“Gue nggak nyangka kalau lo ngeluarin orang yang berpengaruh besar untuk genk Al” Ucap Aldo yang dari tadi diam melihat perdebatan antara Bianca dan Alvaro.
Berpengaruh besar?
Alvaro benar-benar tidak mengerti dengan hubungan Bianca dan genk Swataru yang kini di bawah pimpinannya. Seberapa pentingkah sosok seorang Bianca bagi Swataru? Apa perempuan yang selalu mengenakan pakaian mini itu lebih penting dari dirinya?
“Maksud lo?”
“Gue rasa lo harus cari tahu sendiri, semangat ketua” Ucap Aldo sambil menepuk-nepuk pundak Alvaro yang masih mencerna ucapan dari mantan ketua Swataru tersebut.
Rumah.....
“Dasar brengsek!”
“Kenapa sih Tuhan harus ciptain spesies kayak Alvaro itu? Pasti tuh anak bermasalah banget. Bikin keseeeel!” Seru Bianca dengan emosi yang tak tertahankan.
Saat sedang sibuk untuk menumpahkan kekesalannya. Handphone yang ada di saku celana pendek levisnya bergetar. Ia mengambil ponsel itu dan mendapatkan sebuah notifikasi pesan yang masuk ke beranda whatsappnya.
Valerie
Valerie : Lo dimana sih Bi? Kok gak ada disini?
*Valerie : Si Alvaro jadi diem dari tadi. Ngeri sendiri gue liatnya
Valerie : Yang lain ngehindar mulu kalau gue tanya soal lo
Valerie : Emangnya ada apa sih*?
*Me : Gue pulang
Me : Makanya jangan sama Elvano mulu, kan gak tahu berita terkini
Valerie : Kok pulang?
Valerie : Jangan bawa-bawa cowok penggoda itu. Gue jijik.
Me : Gue dikeluarin sama si brengsek Alvaro.
Me : Tuh cowok gak kenal gue, main buat surat phk aja. Kan gue kesal
Valerie : Kok bisa? Sabar ya Bi.
Valerie : Gue off dulu, Elvano lagi-lagi ke sini.
Valerie : Spesies kayak Elvano harus segera dimusnahkan dari muka bumi*
“Bukan Elvano yang harus dimusnahin. Tapi Alvaro” Geram Bianca. Lalu ia menuju kamarnya dan memilih untuk tidur.
Keesokan harinya, sekolah.....
Bianca melepaskan helm full facenya wajah cantiknya tidak bisa ditandingi oleh siapa pun tapi hari ini wajah itu terlihat pucat. Bianca menatap ke sekelilingnya. Siswa-siswi berjalan dengan tenang, namun ada yang menatap pada dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Mungkin mereka takut.
Ya siapa yang tidak takut dengan Bianca, ia termasuk salah satu pentolan sekolah. Namun bedanya ia memiliki IQ yang melebihi si jenius Alvaro. Jadi tak ada salahnya jika ia mengatakan kepintarannya melebihi kepintaran Alvaro.
Tapi yang jadi permasalahannya adalah, dua orang pandai itu menyandang gelar bad girl dan ketos. Apa ada salahnya jika menjadi ketos? Tentu tidak. Tapi yang jadi masalah bagi Alvaro adalah ia adalah ketua Osis berselimut bad boy.
“Heh *****”
Bianca melirik ke arah orang yang memanggilnya dengan sebutan ‘bitch’ tersebut. Ia adalah Alvaro. Laki-laki yang semalam membuat dirinya pensiun dari Swataru. Ia memilih untuk melangkah daripada meladeni ketos gila itu.
“Gue manggil lo, *****” Alvaro mencekal lengan Bianca agar gadis itu berhenti.
“Gue gak buat masalah hari ini, jadi lo gak berhak ngehukum gue” Ucapnya sambil menghempaskan tangannya dengan tangan Alvaro hingga cekalan itu terlepas.
“Ubah penampilan lo” Ucap Alvaro ketus.
“Bukan urusan lo, ini adalah hidup gue. Gue ngelakuin apa yang membuat gue nyaman”
“Tapi gue gak suka dengan penampilan lo itu”
“Kenapa? Karena lo ketos disini? Nggak ada artinya untuk gue karena tahu lo itu ketua genk Rasutra dan sekarang Swataru”
“Ikut gue ke koperasi sekolah dan ganti baju lo” Alvaro tetap kokoh dengan ucapannya.
“Apa sih? Jangan berani-berani lo ngatur hidup gue. Lo bukan siapa-siapa” Kata Bianca dengan nada tak bersahabatnya.
“Pakaian lo terlalu pendek dan ketat!” Seru Alvaro hingga membuat Bianca menyunggingkan senyum sinisnya.
“Dan hubungannya sama lo apa? Nggak ada kan? Jadi gak usah ngatur deh”
“Lo ngelanggar peraturan sekolah”
“Bukan hal baru kan. Udah deh Al, gue lagi gak mau debat sama lo” Bianca melanggkah pergi dengan langkah gontai. Ketos gila itu sudah membuat moodnya hancur.
Jam olahraga....
Kelas Alvaro kini tengah melaksanakan pelajaran olahraga di sebuah lapangan. Kali ini mereka dibiarkan bermain dengan suka hati.
Alvaro mendribel bola basket lalu men-shoot nya ke ring basket. Tak lama kemudian tatapannya jatuh pada seorang gadis dengan baju ketat dan rok pendek yang tengah berjalan menyusuri koridor dengan pandangan lurus ke depan.
“Ini kan masih jam pelajaran efektif, tuh cewek ngapain disini?” Gumam Alvaro. Tangannya men-shoot bola itu dan karena tidak fokus. Bukannya memasukkan ke dalam ring, bola itu malah mendarat di kepala Bianca.
Hingga membuat gadis itu terjatuh dengan kepala berkunang-kunang, ia meringis kesakitan.
Alvaro menghampiri gadis itu dengan berlari kecil. Senyum meremahkannya mulai nampak dengan samar-samar. “Bolos lo?” Dua kata itu meluncur seakan hendak mengintrogasi sang gadis.
“Siapa yang ngelempar bola ini ke gue?” Ketus Bianca dengan posisi yang masih terduduk. Tak memperdulikan Alvaro yang berdiri di hadapannya.
“Nggak sengaja” Alvaro dengan santainya mengambil bola basket yang berada tak jauh dari tubuh Bianca dan kembali mendribelnya di tempat.
Bianca masih memegang kepalanya yang terasa berdenyut, lemparan bola yang mengenai kepalanya tidak seperti lemparan anak kecil.
“Gitu aja sakit” Sindir Alvaro melihat keadaan Bianca.
Gadis itu menatap tajam pada Alvaro lalu berdiri agak sempoyongan. “Cowok kasar kayak lo nggak cocok jadi ketos disini” Bianca berkata penuh sindiran pada laki-laki di hadapannya. Ia berbalik badan dan meninggalkan Alvaro yang menatapnya tajam.
Sebuah pernyataan membuat langkah gadis itu terhenti, “Cewek frontal kayak lo nggak akan ada cowok yang suka” Ucap Alvaro.
Bianca berbalik badan dan menatap pada Alvaro, “Dan gue nggak pernah berharap untuk ada cowok yang bakal suka sama gue” Katanya dengan nada yang ditekankan. Ia benar-benar geram dengan semua sikap yang Alvaro tunjukkan pada dirinya.
“Emang lo bisa hidup tanpa seorang cowok?” Alvaro masih mencoba menjatuhkan kepercayaan gadis berpakaian minim itu.
Bianca mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan amarah terhadap laki-laki di hadapannya ini. “Memangnya selama ini yang ngasih makan gue itu cowok-cowok kayak yang ada di pikiran lo?”
“Kakak lo bukannya cowok?”
“Kakak gue emang cowok tapi menyandang status sebagai kakak, sedangkan yang ada di pikiran lo itu adalah cowok asing”
“Sok jual malah, padahal lo itu bitch”
Bianca melangkah mendekat pada Alvaro. Emosinya meledak-ledak, ia muak dengan perkataan Alvaro yang selalu men-judge dirinya. Dan panggilan itu benar-benar membuat dirinya risih.
PLAK.
“Jangan dengan lo lihat penampilan luar gue, lo bisa asal cap. Cara berpakaian gue boleh lo bilang kayak cewek murahan, tapi jangan berpikir kalau gue memang cewek murahan. Bahkan harga diri gue nggak bisa lo beli dengan uang lo itu”
Alvaro yang pandangannya terarah ke samping akibat tamparan keras dari Bianca. Menahan amarahnya. Ia membuang kasar bola oranye yang tadi pegang lalu mencekal lengan Bianca keras.
“Lo kalau memang murahan gak usah belagu sok jual mahal, bahkan harga diri lo lebih rendah dari seorang bitch” Ia menghempaskan tangan Bianca yang sudah memerah akibat cekalan itu, lalu berlalu pergi.
“Ternyata lo lebih dari seorang bajingan” Gumam Bianca sambil menatap punggung Alvaro yang semakin menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Endang Winarsih
berantem terus,lama2 bucin😁
2023-01-04
0
Mrs.Labil
cuma alibi ini mah
bilang aja aku gak mau km di liatin cwok lain 😒
2022-12-31
0
Mrs.Labil
keknya alvaro tuh suka deh sm bianca, dia suruh ubah penampilannya krn gak mau tubuh bianca di liatin cowok lain kan 🤔🤔
2022-12-31
0