Seusai selesai makan, Kenny beranjak menuju ruang keluarga. Sedangkan, Gladis. Ia, beranjak membersihkan piring kotor. Menaruhnya diatas westafel, padahal bibi sudah melarangnya. Namun, ia tetap kekeh ingin membantu.
"Nona, sebaiknya anda pergi sekarang. Tuan, sedang menunggu anda diruang keluarga. Kalau nona, tidak segera kesana. Maka, tuan akan marah besar kepada anda. Karena, membuatnya selalu menunggu." tutur bibi.
"Tapi bi.. "
"Tidak apa - apa. Biar bibi saya yang mengerjakannya. Ini, memang tugas bibi bukan?." Gladis, menghela nafas.
"Baiklah bi, aku permisi dulu." Bibi, menganggukkan kepalanya. Seraya menepiskan senyumannya.
*****
Kenny sedang sibuk menonton tv, karena kesibukannya yang begitu padat. Membuatnya jarang untuk bersantai dirumah. Ia, akan selalu pulang larut malam dari kantor. Paginya, akan pergi kembali ke kantor.
"Ehm.. Tuan, apa saya sudah boleh berbicara?." tanya Gladis, ia menatap Kenny ragu - ragu.
"Bicara saja.! Ini juga kau sedang bicara bukan?." jawab Kenny, tanpa menoleh.
"Saya ingin menya--." ucapan Gladis terhenti karena Kenny sudah duluan memotongnya.
"Apa kau akan berbicara dengan berdiri seperti itu? Apa kau tidak ingin duduk? Dasar tidak tau sopan santun." tanya Kenny, ia berbicara lembut. Namun, terkesan seperti marah.
"Maaf tuan." ucap Gladis, ia duduk berhadapan dengan Kenny.
"Cepat katakan.! Apa yang ingin kau sampaikan." perintah Kenny, seraya menatap Gladis.
Gladis, menarik nafas dalam - dalam. Ia, memberanikan diri. Untuk mengatakan keinginannya.
"Begini tuan, besok adalah hari pernikahan kita. Saya, belum izin kepada pihak kampus. Lagi, pula. Kenapa, pernikahan kita harus dilaksanakan besok tuan? Dan, apa setelah kita menikah nanti. Saya masih diperbolehkan untuk tetap kuliah sampai selesai?." tanya Gladis, bertubi - tubi. Seraya menggigit bibir bawahnya. Ia, takut akan dimarahi dan dibentak lagi oleh pria kejam ini.
Kenny, menghembuskan nafas kasar. Begitu, banyak pertanyaan - pertanyaan yang ditanyakan oleh Gladis.
"Apa kau tidak bisa bertanya satu persatu? Kau, bertanya seolah seperti dikejar hantu saja." tutur Kenny, sambil memijat pelipisnya.
"Maafkan saya tuan." ucap Gladis, ia semakin ketakutan.
"Untuk masalah kau belum izin dari kampus, aku akan segera mengurus masalah itu. Dan, kau bertanya kenapa pernikahan kita akan dilaksanakan besok? Karena, aku ingin segera memberikan orang tuaku cucu secepatnya. Mereka, sudah tidak sabar ingin menimang cucu dari anak semata wayang mereka. Dan, untuk kuliahmu. Aku tetap mengizinkanmu kuliah. Asal, kau pulang tepat waktu. Dan, tidak boleh keluyuran tanpa sepengetahuanku. Yang paling terpentng, kau harus ada dirumah setiap aku pulang dari kantor. Apa kau mengerti?. tanya Kenny, ia menatap tajam Gladis.
Gladis menelan salivanya dengan kasar, ia tidak sanggup memikirkan bagaimana masa depannya kelak. Ia, menikah hanya untuk memberikan pria ini keturunan untuk orang tuanya.
Apalagi usianya yang masih genap 20 tahun, bagaimana mungkin ia akan hamil secepat itu. Keadaan tubuhnya yang belum matang, membuatnya takut akan melahirkan seorang bayi. Hal itu, bisa saja membuat nyawanya melayang.
"Tapi tuan, aku tidak ingin hamil diusiaku yang masih 20 tahun. Aku, takut. Karena keadaan tubuhku yang masih belum matang tuan." tutur Gladis, matanya sudah berkaca - kaca.
"Itu urusanmu! Aku hanya ingin kau segera mengandung bayiku. Dengan, cara begitulah kau dapat membayar semua kerugian yang telah Ayahmu perbuat. Sekarang, pergilah ke kamarmu. Besok, kita akan menikah. Jangan, sampai kau kelelahan." titah Kenny. Gladis, menganggukkan kepalanya. Ia, berjalan dengan lutut lemas menaiki tangga.
Kenny, mengambil ponselnya. Lalu, menekan nomer asisten Zoe. Tak, lama Zoe mengangkat telepon tersebut.
"Hallo tuan, ada yang bisa saya bantu?." tanya Zoe, diseberang telepon.
"Urus izin cuty Gladis selama dua minggu." titah Kenny.
"Memangnya nona Gladis bekerja dimana tuan?." tanya Zoe, ia memang tidak mengetahui status Gladis sebagai seorang mahasiswi dikampus terbaik kota ini.
"Dasar bodoh! Kenapa kerjamu menjadi tidak becus seperti ini ha? Dia, itu masih kuliah dikampus terbaik dikota ini. Hal, begini saja kau tidak tau! Percuma aku menggajimu dengan jumlah besar." tutur Kenny, ia mulai kesal dengan kebodohan asistennya ini.
"Oh, maaf tuan. Maafkan aku! Baik, aku akan mengurus izin nona Gladis. Apa ada lagi tuan?." tanya Zoe, ia mulai gemetar dengan bentakan bos nya.
"Bagaimana dengan persiapan pernikahanku besok? Apa sudah selesai?." tanya Kenny.
"Sudah seratus persen siap tuan, tuan tenang saja. Selama ada Zoe, perintah tuan terlaksana dengan baik." jawab Zoe, membanggakan dirinya. Memang, Zoe tidak pernah mengecewakan Kenny. Kerjanya selalu memuaskan.
"Bagus, apa kau yakin. Wartawan tidak akan datang keacara pernikahanku besok?." tanya Kenny.
"Tenang saja tuan, aku sangat - sangat yakin. Gedung, itu sudah aku kelilingi dengan bodyguard. Jadi, tidak akan ada wartawan yang berani masuk." jawab Zoe.
"Baguslah, aku tutup dulu. Kau, beristirahatlah! Agar, bisa menjadi saksi diacara pernikahanku besok." kata Kenny.
"Apa Tuan besar dan Nyonya besar tidak datang tuan?." tanya Zoe
"Mereka akan datang, tapi tidak dihari pernikahanku. Tetapi mereka sudah memberiku restu untuk menikah. Mereka, belakangan ini sangat sibuk disana. Jadi, mereka mendo'akan yang terbaik saja. Dan, mereka akan berusaha segera cepat kembali. Tetapi, mereka juga tidak lupa dengan keinginan mereka. Soal cucu huh.. Menyebalkan sekali." tutur Kenny, ia sedikit mencurahkan keluh - kesahnya kepada Zoe. Karena, Zoe sudah sangat lama bekerja dengannya. Apalagi, usia mereka sama - sama 27 tahun. Dan, sama - sama masih bujangan. Maka, dari itu mereka sudah seperti saudara tak sekandung.
"Tidak apa - apa tuan, restu mereka sudah ada bersamamu. Apa tuan, sudah hafal dengan bacaan ijab qabulnya?."
"Itu gampang, aku gampang menghafal. Baiklah, aku tutup dulu. Tut... " sambungan telepon pun tertutup.
Jam, telah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh menit. Kenny, menyudahi tontonannya. Dan, beranjak menuju kamarnya. Karena, besok adalah hari yang begitu melelahkan untuknya.
Saat itu, didalam kamar Gladis. Ia, meratapi nasibnya yang sama sekali tidak beruntung. Mengapa, masa mudanya dirampas oleh orang kejam seperti pria itu. Padahal, ia masih ingin menikmati masa mudanya. Layaknya, gadis lainnya.
Bagaimana jika kekasihnya mengetahui Gladis akan menikah besok? Gladis, memang memiliki kekasih yang bernama Rayn Wijaya. Mereka, sudah menjalin hubungan sejak duduk dibangku SMA kelas dua sampai sekarang.
Lamunannya, terbuyar karena dering teleponnya. Dengan ragu, Gladis mengangkat telepon tersebut.
Rayn is calling..
"Hallo.. " jawab Gladis.
"Hallo sayang, maaf menganggu Kamu malam - malam begini. Tapi, saat ini aku sangat merindukanmu." tutur Rayn, dengan suara manja.
"Tidak, aku sama sekali tidak terganggu Rayn. Aku, juga sangat merindukamu." sahut Gladis, ia mengembangkan senyumnya. Saat orang yang ia cintai menelponnya.
"Aku sudah tidak sabar, menunggu pagi menjelang. Aku, ingin segera melihatmu secara langsung." tutur Rayn.
"Sepertinya besok tidak usah jemput aku Rayn!." pinta Gladis.
"Kenapa sayang? Apa kau sudah tidak mau lagi berpanas - panasan dimotorku? Baiklah, tidak masalah. Besok, aku akan menjemputmu dengan mobilku." ucap Rayn.
"Tidak Rayn, tidak begitu. Besok, aku tidak akan masuk kuliah. Karena, ada urusan keluarga. Baiklah, aku sudah mengantuk. Byee!." Gladis, memutuskan sambungannya secara sepihak.
"Hiks, hiks.. Maafkan aku Rayn! Aku tidak sanggup untuk jujur kepadamu. Aku sangat menyayangi dan mencintaimu, tapi rasa ini harus aku kubur dalam - dalam. Semoga, kau bisa mendapat wanita lebih baik dari diriku." gumam Gladis, ia kembali menangis.
Gladis, teringat masa - masa indah mereka saat bersama. Kenangan yang sangat sulit untuk dilupakan. Tetapi, apa daya. Gladis, harus mengubur dalam - dalam perasaannya. Melupakan kenangan bersama Rayn, walaupun itu sulit untuk ia lakukan.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
FariDach
bagus 👍
2020-11-09
1
Rhina sri
ceritanya bagus kak.. aku suka
2020-11-05
1
Agus Tina Sihombing
bagus
2020-10-30
1