian kalau jauh dengan ku, baik seperti ini. Tapi, kalau kalian bersama dengan ku, aku selalu mendengar pertengkaran kalian. Apa kalian menyembunyikan sesuatu dari ku?" gumam Karina sambil masih menatap nanar hadiah dari kedua orang tuanya. Hadiah sepasang dan kebutuhan alat lukisnya.
"Sudah pasti kalian menyembunyikan sesuatu dari ku," Karina tersenyum simpul lalu bersiap mandi.
****
"Mama! Papa ada apa ini!!" teriak Binta yang baru saja sampai dan membuka pintu utama rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ismi Kawai
emang salah satu ujian itu adalah tahta. semangat bintara. jangan patah arang.
2025-03-10
0
Miu Nih.
lucu kocak /Facepalm//Facepalm/
2025-04-26
1
Alluka
kasian binta... mudah2an kabar ortunya koruptor itu cuma fitnah.
2025-03-09
1