5.Meradang

Ibarat kata kini nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau Jennifer Lin sekarang harus menerima segala konsekuensi dari setiap keputusan yang sudah ia ambil sebelumnya.

"Ryu, buka pintunya!" Jeje mengetuk pintu Apartement milik sosok pria yang selama ini selalu mendampinginya setiap saat.

"Je, tumben nggak minta jemput aja? Aku belum mandi ini." Begitu mendengar suara teriakan Jeje, dia langsung berlari untuk membukakan pintu, bahkan Ryu hanya menggunakan celana kolor dan kaos oblong saja saat ini.

"Mau mandi atau tidak juga sama saja, nggak ada yang beda," Ucap Jeje sambil menyandarkan tubuhnya disofa ruang tamu Apartement itu.

Setelah Daniel dan keluarganya menyepakati pernikahan mereka, Jeje meminta izin pulang terlebih dahulu untuk bersiap dan yang pasti dia akan membicarakan hal ini dengan Ryu juga.

"Ck, kamu saja yang tidak pernah menatapku dengan seksama, dasar nggak peka!" Umpat Ryu dengan suara samar-samar sambil mengambilkan air minum untuk Jeje.

"Apa kamu bilang?" Tanya Jeje kembali.

"Nggak ada, aku mau mandi dulu, kalau mau makan ambil saja di Kulkas, banyak cemilan dan makanan kesukaan kamu disana." Dia ingin selalu tampil tampan dan menawan didepan Jeje, walau hal itu tidak Jeje sadari sekalipun.

"Duduk dulu, aku sedang buru-buru!" Jeje langsung menahannya, karena waktunya tidak banyak untuk bersiap sore ini.

"Kenapa sih, aku cuma mau mandi doang Je, bukan pergi ke Antartika, lagian ngapain buru-buru, mau kemana lagi?" Dia menghentikan langkahnya, namun hanya menoleh saja.

"Aku mau menikah."

Duar

"Nikah sama siapa?" Dia langsung berjalan mendekat kearah Jeje.

"Si pria gila yang ternyata bernama Daniel itu," ujar Jeje dengan helaan nafas kasarnya.

"Ngapain? orang kontrak kamu nggak ada sebulan lagi kok, kamu tinggal nerusin aja kan?"

"Dia maunya Nikah Siri."

"Nggak usah, biar nanti aku yang urus, dulu aja dengan almarhum Revan kalian cuma nikah kontrak, kamu tau nggak artinya Nikah Siri itu?" Sontak Ryu langsung melarangnya, karena kemarin hanya ingin pindah alih saja, bukan sampai harus menikah siri pikirnya.

"Sama aja lah Ryu." Jeje memang tidak pernah pikir panjang, dia hanya malas beradu mulut dengan Daniel saja dalam sisa kontraknya.

"Nikah siri itu sah dalam agama dan dia bisa menuntut haknya sebagai suami, kamu paham tidak?" Ryu langsung mengkhawatirkan akan hal itu, karena menurutnya Daniel pasti punya rencana lain sampai dia mengambil keputusan yang menurutnya tidak sepele.

"Ya nggak mungkin lah, kamu tahu sendiri bagaimana gilanya dia bukan?" Jeje merasa hal itu mustahil, apalagi dari sikap Daniel dengannya saat ini tidak menunjukkan rasa ketertarikan sedikitpun pikirnya.

"Batalkan sekarang juga!" ucap Ryu yang menolak keras keputusan ini.

"Nggak bisa, dia bahkan sudah mengutarakan rencananya didepan keluarga besarnya, yang ternyata mereka bahkan tidak tahu apa-apa soal anak-anaknya."

"Kenapa kamu mau?"

"Apa aku bisa menolaknya?"

"Kamu harus menolaknya, perjanjian kita awalnya tidak seperti ini Je." Ryu bahkan memegang kedua pundak Jeje agar dia tersadar pada peraturan awal.

"Iya ngerti, tapi kan aku juga nggak tahu kalau Revan akan meninggal sebelum kontrak kami selesai." Dia pun sebenarnya ragu, namun tidak mau ambil pusing saja.

"Pokoknya aku nggak setuju kamu menikah dengan pria itu, TITIK."

"Aku sudah tersudut Ryu, aku bahkan tidak bisa menolaknya, apalagi saat melihat ibunya, aku---"

"Sejak kapan kamu jadi lemah seperti itu Je, batalkan sekarang juga!"

Saat melihat raut wajah Jeje yang terlihat sendu saat menceritakan kisah orang tua almarhum Revan, ia langsung curiga, bahwa hati Jeje yang sekeras batu itu pasti sudah mulai ada celah.

"Aku nggak bisa Ryu!"

"Apa kamu tidak menghargai keputusanku sebagai asistenmu, bukankah selama ini semua keputusan kita ambil berdua, kenapa sekarang kamu berani mengambil keputusan secara sepihak, atau kamu begitu menyukai pria itu, sampai kamu ngotot mau nikah dengannya, hah!"

Wajah Ryu bahkan sudah berubah warna, mimik wajahnya benar-benar menandakan bahwa ia benar-benar marah kali ini, entah mengapa firasatnya merasa tidak enak saat mengingat pria yang ingin menikahi Jeje kali ini.

"Ini sudah menjadi resiko kerjaku Ryu, aku bisa apa lagi?"

"Kamu tinggal menolaknya saja, aku yang akan mengurus sisanya."

"Dia bahkan sudah memperkenalkan aku ke pihak semua keluarganya."

"Aku tidak perduli, pokoknya kamu batalkan sekarang juga!"

Ryu benar-benar sudah meradang kali ini, sejak pertama kali bertemu dengan adiknya Revan saat itu, dia benar-benar risau, dia takut jika pria itu akan menyakiti Jeje, karena saat itu ada tatapan kebencian yang terpancar jelas diwajah pria itu.

"Sudahlah, aku malas berdebat denganmu, aku mau pulang saja, kamu mau datang atau tidak terserah kamu!" Jeje langsung bangkit dari duduknya, apalagi waktu sudah hampir malam pikirnya.

"JEJE!" Teriak Ryu dengan suara keras, bahkan baru kali ini dia berteriak dengan lantang dihadapan Jeje.

"Jangan meninggikan suaramu, kepalaku sudah pusing ini, atau kamu mau menambah masalah lagi biar kepalaku pecah sekalian?" Jeje langsung menjambak rambutnya sendiri, pikirannya sedang kalut ditambah lagi perutnya yang saat ini sedang kosong, seolah otak Jeje sulit untuk berpikir dengan jernih.

"Je, aku mohon batalkan pernikahan kamu itu," pinta Ryu yang seolah memohon, dia bahkan langsung meraih kedua tangan Jeje, entah mengapa dia benar-benar tidak rela kali ini.

"Aku baik-baik saja Ryu, bukankah ini memang sudah menjadi pekerjaanku?" Suara Jeje mulai melunak jika Ryu sudah seperti ini, namun dia bisa apa, semua sudah sepakat tadi dan susah juga ia tolak.

"Tapi kali ini tidak seperti biasanya Je, apa kamu tidak curiga dengan pria itu?"

"Ck, semua pekerjaan memang selalu ada resikonya, lagian ini tidak akan lama, jadi kamu nggak usah khawatir, okey?"

Greek

"Je, tolong jangan pergi!"

Tiba-tiba lengan kekar Ryu sudah melilit ditubuh ramping Jeje, menguncinya dengan erat, seolah tidak merelakan kepergian Jeje untuk saat ini.

"Hei, apa-apaan ini? aku bukannya pergi ke Bulan sekarang Ryu, jangan lebay begini deh," Jeje ingin tertawa, namun melihat raut wajah Ryu saat ini, dia jadi merasa tidak tega.

"Nggak!" Ucapnya lagi sambil merapatkan tubuhnya, seolah dia takut akan kehilangan Jeje.

"Ini bukan pertama kalinya aku menikah, jadi santai aja bisa nggak sih?" Jeje sontak merenggangkan pelukan Ryu dengan tawa yang seolah tertahankan.

"Tapi ini tidak sesuai kontrak Je, jangan lakukan pernikahan itu Je."

"Santai aja Ryu, ini cuma nikah siri belum resmi."

"Je, bagaimana kalau kita sudahi saja bisnis ini, kita kembalikan uang kontrak kita dari Revan dan kita pergi jauh saja dari tempat ini, gimana?" Ryu kembali merapatkan tubuhnya dan menatap wajah Jeje dengan tatapan sayu.

"Uangnya sudah aku belikan ini itu, dan kalau kita yang membatalkan uangnya, nanti pinaltinya akan berubah tiga kali lipat, lagian mana ada pekerjaan yang menghasilkan uang banyak secepat ini, sudahlah jangan ngelantur, semua akan berakhir seperti kontrak kita sebelumnya." Jeje seolah meyakinkan Ryu dengan senyumannya, karena untuk saat ini hanya itu pekerjaan yang dia miliki yang bahkan bernilai sangat tinggi.

"Je, biar aku yang menanggungnya, aku nggak masalah kok jual Apartement ini atau bahkan semua asetku yang aku punya, yang penting kita berdua bisa bebas, bisa hidup bahagia diluaran sana," pintanya kembali, dia benar-benar perduli dengan Jeje tanpa pamrih apapun.

"Kalau aku dan kamu nggak punya pekerjaan, apa kita bisa bahagia?" Jeje masih saja terpaku pada masa lalunya.

"Je, kebahagiaan itu bukan hanya soal harta."

"Tapi karena harta aku bisa bertahan sampai sejauh ini Ryu, saat aku miskin semua menindasku, apalagi manusia-manusia yang katanya keluargaku itu, apa kamu ingin melihat aku menderita seperti dulu lagi?" jelasnya kembali.

"Je?"

"Nanti malam ijab kabulku, tempatnya dirumah almarhum Revan." Jeje tidak ingin berlama-lama lagi, takut jika keputusannya berubah dan beresiko nantinya, jika Ryu terus saja memohon dan merayunya seperti ini.

"Tapi Je, aku--"

"Kamu masih ingin berteman denganku nggak?"

"Itu pasti, bahkan aku ingin lebih."

Pletak

Jeje langsung menyentil kening Ryu yang sebenarnya masih ingin menempel dipundaknya itu.

Kenapa lagi ni bocah?

"Lebih apa, jangan mikir yang aneh-aneh kamu! kita adalah teman rasa saudara dan rekan kerja selamanya okey, aku pergi dulu bye-bye!" Jeje langsung beranjak berdiri dan bergegas pergi meninggalkan Ryu yang masih berdiri mematung ditempat melihat kepergiaannya.

"Aku ingin lebih dari sekedar teman, aku menyukaimu Je, sungguh sangat menyukaimu."

Namun sayang sekali, sosok Ryu Raharja hanya mampu mengutarakan isi hatinya dengan dinding dan seisi rumahnya, karena bahkan bayangan Jeje saja kini sudah tidak ada lagi ditempat itu.

Berat memang, karena semerdu apapun Burung berkicau, tak akan berarti dihadapan orang Tuli.

Terpopuler

Comments

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

kalau suka itu katakan Ryu jangan dipendam sendiri sekarang nyesel kan, jodohnya Jeje masih abu2 ini antara Daniel apa Ryu...
ditunggu double up nya kak Iska 😍

2025-03-05

2

Zainab Ddi

Zainab Ddi

Rhu mustinya jujur pada Jeje kasian kalo jd nikah sama Revan nanti dia disakiti

2025-03-05

1

Susi Akbarini

Susi Akbarini

apa sebenarnya rencana Daniel..
dan apa sakit Revan...
❤❤❤❤❤❤

2025-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!