Antara iya dan tidak

Bu Tere menunggu pak Guntur pulang untuk makan siang. Karena tidak jadi memasak, jadi bu Tere membeli nasi bungkus tidak jauh dari rumahnya. Yang penting makan siang tersedia. Bu Tere sedikit bersenandung karena mengingat anak perempuan yang akan di dapatnya.

"Hai sayang" sapa pak Guntur dengan mesra ketika memasuki pintu rumah. " Lagi senang ni?" gurau pak Guntur sembari memeluk dan mencium kening istri tercinta. Mereka selalu menjaga diri kalau anak-anak ada di rumah. Tidak pantas anak-anak melihat orangtua bermesraan.

"Iya, aku ada kabar gembira" Ujar bu Tere sembari menarik tangan suami nya mengajak duduk di kursi kayu dekat meja makan mereka.

"Kabar gembira apa itu?" tanya pak Guntur heran.

"Ini, tadi aku bertemu dengan pak Randy. Aku diajak pergi ke rumah pak Simon." Tutur bu Tere.

"Lalu?" alis pak Guntur sedikit mengernyit memikirkan kira-kira apa yang akan disampaikan.

"Ternyata Ema mengalami masalah dan perlu bantuan kita." Lanjut bu Tere lagi, tapi dengan sedikit ragu.

"Bantuan seperti apa? Pinjam uang? Tenaga?" tanya pak Guntur dengan penasaran. Dia terkadang kesal dengan gaya bicara istrinya yang selalu bertele-tele, bahkan kadang sesekali dia ngedumel, lebih baik nama Tere jadi tele saja.

"Ternyata Ema hamil dan janin itu perempuan." lanjut bu Tere ragu tapi sedikit bersemangat.

"Hubungan nya dengan kita apa? Ema mau dinikahkan?" tanya pak Guntur mulai tidak sabar.

"Ema kan masih sekolah sayang, jadi dia akan melahirkan anak itu dan memberikannya kepada kita untuk dibesarkan." akhirnya bu Tere menjelaskan dengan tepat.

"Ini agak sulit loh, karena biaya anak kita berdua saja sudah berapa. Kita juga tidak tahu bagaimana nantinya anak ini. Lalu laki-laki yang melakukannya bagaimana?" cecar pak Guntur sedikit emosi.

"Laki-laki itu lari dari tanggungjawab. Kalau diributkan, maka Ema yang akan malu, makanya ditutupi dulu sementara waktu. Itulah mengapa mereka ingin menyerahkan anak Ema itu kepada kita. Karena mereka tahu aku begitu ingin anak perempuan, dan mereka juga bisa menjaga harga diri Ema" ujar bu Tere sendu.

"Kenapa anak-anak zaman sekarang tidak bisa menjaga diri mereka? Setelah kejadian begini baru tau akan aib, baru tau masa depan rusak." omel pak Guntur.

Ya, pak Guntur orangnya selalu berpegang pada tindakan yang benar, tidak mau memilih hal-hal negatif. Makanya pak Guntur juga keras perihal mendidik anak-anaknya. Kejujuran adalah hal tertinggi yang dijunjung pak Guntur.

"Ya, sekarang sudah kejadian tidak mungkin disesali. Makanya aku bertanya dulu padamu." Ujar bu Tere sembari mengambilkan nasi di piring untuk pak Guntur.

"Kita menolong Ema dan juga mendapat anak perempuan. Bukankah ini hal yang baik?" Tanya bu Tere.

"Baik sih baik, tapi biaya nya. Apalagi bayi, perlu susu juga. Belum lagi pakaian bayi dan perawatannya" jawab pak Guntur sambil menyuap nasi bungkus yang sudah disalin ke piring oleh bu Tere.

"Kalau pakaian bayi, masih ada punya Joni dan Doni yang masih bagus." Sahut bu Tere "Kalau perihal biaya, aku akan mencoba jualan risol untuk menambah biaya kita"

"Lalu bagaimana cara mengurus anak ini? Kamu pasti sibuk tengah malam mempersiapkan kulit risol, karena subuh sudah harus diantar ke pasar." tanya pak Guntur.

"Aku bisa minta bantuan adikku Mita untuk menjaga dia. Bukankah Mita juga sedang perlu kerja?" usul bu Tere lagi.

"Tapi apakah Mita bisa menjaganya? Mita kan hanya sebentar menjaga Doni." sambung pak Guntur lagi sembari menghabiskan sisa nasi yang ada di piring.

"Bisa, aku akan mengajari dia nanti. Jadi aku hanya perlu memastikan, apakah kamu setuju untuk mengambil anak itu nanti?" tanya bu Tere.

"Ya, kalau itu keinginan hatimu dan kamu bisa melakukannya aku tidak melarang. Asal kamu bahagia." ujar pak Guntur sembari menyesap air putih yang ada di gelas dan menyeka mulutnya. Lalu bergegas mencuci tangan dan mencium kening sang istri.

" Asal kamu bisa mengatur nya, semua aku serahkan sama kamu saja. Yang penting jangan sampai kamu merasa terbeban dengan biaya, waktu dan kecapean" jawab pak Guntur. "Aku kembali bekerja lagi ya."

"Baiklah, hati-hati di jalan ya sayang." Bu guntur melambaikan tangan ke pak Guntur dan bersiap menjemput anak-anak pulang sekolah.

"Nanti aku akan mengabari pak Simon perihal berita baik ini. Akhirnya keinginan hatiku terkabul juga dan aku akan memiliki anak perempuan yang cantik, manis dan penurut." gumam bu Tere sembari melangkahkan kaki ke sekolah anak-anaknya.

Sepanjang jalan bu Tere mulai mengingat-ingat apa yang perlu dibeli, dia harus segera membongkar dus pakaian bayi Joni dan Doni agar tahu, apakah harus dibeli lagi yang baru. Minimal dia harus membeli kain bedong pink, beberapa helai pakaian pink, celana pink, kaus kaki pink.

"Ah, aku tidak sabar menunggu dia besar dan mengikatkan rambut nya ke sekolah." khayal bu Tere semakin menjadi-jadi.

"Doni juga akan menjadi seorang abang, tidak lagi menjadi adik paling kecil, dia akan memiliki teman juga. Aku yakin pasti mereka bisa akur. Selama ini mereka berdua selalu akur berdua." batin bu Tere.

"Dipikir-pikir sepertinya Ema dulu juga anak baik, tidak banyak ulah" gumam bu Tere lagi.

...----------------...

Ya, anak bu Tere termasuk anak yang patuh dan tidak nakal. Mereka bermain layaknya anak laki-laki, main kelereng, main petak umpet dan banyak lagi permainan di luar rumah masa itu. Mereka juga selalu mendengar apa yang dikatakan. Sedikit nakal itu biasa, tapi bukan jahat yang suka membuat orang menangis atau sampai melukai orang. Mereka benar-benar anak yang manis dan patuh kepada orangtua.

Makanya bu Tere jadi berandai-andai memiliki anak perempuan yang juga manis dan patuh seperti kedua anaknya ini. Tapi bu Tere lupa, kedua anak ini adalah anak dia dan pak Guntur, sedangkan anak yang akan diambil ini adalah anak dari Ema dan pacarnya. Tidak mungkin sama 100% kan?

Yah, mungkin...ini mungkin..anak itu bisa saja anak baik dan manis. Tapi bisa juga tidak kan? Ada 50% kemungkinan terburuk, meskipun Ema mungkin adalah anak yang baik dan penurut dulu nya di masa kecil. Tapi siapa yang tau masa depan kan? Seperti lagu "Que Sera Sera".

Sayang bu Tere terlena dengan manisnya kehidupan selama ini yang mereka jalani, sehingga lupa bahwa anak-anak juga bisa memiliki bermacam tingkah laku yang tidak bisa diprediksi orang lain. Bahkan orang tua kandung juga belum tentu kenal 100% anaknya seperti apa.

Terpopuler

Comments

Dewi Sri

Dewi Sri

Novel ini iklan nya luar biasa

2025-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 37 tahun lalu
2 Keinginan Hati?
3 Antara iya dan tidak
4 Persiapan
5 Kejutan!
6 Ada apa ini?
7 Kaget!!
8 Sungkan
9 Memulai lagi
10 Pengorbanan
11 Langkah awal
12 Kemudahan
13 Salah siapa?
14 Pertengkaran pertama
15 Keraguan menggelitik
16 Waktu berlalu
17 Pergolakan pertama
18 Emosi
19 Kekesalan
20 Kacau
21 kebenaran
22 Porak-poranda
23 Sudah ku Duga
24 Sudah Kuduga 2
25 Tidak disangka
26 Lalu?
27 Gawat
28 Demi keluarga
29 Mundur selangkah
30 Taktik Hidup
31 Mundur selangkah
32 Diam dulu
33 Pagi menegangkan
34 Ya atau tidak
35 Tersandung
36 Makin terjebak
37 Rencana dilaksanakan
38 Makin jauh
39 Manisnya Masa Muda
40 Siasat Baru
41 Mengejutkan
42 Makin Sippp
43 Kebahagiaan 1
44 Kebahagiaan 2
45 Awal mula setan menggoda
46 Godaan itu memang asik
47 Curiga
48 Langkah awal
49 Sah pacaran
50 Berjuta rasanya.
51 Pintar
52 Saling menipu
53 Ahlinya
54 Sentilan
55 Kesempatan
56 Izin
57 Pesan
58 Bahagia
59 Bahagia 1
60 Bahagia 2
61 Bahagia 3
62 Bahagia 4
63 Bahagia 5
64 Bahagia 6
65 Bahagia 7
66 Bahagia 8
67 Bahagia 9
68 Bahagia 10
69 Bahagia 11
70 Bahagia 12
71 Bahagia 13
72 Bahagia 14
73 Bahagia 15
74 Bahagia 16.
75 Kisah si Pencuri
76 Kisah si Pencuri 2
77 Makan terakhir
78 Bersiap Pulang
79 Perjalanan Pulang
80 Terungkap
81 Drama
82 Badai kembali menghampiri
83 Sekolah baru
84 Strategi baru
85 Langkah selanjutnya
86 Insting ibu
87 Cemburu
88 Awal bencana
89 Taktik berhasil
90 Semakin terjerat
91 Tidak menyesal
92 Pil aneh
93 Kedua kalinya
94 Hampir
95 Strategi baru
96 Tempat lain
Episodes

Updated 96 Episodes

1
37 tahun lalu
2
Keinginan Hati?
3
Antara iya dan tidak
4
Persiapan
5
Kejutan!
6
Ada apa ini?
7
Kaget!!
8
Sungkan
9
Memulai lagi
10
Pengorbanan
11
Langkah awal
12
Kemudahan
13
Salah siapa?
14
Pertengkaran pertama
15
Keraguan menggelitik
16
Waktu berlalu
17
Pergolakan pertama
18
Emosi
19
Kekesalan
20
Kacau
21
kebenaran
22
Porak-poranda
23
Sudah ku Duga
24
Sudah Kuduga 2
25
Tidak disangka
26
Lalu?
27
Gawat
28
Demi keluarga
29
Mundur selangkah
30
Taktik Hidup
31
Mundur selangkah
32
Diam dulu
33
Pagi menegangkan
34
Ya atau tidak
35
Tersandung
36
Makin terjebak
37
Rencana dilaksanakan
38
Makin jauh
39
Manisnya Masa Muda
40
Siasat Baru
41
Mengejutkan
42
Makin Sippp
43
Kebahagiaan 1
44
Kebahagiaan 2
45
Awal mula setan menggoda
46
Godaan itu memang asik
47
Curiga
48
Langkah awal
49
Sah pacaran
50
Berjuta rasanya.
51
Pintar
52
Saling menipu
53
Ahlinya
54
Sentilan
55
Kesempatan
56
Izin
57
Pesan
58
Bahagia
59
Bahagia 1
60
Bahagia 2
61
Bahagia 3
62
Bahagia 4
63
Bahagia 5
64
Bahagia 6
65
Bahagia 7
66
Bahagia 8
67
Bahagia 9
68
Bahagia 10
69
Bahagia 11
70
Bahagia 12
71
Bahagia 13
72
Bahagia 14
73
Bahagia 15
74
Bahagia 16.
75
Kisah si Pencuri
76
Kisah si Pencuri 2
77
Makan terakhir
78
Bersiap Pulang
79
Perjalanan Pulang
80
Terungkap
81
Drama
82
Badai kembali menghampiri
83
Sekolah baru
84
Strategi baru
85
Langkah selanjutnya
86
Insting ibu
87
Cemburu
88
Awal bencana
89
Taktik berhasil
90
Semakin terjerat
91
Tidak menyesal
92
Pil aneh
93
Kedua kalinya
94
Hampir
95
Strategi baru
96
Tempat lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!