7 18++

Setelah sholat isya berjamaah, Hari ikut gabung mengobrol dengan mertua dan jamaah lainnya di pelataran masjid. Setelah beberapa jam berlalu, Hari pamit pulang terlebih dulu. Dia berjalan cepat menuju rumahnya. Senyuman diwajahnya terukir indah. Suasana di kampung itu cukup dingin. Dengan angin yang kencang berhembus. Sebagian jamaah sudah pada pulang. Mereka sudah keluar dari dalam masjid.

"Apa kamu sudah tidur, Ai?" gumam Hari melihat jam menunjukkan pukul 09:00 sambil berjalan. Dia kembali menyunggingkan senyuman saat teringat akan apa yang terjadi. Momen lucu yang membuat dia tidak tahan untuk tertawa. Dan membuat Resa malu kepadanya.

Akhirnya Hari sampai juga di depan rumahnya. Terlihat lampu masih menyala terang di semua ruangan rumahnya. Perlahan dia membuka gagang pintu. Resa yang sejak tadi mondar-mandir di dalam kamar langsung tegang mendengar suara pintu yang dibuka. Entah kenapa dia jadi merasa gugup sendiri.

Hari masuk ke dalam kamar, dia nyengir, merasa senang istrinya sedang menunggu dia. Resa naik ke tempat tidur, dia pura-pura tidur sambil tengkurap. Hari mendekatinya. Namun sebelum dia naik ke atas kasur, pria itu masuk dulu ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangannya.

Hari juga membuka baju koko nya, menyisakan kaos pendek berwarna putih. Dan sebuah sarung yang di pakai. Resa memejamkan mata semakin kuat, meski dia tahu apa yang sedang dilakukan oleh suaminya di dalam kamar. Tapi ia tidak berani membuka matanya. Dia melanjutkan dramanya berpura-pura tertidur pulas.

Hari perlahan naik ke atas kasur. Dia duduk sebentar di samping istrinya. Resa merasa tidak enak. Dia perlahan menggerakkan tubuhnya dengan mata yang masih terpejam. Kemudian tidur menyamping membelakangi suaminya.

Hari membaringkan tubuhnya di belakang Resa. Kemudian dia memeluk tubuh istrinya dari belakang. Deg! Resa membuka matanya kaget saat tangan Hari menyentuh perutnya dengan pelukan hangat darinya.

"Ko jadi berasa di sengat aliran listrik tubuhku ini Gusti!" Hati Resa berdesir hebat. Dalam kegelapan malam, tangan Hari tiba-tiba melingkar di sekitar perutnya, memeluknya erat dari belakang. Tubuhnya bergetar karena kejutan dan keintiman yang tak terduga.

Resa merasakan detak jantungnya berpacu, dan napasnya terengah-engah dalam keadaan campur aduk antara ketakutan dan keinginan.

Tangan Hari memberikan kehangatan yang kontras dengan perasaanya yang sedang merasa malu, menciptakan perpaduan emosi yang sulit dijelaskan.

Walaupun dalam keadaan malu,Resa juga merasakan kehadiran Hari yang membawa ketenangan. Terjebak di antara dua perasaan yang saling bertentangan, ia mencoba memahami maksud di balik sentuhan itu, sambil berusaha mengendalikan gejolak

perasaannya yang kian meluap didalam hatinya itu.

Kepala Hari ia sandarkan di punggung Resa. Gadis itu semakin tidak kuat menahan desiran dalam hatinya.

Cup!

Dari belakang Hari mulai mengecup punggung Resa pelan. Hari menyingkap rambut indah yang menutupi lehernya. Gadis itu semakin tidak karuan dia menggigit bibirnya.

'Ini A Hari beneran mau malam pertama. Atau mau nyicil doang nih. Gusti kenapa rasanya tubuhku aneh sekali.' batin Resa dalam hatinya.

Resa berkali-kali menelan saliva nya.

"ya Allah tolong aku.Jangan sampai aku pingsan karena salting begini.''

"Kenapa diam saja, sayang? AA tahu kamu belum tidur, kan!" kata Hari dengan nada yang lembut.

"Berbalik lah! Berdosa loh tidur dengan membelakangi suami," Hari berbisik dengan senyuman manis nya.

Resa sambil menunduk dengan mata yang masih terpejam membalikan tubuhnya ke arah suaminya. Lelaki itu tersenyum saat melihat wajah Resa yang seperti itu.

Hari memandangi wajah Resa dengan begitu lekat. Gadis itu membuka sedikit matanya, namun menyadari Hari sedang menatapnya lekat, Resa tidak kuat untuk membuka lebar matanya.

Hari malah makin gemas dengan tingkah istri nya. Cup! Hari mengecup tangan yang menutupi wajah Resa.

"Eh, Om! Main cium aja," gumam Resa yang tambah melayang hati dia, sebenarnya.

"Sudah AA bilang ganti panggilannya. Kalau enggak AA cium lagi nih," kata Hari masih dengan senyumannya.

"Iya, Om," jawab Resa dengan nada yang pelan.

Cup! Hari mengecup kembali tangan Resa.

"Huah! Iya AA," kata Hari tersenyum merasa puas sendiri. Dia menarik tangan Resa agar tidak menutupi wajah cantiknya. Namun, gadis itu tidak berani membuka matanya.

"Ai!" bisik Hari,Kedua tangan kekar itu menangkup pipi Resa. Matanya menatap penuh arti, dan wajahnya tersenyum penuh arti.

"Iya, A!" Hari menoel hidung Resa terlanjur gemas dengan sikap dan perilakunya.

Cup! Tiba-tiba Hari mengecup bibir Resa. Seketika gadis itu terpaku. Apa boleh malam ini!

"Kamu sudah ridho belum, sayang?" tanya Hari dengan wajah penuh harapan.

"Aa benar-benar menginginkan itu?" Resa bertanya dengan nada yang pelan.

"Tentu saja, AA ini lelaki dewasa yang normal, sayang. Nggak mungkin bisa menahan dalam waktu yang lama. Apalagi disuguhi wanita cantik, imut, dan lucu dihadapan Aa begini! Pengen tak makan rasanya kamu, Ai!" Hari berkata dengan nada yang penuh gairah.

Resa refleks langsung mundur. Namun kali ini Hari tidak membiarkannya. Dia menarik tubuh Resa kembali mendekat kepadanya.

"Jika mau,lakukan saja," cicitnya malu-malu. Dia menundukkan kepala karena merasa tidak kuat melihat pada Hari yang ada di depannya.

"Kamu tidak terpaksa melakukan itu, tidak karena sebatas kewajiban agar malaikat tidak melaknat kamu karena menolak suami, kan. AA tidak mau melakukan ini dengan paksaan. Aa mau kita sama-sama ridho, sama-sama saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Karena, ketika kita melakukannya, kamu akan melihat sisi yang berbeda pada diri Aa selama ini. AA yang pendiam ini bisa berubah laksana binatang buas yang kelaparan saat itu, Ai."

"Astagfirullah, ko serem, A!" Resa terkejut dengan kata-kata Hari.

"Hehe! Menyeramkan tapi sekaligus juga ini adalah ibadah yang paling indah, sayang. Dan selepas ini, mudah-mudahan akan lahir bayi-bayi Sholeh Sholehah dari rahim kamu, sayang. Bagaimana, Ai sudah siap dan Ridho?" Hari bertanya dengan nada yang lembut.

Resa menggigit bibirnya kemudian perlahan menganggukkan kepalanya malu-malu. "Tapi takut!" sahutnya.

"Takut kenapa?" Hari bertanya dengan nada yang lembut.

"Takut nanti sakit!" Resa menjawab dengan nada yang pelan.

Hari tersenyum, dia menarik tubuh Resa lagi ke arahnya. Dia tahu, tidak bisa buru-buru meminta dan melakukan itu pada istrinya.

"A! Shalat Sunnah Dua rakaat dulu," bisik Resa.

Hari sudah duduk lebih dulu, Resa juga sudah duduk di samping suaminya. Setiap menit yang berjalan membuat dia tak karuan.

Hayoo..nungu kelanjutannya ya

Hihihi

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara like komen subscribe dan beri ulasan bintangnya ya . makasih

Terpopuler

Comments

Tini Timmy

Tini Timmy

digantung sma kk author 😭

2025-02-14

2

Aksara_Dee

Aksara_Dee

es mana esss....udah panas nih hihihi

2025-02-14

2

☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

untung baca belum masuk puasa/Facepalm/

2025-02-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!