Bab 18

     Jendral memilih menghabis kan waktu masa skors nya di apartemen , dia malas kemana-mana . Kalau bukan Vino yang memaksa, Jendral lebih milih buat bermalas-malasan sambil mengerjakan tugas-tugas dari kakeknya untuk dipelajari.

     "Jen, nongkrong yuk , Lo nggak capek apa tiduran terus . Gue aj yang lihat bosen .

           Nih gue bawain makanan kesukaan Lo , udah kayak babysitter Lo aja nih Gue , ngurusin Lo mulu " omelan Vino tak lantas membuat Jendral beranjak .

      "Lo tu kalau kesini sekali-kali diem kenapa, ngomel terus kayak emak-emak komplek, mau Lo gue pake in daster? Gerutu Jendral yang merasa terusik.

          " Yee... Biarin habisnya Lo tu kalo Gue nggak kesini juga g keluar-keluar . Udah kayak ayam,l angsung bisa netes tau nggak." Gerutu Vino tak lantas membuat Jendral menyahuti omongan temennya itu.

          "Makan tu, pizza nya , dari pada ngomel terus , bikin sakit telinga Gue aja. " ejek Jendral sambil memasukkan sepotong pizza ke mulut Vino biar diam .

         Jendral meninggalkan Vino masuk kekamarnya , tak lama disusul oleh Vino,

        " Jen , Lo udah nemuin pak kepala sekolah belum ? "tanya Vino membuat jendral berfikir sejenak , dia lupa tentang masalah itu.

       " Gue lupa. Sekalian lah ntar kalo sudah masuk sekolah. Lagian masih minggu depan " Jendral.

       "Ya udah terserah lo aja , Gue rencana mau minta maaf saja lah sama tuh cewe , kasian orang tua gue kalau sampai beliau tau maklum lah gue nggak banyak duit kayak Lo " ujar Vino.

       "Lo mau ikut nggak , Gue mau ke rumah kakek , Beliau meminta Gue buat makan malam disana, ya pastinya sih nggak sesederhana itu . " ujar Jendral.

       "Yuk lah biar Gue yang nyetir sini kuncinya" Jawab Vino yang langsung keluar duluan , sedangkan Jendral masih diam melamun ada hal yang mengusik pikirannya.

       "Jen, lama amat Lo , buruan , lumutan nih Gue " Teriak Vino dengan tidak sabaran.

      "Iya, elah nggak sabar banget sih " Jendral .

       "Kita bawain kakek Lo apa Jen? Masak ngganggur? Ucap Vino .

      " Udah disana semua ada , mubazir ntar" Jendral.

       "Eh.. minggir bentar deh . Itu bukannya cewe yang itu ya ? Emang rumahnya tak jauh dari sini ap Vin? " Tanya Jendral.

       "Yang mana sih ? " Vino yang belum liat siapa yang di maksud Jendral.

      "Itu yang pake mobil hitam , beriringan ? " Ucap Jendral.

      "Oh itu yang baru masuk minimarket? Iya itu cewe yang Gue bawa ke gudang , kayaknya rumah nya deket sini . Gue tadi liat tu mobil keluar dari komplek depan ."

        "Kenapa? " Selidik Vino dengan penasaran.

        "Nggak papa, tanya aja , apa dia kakak kelas kita Vin? Jendral

        " Iya , Dia anak kekas tiga bentar lagi juga lulusan kan , kenapa? Lo naksir ya , ciee... " ejek Vino membuat Jendral kesal.

      "Enak aja , sok tau Lo , masak iya gue jadi berondong , idih .. Ogah banget . " Jawab Jendral ogah-ogahan.

       "Awas , Hati-hati sekarang jaman jilat ludah sendiri lo , haha... " Ledek Vino.

       "Buruan jalan , nanti mampir di wedang ronde depan minimarket yang ada di dekat komplek perumahan kakek. " Pinta Jendral

        "Siap bos.. " jawab Vino, yang lansung tancap gas , meninggalkan daerah perumahannya.

         15 menit kemudian sampailah mereka di minimarket, Vino memesan wedang ronde buat seluruh penghuni rumah kakeknya , kecuali mereka berdua memilih membeli minuman dan cemilan di mini market.

        "Totalnya berapa pak? " Tanya Vino ke penjual wedang Ronde.

        "150.000, mas per porsinya 10.000 mas" Jawab abang nya.

        "Bos bayar nih 150.000 " Vino sambul nenatap Jendral , sedang Jendral memilih fokus ke handphone nya ,

         "Plak .. "Aduh .. "apaan sih lo Vin ngagetin aja .

          " Lo tuh kenapa, sih Jen , dari tadi melamun terus . "nih bayar 150ribu." Kesal Vino.

        "Oh.. Kirain kenapa. Nih ... Sisanya buat abangnya" Ucap jendral sambil menyodorkan uang 300 ribu , langsung meninggalkan Vino sendiri membawa ronde.

        "Nih bang dari bos aku. " ucap Vino mencandai si abang nya.

        "Terimakasih banyak mas , semoga rejekinya semakin berlimpah , aminn.. " Doa tukang ronde.

       "Aminn , sama -sama bang , sampai jumpa " pamit Vino sambil menenteng ronde di kedua tangannya.

      Selang 5 menit mereka sampai di rumah sang kakek.

Mereka disambut hangat para pekerja kakeknya, sebab , watak Jendral berbanding terbalik saat dirumah ibunya.

       "Kakek dimana bik" tanya Jendral ke salah satu pembantu kakeknya yang biasa membantu membersihkan apartemen Jendral .

      "Kakek sedang di taman den , ditemani chiko"Jawab Bik Ijah , mengikuti Jendral dari belakang .

Dari belakang Jendral melihat kakeknya ditemani Chiko , kucing kesayangannya , sang kakek terlihat sedang serius membaca buku .

" Selamat sore kakek , Apa kakek? " Sapa Jendral diikuti Vino langsung mencium tangan sang kakek bergantian.

" Huh, kalian ini mengagetkan kakek saja. Alhamdulillah kabar kakek baik , kalian gimana , masih suka membuat masalah? " selidik sang kakek.

"Ah... Tanpa bertanya pun kakek pasti sudah tau , apa sih yang kakek tidak tau tentang cucu kesayangan kakek ini, hehe.. " Ucap Jendral bergurau kepada sang kakek.

"Ah .. Kalian ini selalu begitu . Ya sudah masuk lah , bentar lagi hari mulai gelap, kalian bersih2 dulu sana , kalian bisa istirahat dulu sambil menunggu makan malam . Jen, minta bik Ijah menyiapkan kamar kalian" Ucap kakek berjalan memasuki rumah .

"Baik kek , Ayo kakek Jendral antar kekamar , " Ucap Jendral berjalan disamping sang kakek .

"Bik , tolong siapkan kamar buat Vino , aku mau antar kakek kekamar dulu. " pinta ke bik Ijah.

"Baik den , kamar sudah siap den , mari den vino ikut bibi" Ajak Bik Ijah .

"Iya bik", " Kake Vino kekamar dulu ya , selamat istirahat kakek "pamit Vino.

" Iya , istirahatlah dengan nyaman , nak " kakek.

"Baik kek. " jawab Vino yang hilang disudut Rumah menuju lantai dua, sedang sang kakek bersama Jendral berjalan lurus menuju ujung kamar utama .

Rumah kakek Jendral sangat luas , dua lantai . Bahkan lebih luas dari milik Orangtua Jendral , begitupun perusahaan sang kakek juga lebih besar . Hanya saja anak-anak sang kakek perempuan semua . Kakek Jendral hanya memiliki dua orang putri , Ambarwati dan sang adik Sukmawati .

Ibu Jendral lebih mencintai suaminya sehingga tidak mau menjalankan bisnis orang tua nya memilih mengikuti sang suami .

Sedang Sukmawati juga tak jauh beda mengikuti sang suami yang seorang pebisnis namun Sukma sendiri bekerja ia menekuni bidang fashion , dia memiliki butik sendiri . Dia sudah sibuk dengan keahliannya itu , sehingga tidak mau ikut memegang bisnis sang ayah . Mereka berdua hanya memiliki sebagian saham perusahaan , namun sudah ada yang mengatur nya sendiri . Mereka tidak mau terjun sendiri.

Jendral anak satu-satunya Ambarwati. Sedangkan Sukmawani memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan .

Namun mereka tidak tertarik dengan bisnis kakeknya , mereka memilih karir mereka sendiri . Usia mereka juga lebih tua dari Jendral sebab , Ambar cukup lama memiliki anak setelah menikah dengan Restu.

Jadi Jendral dituntut sang kakek melanjutkan bisnis nya namun belum ad yang tau bahwa Jendral diam-diam sudah dilatih sang kakek .

Sehingga kalau dia terlalu stres ditambah melihat kelakuan sang papa membuat nya benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.

Membuat sakit yang lama dideritanya , kumat lagi . Membuat sang kakek semakin khawatir.

Mereka sudah duduk di kamar sang kakek . Kakeknya sedang mengambil sesuatu di mejanya .

"Ini ambilah Jen, kakek melakukan semua ini demi kebaikan kamu , kakek ingin Kamu benar-benar sembuh dari traumamu , Nak. "

Jendral menerima amplop dari sang kakek , melihat apa yamg ada didalam nya. Hingga akhirnya dia tertegun ,

"Deg.. Deg.. Ini apa maksud nya kek ? " Tanya Jendral yang penasaran .

*****

Next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!