MIYB 3

Kebencian dan sikap malu atau ragu Mika sudah hilang. Begitu tersadar dari mimpi buruk kehidupan sebelumnya, Mika benar-benar takut. Walau tubuhnya tak lagi bergetar seperti sebelumnya tapi matanya berair dan memberi kesan kesedihan yang mendalam.

Matahari mulai menunjukkan dirinya. Setelah berpelukan sambil menangis. Mika tak ingin melepaskan suaminya. Perasaan takut akan ditinggalkan sendirian membuatnya kembali menangis.

Demi menenangkan Mika, Gavin tak lagi melanjutkan pekerjaannya. Dia membawa Mika kembali ke ranjang dan menyuruhnya istirahat. Namun, Mika benar-benar tidak ingin beranjak jauh dari Gavin. Begitu dia merebahkan tubuh di ranjang, Mika segera meraih tangan Gavin dan menggenggamnya dengan erat.

Sudah berjam-jam sejak Mika menangis. Matanya yang basah sudah terpejam sejak lama. Namun tangannya tak melepaskan tangan Gavin sedikitpun. Membuat Gavin hanya bisa duduk bersandar diam dengan tangan yang digenggam erat oleh istrinya.

Entah karena mimpi buruk atau terbangun di tengah malam. Begitu Mika kembali tertidur, dia tidak bangun sampai matahari menunjukkan sinarnya sepenuhnya. Membuat keduanya dibicarakan di meja makan di rumah utama.

"Gavin belum bangun juga?" Anita berkata dengan tak percaya.

"Mereka kan pengantin baru. Jadi wajarlah," Devano mencoba menenangkan istrinya yang kesal di pagi hari.

"Tapi ini gak biasa, Pa! Gavin gak pernah bangun siang. Pasti gara-gara menantu baru Papa itu! Padahal baru satu hari di sini tapi bangunnya kesiangan buat orang-orang nungguin dia di meja makan!" geram Anita.

"Kan baru kemarin lusa mereka menikah. Apalagi pesta kemarin selesai sampai malam. Lagian pengantin baru pasti maunya berduaan aja."

"Benar kata Mama. Sikap Mika ini terlalu gak menghormati yang lebih tua. Papa gak bisa belain Mika gitu aja," imbuh Nana, istri Derry.

Semua orang yang tinggal di rumah itu sudah duduk di meja makan bersiap untuk sarapan. Namun dua orang yang merupakan sepasang pengantin baru bahkan belum bangun dari tidurnya.

"Ya udah. Kalau gitu kita sarapan dulu aja. Biar mereka sarapan nanti kalau udah bagun." sebagai kepala keluarga Devano mengambil jalan tengah dan tak ingin membuat keributan di meja makan.

Setelah menghabiskan sarapan, hampir semua orang pergi untuk melakukan pekerjaan masing-masing. Devano pergi ke perusahaan menggantikan Gavin yang cuti menikah. Derry dan putranya, Alan juga pergi ke kantor cabang seperti biasanya. Sedangkan Nana adalah mantan model yang saat ini memiliki brand fashion sendiri. Anita sendiri mantan wanita karir yang suka bersosialisasi dia sering menghabiskan waktunya berkumpul dengan wanita-wanita seusianya hanya untuk sekedar mengobrol atau pamer kehidupan mereka.

Saat Gavin membuka matanya cahaya matahari menembus gorden yang menutupi pintu kaca. Di sampingnya sang istri masih tidur dengan menggenggam tangannya. Gavin melepaskan genggaman Mika dengan perlahan. Kemudian ke kamar mandi sebelum menuju rumah utama.

Semenjak kecelakaan dua tahun lalu, Gavin sudah terbiasa dengan aktivitas terbatasnya. Selama itu juga Gavin tidak pernah mengabaikan pekerjaannya kecuali saat dia harus terbaring lemah di rumah sakit. Tapi, sekarang Gavin memiliki banyak waktu luang selama beberapa hari karena sang Papa yang memaksanya untuk cuti.

Setelah menghabiskan sarapannya di meja makan sendirian. Gavin kembali ke kamar dengan sebuah nampan berisi sarapan untuk Mika di pangkuannya.

"Dari mana?" Mika sudah bangun dan bahkan sudah membersihkan dirinya juga. Dia duduk di meja rias sedang menyisir rambutnya yang hampir kering. Semalam karena pesta selesai hampir tengah malam, Mika tidak mau mencuci rambutnya dan pagi ini begitu bangun Mika merasakan gatal karena sisa semprotan rambut semalam.

"Ambil sarapan."

Gavin meletakkan sarapan di meja depan sofa. Di sisi kamar yang berhadapan langsung dengan kolam renang terdapat sofa panjang dan meja yang berada dalam bangunan pribadi Gavin. Sedangkan sisi lain yang berhadapan dengan taman dan kebun terdapat kursi santai di luar ruangan.

"Makasih!" Mika duduk dengan santai di sofa dan menyantap sarapannya. Bahkan tanpa menoleh pada Gavin yang duduk diam di kursi roda menatap aktivitasnya.

Tiba-tiba Mika menoleh dan menatap mata Gavin dengan berbinar. "Kita mau bulan madu ke mana?"

Ekspresi Gavin tiba-tiba terkejut mendengar perkataan Mika. Bagaimana tidak, perubahan sikap Mika membuat Gavin penuh tanda tanya. Sebelumnya Mika menolak rencana pernikahan ini dengan terang-terangan. Namun, sekarang bukan hanya menerimanya dia juga terlihat bahagia dengan pernikahan mereka membuat Gavin mencurigai Mika.

"Gimana kalau ke negara P? Oh oh atau ke negara K aja? Eh tapi liburan di dalam negeri juga boleh!" ucap Mika tanpa menatap ekspresi Gavin yang semakin terlihat aneh.

"Gimana? Kamu mau kemana?"

"Gavin!" panggil Mika keras saat tak mendapat jawaban apapun.

"Terserah," balas Gavin acuh tak acuh.

Mika tersenyum bahagia mendengar jawaban suaminya. Tak mempedulikan wajah datar Gavin Mika dengan bahagia terus menyebutkan nama tempat yang menarik perhatiannya.

Saat makan malam, Mika dan Gavin hadir lebih awal di meja makan. Gavin hanya diam, sesekali bergumam atau mengucap beberapa kata. Sedangkan Mika terus saja berceloteh dengan pembahasan yang sama seperti pagi tadi yaitu tentang tempat tujuan bulan madu mereka.

"Kalau gitu aku mau ke pantai! Main pasir, main air. Sama aku mau makan seafood di restoran yang dekat pantai di sana. Katanya bahan-bahan yang dipakai selalu fresh semua jadi rasanya enak banget!"

"Bahas apa kalian?" Nana tiba-tiba datang dan menyela ucapan Mika.

Mika menatap Nana yang duduk di seberangnya. Saat pesta pernikahan Mika tak terlalu memperhatikan wanita cantik yang merupakan ipar dari suaminya itu. Kali ini Mika bisa menatap Nana dengan lebih baik.

Wajah Nana tak terlalu berubah entah itu saat ini atau masa depan di kehidupan sebelumnya. Wajahnya tetap terlihat cantik dan anggun. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun dengan jelas.

Tapi, Mika tahu seperti apa Nana dari kehidupan sebelumnya. Walaupun ucapan dan wajahnya menunjukkan ketidaksukaan dan menghina, wanita berkepala empat yang masih cantik di depannya ini memiliki hati yang lembut dan baik. Bahkan bisa dibilang saat banyak orang terang-terangan menjauh atau menghinanya, Nana adalah salah satu pihak netral yang tak pernah membantunya tapi juga tak pernah menyudutkannya.

"Kami lagi bahas tempat untuk bulan madu. Kak Nana ada rekomendasi tempat yang bagus gak?"

"Siapa yang mau bulan madu?" Alan datang menyela dan duduk di kiri sang Mama.

Melihat wajah Alan entah kenapa Mika tak ingin menyembunyikan ketidaksukaannya. Karena keponakan suaminya ini adalah awal dari semua masalah yang akan terjadi suatu saat nanti. "Tentu aja kami berdua!" Mika merangkul lengan Gavin tiba-tiba membuat sang empu cukup terkejut. Apalagi menatap wajah Mika yang dengan sombong menunjukkan hubungan mereka pada Alan.

Seperti Gavin sebelumnya, Alan saat ini juga merasa aneh dengan sikap Mika. Sebelumnya Alan bisa pastikan Mika selalu mengejar-ngejarnya sejak bangku sekolah menengah pertama. Tapi, saat ini Mika dengan bangga dan bahagia menunjukkan kemesraannya dengan Gavin di hadapannya.

"Kalian? Paman kalian mau bulan madu?" ucap Alan terkejut tak percaya.

Gavin menatap ekspresi Alan yang menunjukkan keterkejutannya. Tapi, hal itu entah kenapa membuatnya sedikit bahagia. Menelan kembali penjelasan atau bahkan kata-kata tolakkan, Gavin mengatakan hal lain yang membuat wajah Alan semakin suram.

"Hmm. Kami mau pergi bulan madu."

Terpopuler

Comments

elz.

elz.

tulisannya rapih bgt asli kaya udah sering bikin novel ya kak? 👍👍

2025-07-18

1

Athena_25

Athena_25

weleh ibu mertua julidin mulai mengeluarkan taringnya,

2025-07-21

1

elica

elica

seru banget ceritanya, semua orang harus tauuu😤😤😤

2025-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!