Bab 2 : Sosok Idola

"Pak ABRI! Pak tentara! tolongin itu ada orang kecebur!" teriak seorang ibu dengan wajah panik pada rombongan tentara yang sedang menikmati senja di sisi lain kapal.

Seorang tentara berkaos dan celana doreng menengok ke arah air laut yang menggulung. Lelaki itu langsung menekan tombol pengembang pelampung yang menjadi baju rompinya.

"Lemparkan ban pelampung ke arah sana, Yan" perintahnya

"Biar saya saja komandan yang terjun ke laut" Praka Iyan langsung meluncur ke dalam laut

Karena ombak yang menggulung-gulung menyulitkan Iyan menarik tubuh remaja yang terlihat sudah pingsan itu. Seorang lelaki matang pun ikut terjun ke laut untuk memberikan bantuan.

Tubuh lemah itu sudah berhasil diraih oleh Sandi, lalu Iyan pun membantu memasangkan ban pelampung pada tubuh Reno sambil menunggu tali penarik tambahan di lemparkan.

Dengan bermacam drama penyelamatan karena cuaca yang ekstrim, akhirnya tubuh Reno yang kaku tidak sadarkan diri berhasil di naikan ke atas kapal, begitu juga kedua tentara yang berusaha memberi pertolongan berhasil sampai di atas kapal dengan selamat.

Tim medis memeriksa tubuh Reno yang sudah dingin dan bibirnya membiru, saturasi jantung yang menurun dan denyut nadi juga lemah.

Setelah dilakukan rescue breath lima kali, Reno masih belum merespon hingga tim medis memberikan CPR, tubuh Reno memberikan respon dengan batuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Sandi memiringkan tubuh Reno agar air tidak kembali masuk ke pernapasannya.

"Wes, bangun sehat waras ... Alhamdulillah" seru Sandi sambil memperhatikan wajah Reno

Remaja itu terlihat linglung dan pendiam. Sandi mengeringkan rambut dan anggota tubuh Reno lainnya.

"Bapak ijin gantikan baju kamu" ucap Sandi sangat sopan dan membukakan baju basah Reno lalu menggantikannya dengan yang kering.

Ketika akan di gantikan bagian bawah Reno sempat menolak, Sandi menyodorkan celana kering ke Reno namun remaja itu tidak mampu berdiri.

"Biar bapak yang gantikan celana kamu" Reno pun pasrah aset berharga satu satunya di lihat orang lain.

Dengan telaten Sandi menyisirkan rambut Reno dan memberikan pijatan di telapak tangan Reno. Hati Reno terenyuh karena selama ini, papanya tidak pernah melakukan hal itu saat dia sakit. Mama hanya bisa bawel menyuruhnya minum obat tanpa dilihat anaknya sudah sekarat atau sakit biasa. Tapi yang Sandi lakukan sangat perhatian dan telaten. Lelaki dewasa itu menunggu di sisi Velbed Reno sambil memperhatikan perubahan wajah Reno.

"Siapa namamu, le" tanya Sandi lembut

Reno seakan linglung dia tidak lupa siapa namanya, tapi bibirnya Kelu untuk menjawab. Sandi menyodorkan sendok yang sudah berisi cairan hangat, disuapinya dengan telaten teh hangat ke bibir Reno.

"Mau duduk?" tanya Sandi

Reno hanya mengangguk.

Sandi membantunya duduk dan memberikan elusan ringan pada punggung Reno. Lalu menyodorkan roti di tangan Reno.

"Makan ini dulu, sebentar lagi kapal sandar di Karimun baru kamu bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik" ucapnya sangat berwibawa.

Reno ditinggalkan sendiri di ruang kesehatan.

Sandi duduk di sebuah kursi di dek kapal sambil menatap langit malam. Dia teringat anak laki-lakinya yang meninggal tenggelam di sungai saat berusia lima tahun. Melihat Reno dengan wajah putus asa seperti itu hatinya jadi terketuk, ingin tahu apa yang dirasakan laki-laki belia itu, dari wajah terlihat seakan hidupnya tidak berarti lagi.

Setelah dirasa cukup dingin di luar, Sandi masuk lagi ke ruang kesehatan. Reno sudah tertidur pulas. Sandi membuka Velbed lain untuk tidur di samping Reno.

Suara ketukan di pintu besi membangunkan Sandi dan Reno.

"Komandan, kapal sudah sandar di Karimun" Ucap salahsatu anak buahnya

"Ayo Le, kita turun di Karimun dulu setelah urusanku selesai baru aku antar kamu ke tujuanmu" Reno seakan terhipnotis, dia menuruti perintah Sandi.

Reno mengikuti kemana Sandi pergi, dia masih diam seribu bahasa, meskipun ada yang bertanya dia hanya menjawab dengan senyuman tipis. Tapi tidak ada satupun yang menghakiminya bahkan mengungkit kejadian memalukan ... itu.

Setelah sadar Reno baru menyadari dan menyesali kebodohannya menceburkan dirinya di laut, mungkin kemarin pikirannya benar-benar kosong, jadi hanya jalan itu yang dia tempuh.

Reno baru bertemu lagi dengan Sandi saat menjelang sore,.sempat terdengar di telinga Reno kalau Sandi menanyakan beberapa hal pada anak buahnya tentang Reno.

"Kenapa makanannya gak di makan, Le. Kamu tidak suka? Survival itu harus bisa makan apa saja, gimana kalau kamu terdampar di hutan atau di pulau tidak berpenghuni. Kecuali kalau kamu niat mati. Kamu gak berpikir seperti itu, Kan?" Ujar Sandi menunggu jawaban Reno

Reno hanya menggeleng.

"Ngomong toh Le, namamu siapa, tinggalmu dimana, dan tujuanmu kemana?" tanyanya tegas

"A-aku ... Re-Reno pak"

Sandi menunggu jawaban lainnya dengan sabar.

"T-tinggal di komplek pajak pak. a-aku... Tidak punya tujuan" jawabnya terbata.

"Yowes, besok bapak antar kamu ke rumah. Malam ini kita di sini dulu, bapak masih ada urusan di sini. Besok kita balik Jakarta dengan kapal kecil" ucapnya hati-hati dengan logat Jawa yang medok.

Malam itu mereka membuat acara bakar ikan laut dan bernyanyi di pinggir pantai. Reno ikut berbaur dengan bapak tentara lainnya, lama kelamaan Reno bisa menyesuaikan, dia ikut tertawa dan bernyanyi, membantu bergantian membakar ikan. Suasana akrab dan hangat terasa, Sandi memasangkan jaket tebal pada tubuh Reno dan menyodorkan minuman cokelat yang lezat padanya.

"Enak gak? Itu namanya Imukal, salah satu ransum TNI" ucap Sandi

"Enak pak, kalau mau beli di mana pak?" tanya Reno polos

"Yo gak di jual bebas toh Le, kamu harus jadi tentara dulu kalau mau dapat makanan itu gratis" jawab Sandi sambil menepuk bahu Reno

"Jadi cita-citamu apa?" tanya Sandi setelah suasana mulai mencair

"Aku gak punya cita-cita pak, gimana papa mama aja menginginkan aku kemana, aku nurut" Jawab Reno pasrah, membuat Sandi mengernyit.

"Itu cita-cita kamu loh, harus kamu yang nentukan. Bukan pasrah gitu" protesnya

"Bapak gak tau aja gimana papa mamaku, dia sudah punya rencana untuk masa depanku kemana"

"Ya bagus ada orangtua seperti itu, untuk memastikan anaknya tidak salah jalan dan hidup enak. Tapi kalau kamu menjalaninya gak enjoy tidak sesuai hati nurani kamu, apa iya akan enak?" Tanya Sandi

Reno menggelengkan kepala, dia memang seringkali terbebani dengan kemauan orangtuanya. Banyak hal yang dia jalani bukan dari hati dan kemauannya sendiri.

"Terus alasan apa kamu nyebur ke laut?" tanya Sandi lagi.

Reno menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia hanya nyengir kuda, rasanya saat ini dia malu mengakui putus asa karena perempuan.

"Apa yang Tuhan jauhkan dari kamu artinya dia bukan yang terbaik, dan Tuhan akan menggantikan yang lebih baik lagi jika ... Kamu pasrah berserah diri" nasehat dan bimbingan seperti ini yang Reno inginkan, bukan penghakiman seperti papa dan mamanya lakukan.

Airmata Reno menggenang di pelupuk mata, rasanya saat ini dia ingin di peluk seseorang. Sandi tanpa diminta memeluk Reno dengan hangat dan menepuk punggungnya dengan lembut.

"Kamu ganteng, tinggi, sehat, jangan sia-siakan hidupmu dengan hal remeh. Putus cinta itu biasa, masih banyak perempuan yang tulus. Berjuang untuk hidup dan masa depanmu, itu lelaki sejati"

Pembicaraan terus mengalir, banyak masukan dan nasehat juga bimbingan dari Sandi pada Reno, satu hal yang Reno rasakan saat berhadapan dengan Sandi, dia merasa dihargai, dia didengarkan, ucapannya ditanggapi dengan solusi. Hal ini yang tidak dia dapatkan dari orang-orang yang mengaku orangtuanya.

Sandi baginya sosok ayah idaman bagi semua anak laki-laki seusianya, dia tidak lebai, tidak overthinking, dia membuka ruang bicara pada siapa saja termasuk anak buahnya.

Reno menemukan sosok idola baru dalam hidupnya.

"Pak, kalau aku ada masalah boleh gak aku ngobrol sama bapak?" tanya Reno memberanikan diri

"Jadi kalau ada masalah aja kamu baru ketemu bapak? Emang kamu gak mau belajar menembak, belajar survival, belajar hal-hal lain sama bapak?" tanya Sandi menyelidik

"Mau banget pak! Emang boleh pak?" tanya Reno dengan excited

"Boleh. Main ke kantor bapak. Tapi janjian dulu, karena banyak yang bapak urus" jawab Sandi

Sandi memang dipanggil komandan oleh anak buahnya, bisa dibayangkan kesibukannya seperti apa. Tapi lelaki itu menawarkan banyak hal untuk Reno yang membuat remaja muda itu bersemangat.

Setelah kapal sandar di Tanjung Priok, mereka menaiki sebuah mobil Ford berplat dinas milik Sandi.

"Waktu itu aku tinggalkan motorku di sini pak" Reno menunjuk motornya yang masih terparkir di bahu jalan.

Mobil itu pun menepi, mereka keluar dari mobil. Setelah dirasa motor membutuhkan perbaikan, mereka mengangkat motor Reno ke atas bak mobil Ford. Akhirnya Reno diantarkan pulang ke rumah dengan mobil Ford dinas Sandi.

Jujur saja Reno takut pulang ke rumah, karena papa mamanya akan ngomel seharian sebab dia tidak pulang berhari-hari tanpa kabar..orangtuanya sudah pasti akan cemas.

Dengan diplomasi yang baik dari Sandi ke papanya, Reno tidak mendapatkan hukuman seperti saat dia pulang telat dari sekolah.

"Kalau sudah punya handphone lagi, kamu bisa hubungi bapak ke nomer ini" Sandi memberikan kartu nama yang berisi pangkat, nama dan nomer teleponnya.

"Terima kasih banyak pak atas bantuan bapak" Ucap Reno

"laki-laki gak boleh kemenye!" bisik Sandi

Reno hanya tersenyum tipis.

...☘️☘️☘️☘️☘️...

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejak ya gaes 🩷

Terpopuler

Comments

Cakrawala

Cakrawala

pingin loncat dan tiba tiba ngapung di air Pak/Smirk/

2025-03-03

2

Teteh Lia

Teteh Lia

Terkadang, orang lain malah lebih bijaksana dari orangtua sendiri.

2025-04-10

1

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

ada untungnya juga reno lompat kelaut. bisa ketemu pak sandi.

2025-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1 : Patah Hati Reno
3 Bab 2 : Sosok Idola
4 Bab 3 : Penyesalan Naomi
5 Bab 4: Kanaya, kusebut kau Nayanika.
6 Bab 5 : Suara hati kecil
7 Bab 6 : Kanaya otw Jakarta
8 Bab 7 : Rencana Davin
9 Bab 8 : Melepas Papa ...
10 Bab 9: Wabah Covid
11 Bab 10 : Kelas Daring
12 Bab 11 : Wisma Atlet
13 Bab 12 : Alumni Tower 9
14 Bab 13 : Sehari bersama Eyang dan Kanaya
15 Bab 14 : Anak Koruptor
16 Bab 15 : 'Kita adalah sepasang Ingin'
17 Bab 16 : Backstreet yuk, Nay!
18 Bab 17 : Pernikahan Layla Majnun
19 Bab 18 : Sepasang Merpati
20 Bab 19 : Melamar ...
21 Bab 20 : Kehadiranmu ...
22 Bab 21 : Akar ...
23 Bab 22 : Panggil Aku, Papa ...
24 Bab 23 : Kehidupan Siswa Bintara
25 Bab 24 : Putraku, terbaik !!
26 Bab 25 : Ujian Cinta 1
27 Bab 26 : Ujian Cinta 2
28 Bab 27 : Akhir Cinta ...
29 Bab 28 : Malam itu ...
30 Bab 29 : Kebohongan yang terendus ...
31 Bab 30 : Menelan luka
32 Bab 31 : Tidak ada waktu yang tepat untuk melupakanmu
33 Bab 32 : Pergi Tanpa Pamit
34 Bab 33 : Anak tidak bertuan
35 Bab 34 : Ingin menghilang
36 Bab 35 : Asin, Asam dan Pedas ada di cerita masa lalumu, kuah sotonya Enak.
37 Bab 36 : Seorang Putra
38 Bab 37 : Membiarkan kesalahpahaman
39 Bab 38 : Masihkah ada Rindu?
40 Bab 39 : Hati yang lelah
41 Bab 40 : Rasanya begini, blo. Jomblo!
42 Bab 41 : Pertemuan Yang Tidak Terduga
43 Bab 42 : Salah sasaran
44 Bab 43 : Kemarahan Reno
45 Bab 44 : Mengikis jarak
46 Bab 45 : Love bites
Episodes

Updated 46 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1 : Patah Hati Reno
3
Bab 2 : Sosok Idola
4
Bab 3 : Penyesalan Naomi
5
Bab 4: Kanaya, kusebut kau Nayanika.
6
Bab 5 : Suara hati kecil
7
Bab 6 : Kanaya otw Jakarta
8
Bab 7 : Rencana Davin
9
Bab 8 : Melepas Papa ...
10
Bab 9: Wabah Covid
11
Bab 10 : Kelas Daring
12
Bab 11 : Wisma Atlet
13
Bab 12 : Alumni Tower 9
14
Bab 13 : Sehari bersama Eyang dan Kanaya
15
Bab 14 : Anak Koruptor
16
Bab 15 : 'Kita adalah sepasang Ingin'
17
Bab 16 : Backstreet yuk, Nay!
18
Bab 17 : Pernikahan Layla Majnun
19
Bab 18 : Sepasang Merpati
20
Bab 19 : Melamar ...
21
Bab 20 : Kehadiranmu ...
22
Bab 21 : Akar ...
23
Bab 22 : Panggil Aku, Papa ...
24
Bab 23 : Kehidupan Siswa Bintara
25
Bab 24 : Putraku, terbaik !!
26
Bab 25 : Ujian Cinta 1
27
Bab 26 : Ujian Cinta 2
28
Bab 27 : Akhir Cinta ...
29
Bab 28 : Malam itu ...
30
Bab 29 : Kebohongan yang terendus ...
31
Bab 30 : Menelan luka
32
Bab 31 : Tidak ada waktu yang tepat untuk melupakanmu
33
Bab 32 : Pergi Tanpa Pamit
34
Bab 33 : Anak tidak bertuan
35
Bab 34 : Ingin menghilang
36
Bab 35 : Asin, Asam dan Pedas ada di cerita masa lalumu, kuah sotonya Enak.
37
Bab 36 : Seorang Putra
38
Bab 37 : Membiarkan kesalahpahaman
39
Bab 38 : Masihkah ada Rindu?
40
Bab 39 : Hati yang lelah
41
Bab 40 : Rasanya begini, blo. Jomblo!
42
Bab 41 : Pertemuan Yang Tidak Terduga
43
Bab 42 : Salah sasaran
44
Bab 43 : Kemarahan Reno
45
Bab 44 : Mengikis jarak
46
Bab 45 : Love bites

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!