EPS 2

Arumi mengajak sang putri untuk makan masakannya malam ini. Sedangkan suami dan keluarganya telah pergi sejak beberapa menit yang lalu. Arumi merasa jika pengorbanannya selama 4 tahun terakhir adalah hal yang dia sia. Jika bukan karena anak tidak mungkin Arumi tetap bertahan dengan keluarga macam keluarga Nicolas tersebut.

"Mama, kenapa mama diam saja. Apa mama tidak lapal, kenapa mama hanya suapi Michelle saja" tanya bocah 3 tahun tersebut. Di usianya yang masih kecil, Michelle memiliki pemikiran yang cukup luas. Dia juga bisa memahami kondisi mamanya saat ini.

"Tidak ada sayang. Mama akan makan setelah kamu makan. Sekarang Mama akan suapi Michelle dulu, oke" jawab Arumi dengan senyum di wajahnya. Dia tidak ingin terlihat sedih di depan anaknya. Walaupun terkadang keadaan lah yang membuat nya terlihat menyedihkan seperti itu.

"Baiklah, tapi janji ya setelah Michelle selsai makan, gantian Mama yang makan!" ujar bocah tersebut dengan wajah polosnya. Sungguh hati mana yang tidak tersentuh mendengar perhatian yang di berikan oleh anak tersebut.

"Iya sayang, Mama janji" jawab Arumi tetap dengan senyumannya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Arumi langsung membereskan meja makan dan meminta putri kecilnya untuk ke kamar nya terlebih dulu. Di rumah sang mertua memang banyak kamar. Kurang lebih ada 6 kamar yang di tempat i oleh mereka dan satu kamar tamu.

Waktu terus berputar. Malam ini Arumi memilih untuk tidur bersama dengan putri kecilnya. kamar yang menjadi tempat ternyaman bagi keduanya. Jam menunjukan pukul 10 malam. Tapi masih belum ada tanda tanda jika sang suami dan juga keluarganya pulang.

"Kenapa? kenapa kamu tak pernah sekalipun berpihak pada kami. Padahal kami ini yang seharusnya menjadi prioritas kamu. Aku tak pernah malang kamu berbakti pada keluarga kamu. tapi, setidaknya berikan kasih sayang yang setara kepada anakmu, seperti kasih sayang yang kau berikan pada keponakanmu!" gumam Arumi menatap wajah putrinya yang tidur dengan tenang.

"Papi, Mami, maaf. Maaf telah karena tidak mendengar perkataan kalian. andai saja aku tidak menentang kalian dan tetap menikah dengan mas Nico. semua pasti tidak akan jadi begini" gumamnya lalu ikut merebahkan tubuhnya.

Tak lama dari itu, Nicolas dan juga keluarganya sampai di rumah. Terlihat mereka membawa paper bag satu tangan dan semua orang memegangnya. Bahkan si kecil Nabilla membawa boneka yang seukuran dirinya.

"makasih om. Bella senang sekali dapet hadiah dari om. Kapan kapan belikan lagi ya" ujarnya seraya memeluk boneka tersebut dengan sangat erat.

Di dalam kamar sang putri, Arumi mendengar semua percakapan mereka. Dari awal mereka menikah, tak pernah sekalipun Nico memberikan hadiah ataupun kejutan baik kepadanya atau kepada putri mereka. bahkan, boneka yang selalu di mainkan oleh Michelle adalah hadiah dari orang tuanya saat hari kelahiran Michelle.

Tak mau ambil pusing, Arumi berusaha memejamkan matanya. Esok dia harus bangun lebih pagi, dan membuat sarapan untuk semua sebelum akhirnya mereka berangkat ke Bali.

"Pasti dia ada di kamar anaknya. CK, menyusahkan saja. kalau begini siapa yang akan menyiapkan pakaianku. Tapi, jika aku ke sana pasti anaknya juga akan ikut terbangun. Bisa saja nanti anaknya meminta mainan yang sama seperti yang di miliki oleh Bella.

Kalau sudah seperti ini jadi terpaksa menyiapkan semua sendiri. CK, punya istri tapi tidak bisa di andalkan. Bisanya cuma menyusahkan dan menghabiskan uang suami saja" gumam Nicolas saat di dalam kamar.

Nico, Nico, tak ingat saja jika Arumi juga bekerja. Bahkan jabatannya di tempatnya bekerja di atasnya. Hanya saja Arumi tidak pernah mengatakannya. Dia hanya mengaku sebagai karyawan biasa. Ternyata pengakuannya tersebut sedikit meringankan penderitaannya, di kala sang suami tidak memberikannya uang. Untuk kebutuhan putri mereka.

Esok menjelang. Arumi masih berkutat di dapur. Sedangkan putrinya di minta untuk tetap berada di kamar. Jam masih menunjukkan pukul 5 lewat. Dimana biasanya keluarga sang suami masih bergelung dengan mimpi mereka. Tapi, berbeda dengan pagi kali ini. Mereka tampak mondar mandir membawa koper mereka keluar kamar serta bersiap untuk segera berangkat ke tempat dimana mereka akan lakukan liburan akhir pekan.

"Arumi, mana ini makananya. Kenapa baru nasi dan juga sayur saja yang ada di meja makan. Mana lauknya" pekik Bu Sartika saat beliau sudah berada di kursi meja makan bersama dengan suami serta cucu kesayangannya.

"sebentar ma, ini masih Arumi pindah ke piring saji." jawabnya yang masih ada di dapur" jawabnya sedikit berteriak.

"kebiasaan banget sih. Jangan lelet lelet jadi orang. hidup numpang saja banyak gaya. cepat sajikan, jangan sampai karena kami menunggu makanan mu yang tak seberapa enak itu kami terlambat sampai ke bandara" sindir Monica mulai mengambilkan makanan untuk putrinya. Dia tak ingin putrinya merajuk karena menahan lapar. Di meja sudah dan nasi dan juga sayur capcay kesukaan putrinya. Dan itu sudah cukup untuk membuat putrinya tak merengek.

"Ambilkan nasinya sedikit saja monica, sayurnya yang sedikit lebih banyak. kamu tahu sendiri jika cucuku sangat menyukai makanan tersebut. Yah, meskipun tak seenak masakan restoran. Tapi cukup untuk menahan rasa lapar saat di pesawat nanti" ujar Bu Sartika meremehkan.

sedangkan Arumi yang sudah berada di meja makan dan menghidangkan beberapa lauk hanya bisa menunduk saja. Dia tahu jika dirinya tidak lah sesempurna itu dalam urusan masak. tapi, setidaknya mereka bisa menghargai perjuangan nya demi bisa menghidangkan makanan yang bisa mereka makan.

"Sudah, sudah. Lebih baik kita cepat sarapan dan segera berangkat ke bandara. Jangan sampai kita terlambat hanya karena ulah perempuan udik ini" ujar Nicolas yang tak mau mendengar perdebatan di pagi indahnya tersebut.

"lebih baik kamu menyingkir Arumi. badanmu bau bawang dan asap. Itu membuatku jadi muak dan tak selera makan" usir Nicolas saat Arumi Hendak duduk dan mengambil makanan untuk dirinya dan juga sang putri.

"benar itu, kamu itu merusak pemandangan saja. Lebih baik kamu menyingkir terlebih dahulu. Makan saja setelah kita berangkat ke bandara." ucap William yang menyetujui perkataan adiknya tersebut.

"tapi aku hanya ingin mengambilkan sarapan untuk Michell saja. Setelah itu aku akan pergi kok dari sini" balas Arumi yang masih tetap mengambilkan nasi dan juga sayur serta lauk untuk putrinya.

"Ma, itu sayur kesukaan Bella. kenapa Tante Arumi ambil itu untuk Michelle. Bella nggak suka kalau Michelle makan makanan kesukaan Bella ma. Bella nggak suka" rengek Bella saat melihat Arumi mulai menyendok kan sayur tersebut.

"Arumi, kamu nggak dengar ya, apa kata Bella. Dia nggak suka jika kamu ambil sayur itu untuk Anakmu. Letakkan kembali. Sayur itu akan aku bungkus untuk ku bawa pergi ke Bali nanti" ujar Monica, tapi kali ini tak di hiraukan oleh Arumi. Dia tetap mengambilnya dan segera meninggalkan ruang makan tersebut.

Jujur saja, Arumi sudah mulai lelah dan tak lagi mau menurut dengan keluarga sang suami. Dia bukanlah mantu satu satunya di dalam rumah tersebut. tapi, haya dirinyalah yang mendapatkan perlakuan kurang baik dari keluarga itu. Bahkan suaminya pun tak pernah lagi membelanya barang sedikit saja. Hal itu lah yang membuatnya tak lagi mendapatkan tempatnya di rumah tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!