Permintaan Resi Manikmaya

"Apa yang sedang kalian cari? "

Tiga Pendekar Gunung Lawu langsung menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari belakang. Tentu saja mereka kaget setengah mati karena sampai tidak merasakan kehadiran pemilik suara yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.

Sehebat apapun seseorang menekan hawa keberadaan dengan menyembunyikan tenaga dalam mereka, ketiga murid Padepokan Gunung Lawu ini biasanya selalu bisa merasakan. Tetapi sosok yang kini mereka hadapi benar-benar diluar kemampuan nalar mereka bertiga.

Untuk menyembunyikan rasa kegugupan mereka, salah seorang di antara mereka bertiga yakni Gagak Rimang yang merupakan yang paling tua diantara mereka bertiga langsung angkat bicara.

"Kau yang mengganggu urusan kami? "

Lelaki berpakaian hitam compang-camping dengan beberapa tambalan di bagian bagian tertentu pakaiannya ini langsung tersenyum sinis.

"Kalau iya kenapa? Tidak terima?", balas lelaki yang tak lain adalah Mahesa Sura ini dengan nada tinggi seolah meremehkan tiga orang pendekar yang punya nama besar di dunia persilatan itu.

" Kurang ajar! Sudah bosan hidup kau rupanya, gembel busuk!!! Apa kau tidak tahu siapa kami hah?! Kami ini Tiga Pendekar Gunung Lawu, murid Maharesi Jaladara...", bentak adik seperguruan Gagak Rimang yang bernama Jalak Aren ini keras.

" Untuk apa aku tahu tentang tiga orang muda yang mengeroyok seorang laki-laki tua seperti ini?

Mengaku sebagai murid pendekar golongan putih tetapi tindakan kalian tak ubahnya seperti dedengkot golongan hitam yang paling busuk! ", balas Mahesa Sura tak kalah sengit.

Mendengar omongan pedas Mahesa Sura ini, Gagak Rimang, Jalak Aren dan Pusparini langsung geram setengah mati. Baru kali ini ada orang yang berani mengatai mereka bertiga seperti ini.

" Bajingannn!!! Kau harus mendapat pelajaran dari omongan mu barusan gembel sialan!!! ", gembor Gagak Rimang yang langsung melesat cepat ke arah Mahesa Sura dengan menghantamkan tapak tangan nya.

Whhhuuuuuuuutttttt!!!

Dengan santainya Mahesa Sura berjalan memapak serangan itu. Dia sama sekali tidak berupaya untuk menghindar kala cahaya putih menyilaukan mata yang keluar dari telapak tangan Gagak Rimang menerabas ke arah tubuhnya.

Melihat serangan nya sama sekali tidak berusaha dihindari oleh musuh, Gagak Rimang menyeringai lebar.

"Modar kowe gembel tengik....!!!! "

Akan tetapi...

Bllllllaaaaaaaaaammmmmmmm!!!!

Ledakan dahsyat terdengar di belakang tubuh Mahesa Sura yang merangsek menuju ke arah Gagak Rimang padahal sang murid Padepokan Gunung Lawu sangat yakin bahwa serangan itu akan menghabisi nyawa orang itu.

Belum hilang rasa keterkejutan Gagak Rimang, Mahesa Sura sudah berada di depannya sambil mengayunkan telapak tangan kanannya ke arah dada Gagak Rimang. Tak punya ruang untuk menghindar, Gagak Rimang langsung menyilangkan kedua tangannya sebagai pertahanan terakhirnya. Dan..

Blllaaaaaaaaaarrrrrrrr!!!

Aaaaauuuuugggghhhhhhh...!!

Tubuh Gagak Rimang terpental ke belakang disertai oleh erangan kesakitan nya. Jalak Aren dan Pusparini yang melihat hal ini langsung melompat untuk menahan pergerakan tubuh saudara seperguruan mereka. Hanya saja, saking kuatnya hempasan itu membuat mereka masih harus terhuyung-huyung mundur beberapa langkah begitu mendarat di tanah.

"Brengsek! Gembel ini bukan orang sembarangan, Kakang Rimang..

Kita harus menggabungkan kekuatan jika ingin mengalahkannya", ucapan Jalak Aren ini di sambut anggukan kepala Gagak Rimang yang sudah merasakan kerasnya pukulan musuh. Pusparini pun cepat merogoh senjata rahasianya, bersiap untuk membantu mereka.

Kedua lelaki paruh baya itu segera merentangkan kedua tangan nya. Lalu dengan cepat menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan mulut komat-kamit merapal mantra. Cahaya putih menyilaukan mata kembali terpancar di kedua tangan.

Melihat itu, Mahesa Sura hanya tersenyum bengis saja. Lalu dengan secepat kilat ia menerjang kearah tiga orang itu sembari merapal mantra Ajian Tapak Iblis Neraka. Cahaya merah kehitam-hitaman berpendar di kedua telapak tangan nya. Dia langsung menghantamkan tapak tangan nya ke arah Gagak Rimang dan Jalak Aren.

Kedua pendekar dari Gunung Lawu itu terperangah juga dengan aksi gila musuh mereka. Keduanya langsung menyambut serangan Mahesa Sura dengan tapak tangan yang bercahaya putih menyilaukan mata.

Dhhhuuuuuuuuuuaaaaaaaaarrrrrrrrr!!!!

Ledakan dahsyat terdengar memekakkan gendang telinga, menciptakan gelombang kejut yang menyapu ke segala penjuru.

Tubuh Gagak Rimang dan Jalak Aren terpental ke belakang hingga 5 tombak jauhnya. Sedangkan tubuh Mahesa Sura tersurut mundur beberapa langkah saja. Resi Manikmaya yang masih terduduk di tanah harus pasrah saat tubuhnya turut terlempar dari tempat nya semula.

Sementara Pusparini yang lebih dulu melenting tinggi ke udara, selamat dari sapuan gelombang kejut ini. Secepat mungkin ia mengibaskan kedua tangan nya ke arah Mahesa Sura. Delapan tusuk konde perak melesat cepat ke arah Mahesa Sura yang sedang tersurut mundur.

Shhrrriiinnggg shhrrriiinnggg shhrrriiinnggg!!

Desingan tusuk konde perak membelah udara terdengar di telinga murid Lembah Embun Upas. Cepat tangan kirinya merogoh balik bajunya dan melemparkan beberapa kepeng tembaga, memapak serangan senjata rahasia milik Pusparini.

Bersamaan dengan pergerakan kepeng tembaga, Mahesa Sura menjejak tanah hingga tubuhnya melenting tinggi ke arah Pusparini.

Thhrrraaaanngg thhrrraaaanngg!!

Terdengar suara seperti benda-benda tajam beradu. Itu adalah benturan antara senjata rahasia dari mereka. Kejap berikutnya, Mahesa Sura merubah gerakan tubuhnya dan melayangkan tendangan memutar ke arah Pusparini yang kaget melihat kemunculannya. Dan..

Dhhhaaassssshhhh!

Oooouuuuugggggghh..!!!

Tubuh Pusparini langsung meluncur turun dan menyusruk tanah setelah tendangan berputar Mahesa Sura menghajar bahunya. Baju perempuan itu robek dan luka parut menghiasi bagian tubuhnya yang mencium tanah. Darah segar meleleh pada sudut mulutnya.

Usai menyudahi perlawanan Pusparini, Mahesa Sura langsung meluncur cepat ke arah Gagak Rimang dan Jalak Aren. Keduanya sedang berupaya bangkit usai muntah darah.

Mahesa Sura langsung merentangkan jari jemari tangannya lalu dengan cepat menyerbu ke arah dua lelaki paruh baya itu.

Hiiiyyaaaaatttttttt!!!

Chhrraaasshh chhrraaasshh chhrraaasshh..

Aaaarrrrrrrrrgggghhhhh!!!!

Baik Gagak Rimang maupun Jalak Aren hanya bisa menjerit kesakitan setelah tubuh mereka dicabik-cabik oleh kuku jari Mahesa Sura yang sudah menggunakan Ilmu Serigala Cakar Besi. Sebentar kemudian mereka berdua terkapar bersimbah darah dengan luka-luka yang menghiasi sekujur tubuhnya.

"K-k-kau ke-jaaaammmm... "

Hanya itu yang terdengar dari mulut Jalak Aren sesaat sebelum ia meregang nyawa menyusul Gagak Rimang yang tewas lebih dulu.

Melihat mereka tewas, Mahesa Sura mengalihkan perhatiannya ke arah Pusparini yang ketakutan dan berusaha untuk menjauh meskipun dengan menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit.

"J-jangan bunuh aku.. Ampuni a-aku... ", hiba Pusparini penuh ketakutan. Baginya saat ini, Mahesa Sura tak ubahnya seperti iblis haus darah yang datang dari kerak neraka.

Hemmmmmmm..

" Kali ini aku melepaskan mu. Tapi jika aku bertemu lagi dengan mu, itu adalah hari kematian mu!"

Ucapan pelan Mahesa Sura benar-benar membuat Pusparini ketakutan setengah mati. Dia berusaha keras untuk berdiri lalu dengan terseok-seok meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Sebentar kemudian ia sudah menghilang dari tempat itu.

Setelah kepergian Pusparini, Mahesa Sura melangkah mendekati Resi Manikmaya. Melihat kedatangan lelaki yang baru saja menghabisi nyawa Gagak Rimang dan Jalak Aren dengan sadis ini, dia yang sedang luka dalam parah hanya bisa pasrah menerima nasib yang akan ia alami.

"Bagaimana keadaan mu orang tua? "

Resi Manikmaya terkejut mendengar pertanyaan Mahesa Sura ini. Tadi dia sudah membayangkan bagaimana ia akan mati di tangan pendekar gembel nan sadis itu. Namun kini orang yang ia takuti malah menanyakan keadaan nya. Ini semua diluar perhitungan nya.

"Luka dalam ku sangat parah, pendekar muda. Mungkin juga akan segera mati uhukk uhukk.. ", usai bicara, Resi Manikmaya batuk-batuk kecil yang disertai dengan darah.

Mahesa Sura cepat meraba pergelangan tangan lelaki tua itu. Selain belajar ilmu racun, sesungguhnya Nini Rengganis Si Dewi Segala Racun juga mengajarkan pengobatannya. Meskipun dengan didikan keras, walhasil Mahesa Sura pun akhirnya menguasai seluruh ilmu racun dan pengobatan nya.

"Beberapa tulang dada mu remuk. Kau jangan menggunakan tenaga dalam mu 2 hari kedepan", setelah bicara seperti itu, Mahesa Sura melepaskan bumbung bambu kecil bertutup kain merah di pinggangnya lalu mengeluarkan sebutir obat berwarna hitam dengan bau tidak sedap.

Tanpa basa basi ia langsung menjejalkan nya ke mulut Resi Manikmaya. Begitu obat itu tertelan, rasa hangat langsung menyebar ke seluruh tubuh sang pertapa tua. Bahkan pernapasan nya yang semula sesak kini telah menjadi lancar.

Dari hal ini, Resi Manikmaya tahu bahwa pendekar bengis di hadapannya tak sepenuhnya jahat.

"Pendekar muda, aku harus secepatnya sampai di Pertapaan Gunung Pegat. Jika terlambat, akan berdampak besar pada dunia persilatan.

Jika memungkinkan, bisakah kau membantu ku untuk sampai kesana secepatnya?", tanya Resi Manikmaya penuh harap.

Mendengar omongan itu, sejenak Mahesa Sura diam. Dahinya berkerut seolah-olah sedang berpikir keras. Setelah itu ia pun berkata,

"Boleh saja tapi itu tidak cuma-cuma.. "

Terpopuler

Comments

🦋⃟ℛ⭐Wangky Tirtakusumah⭐🦋ᴬ∙ᴴ

🦋⃟ℛ⭐Wangky Tirtakusumah⭐🦋ᴬ∙ᴴ

Pastinya Suro minta kitab ajian waringin sungsang.
Wuih tambah dahsyat aja kedigdayaan Suro di dunia kanuragan.
Lanjutkan Kang Ebez jangan digantung kayak jemuran gak kering.. 🤭😀

2025-03-06

1

Windy Veriyanti

Windy Veriyanti

Mas Author...
Gagak Rimang itu bukannya nama kudanya Aryo Penangsang, ya? 😀

2025-03-11

2

arumazam

arumazam

yg begini keren,jago dan sadis

2025-04-24

2

lihat semua
Episodes
1 Banjir Darah di Bukit Kemangga
2 Empat Orang Sesat Tak Terkalahkan
3 Warisan Dendam Para Guru
4 Kitab Ajian Waringin Sungsang
5 Permintaan Resi Manikmaya
6 Gerombolan Gagak Abang
7 Gerombolan Gagak Abang 2
8 Pasar Besar Pakuwon Ganter
9 Putri Lodaya
10 Jaran Guyang dan Gajah Biru
11 Alas Angsana
12 Pertarungan di Tepi Kali Bugul ( bagian 1 )
13 Pertarungan di Tepi Kali Bugul ( bagian 2 )
14 Pertarungan di Tepi Kali Bugul ( bagian 3 )
15 Tawaran dari Sang Penguasa
16 Bunuh dan Lari
17 Taktik
18 Perang Lodaya ( bagian 1 )
19 Perang Lodaya ( bagian 2 )
20 Perang Lodaya ( bagian 3 )
21 Hari Kemenangan
22 Dilema Hati Sang Putri
23 Si Iblis Wulung
24 Murid-murid Padepokan Gunung Lawu ( 1 )
25 Murid-murid Padepokan Gunung Lawu ( 2 )
26 Dewi Kipas Besi
27 Istri Muda Guru
28 Lembah Seribu Bunga
29 Titipan Dendam Lama ( bagian 1 )
30 Titipan Dendam Lama ( bagian 2 )
31 Titipan Dendam Lama ( bagian 3 )
32 Lembah Seratus Pedang
33 Siapa Mereka?
34 Prahara Bukit Tengkorak ( bagian 1 )
35 Prahara Bukit Tengkorak ( bagian 2 )
36 Sosok Putih Misterius
37 Berguru Kembali
38 Cempakawangi
39 Putri Sang Dewa Pedang
40 Lelaki Bertopeng Separuh Wajah
41 Satu Permintaan
42 Sayembara
43 Kemelut di Bumi Kalingga
44 Kemelut di Bumi Kalingga 2
45 Kemelut di Bumi Kalingga 3
46 Kemelut di Bumi Kalingga 4
47 Kemelut di Bumi Kalingga 5
48 Kemelut di Bumi Kalingga 6
49 Menagih Janji Bhre Kalingga
50 Tanda Lahir Bunga Cempaka
51 Kidung Cinta Para Muda
52 Mandala Pandanalas
53 Rasa Kekerabatan
54 Penggoda
55 Maling
56 Pertarungan di Tapal Batas Kota
57 Kembang Istana Pajang
58 Taman Sari
59 Dua Macan Betina
60 Nasib Tunggak dan Pusparini
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Banjir Darah di Bukit Kemangga
2
Empat Orang Sesat Tak Terkalahkan
3
Warisan Dendam Para Guru
4
Kitab Ajian Waringin Sungsang
5
Permintaan Resi Manikmaya
6
Gerombolan Gagak Abang
7
Gerombolan Gagak Abang 2
8
Pasar Besar Pakuwon Ganter
9
Putri Lodaya
10
Jaran Guyang dan Gajah Biru
11
Alas Angsana
12
Pertarungan di Tepi Kali Bugul ( bagian 1 )
13
Pertarungan di Tepi Kali Bugul ( bagian 2 )
14
Pertarungan di Tepi Kali Bugul ( bagian 3 )
15
Tawaran dari Sang Penguasa
16
Bunuh dan Lari
17
Taktik
18
Perang Lodaya ( bagian 1 )
19
Perang Lodaya ( bagian 2 )
20
Perang Lodaya ( bagian 3 )
21
Hari Kemenangan
22
Dilema Hati Sang Putri
23
Si Iblis Wulung
24
Murid-murid Padepokan Gunung Lawu ( 1 )
25
Murid-murid Padepokan Gunung Lawu ( 2 )
26
Dewi Kipas Besi
27
Istri Muda Guru
28
Lembah Seribu Bunga
29
Titipan Dendam Lama ( bagian 1 )
30
Titipan Dendam Lama ( bagian 2 )
31
Titipan Dendam Lama ( bagian 3 )
32
Lembah Seratus Pedang
33
Siapa Mereka?
34
Prahara Bukit Tengkorak ( bagian 1 )
35
Prahara Bukit Tengkorak ( bagian 2 )
36
Sosok Putih Misterius
37
Berguru Kembali
38
Cempakawangi
39
Putri Sang Dewa Pedang
40
Lelaki Bertopeng Separuh Wajah
41
Satu Permintaan
42
Sayembara
43
Kemelut di Bumi Kalingga
44
Kemelut di Bumi Kalingga 2
45
Kemelut di Bumi Kalingga 3
46
Kemelut di Bumi Kalingga 4
47
Kemelut di Bumi Kalingga 5
48
Kemelut di Bumi Kalingga 6
49
Menagih Janji Bhre Kalingga
50
Tanda Lahir Bunga Cempaka
51
Kidung Cinta Para Muda
52
Mandala Pandanalas
53
Rasa Kekerabatan
54
Penggoda
55
Maling
56
Pertarungan di Tapal Batas Kota
57
Kembang Istana Pajang
58
Taman Sari
59
Dua Macan Betina
60
Nasib Tunggak dan Pusparini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!