Dzrtt..
Bunyi ponsel Elaine membangungkan tidurnya.
"Datanglah kepernikahanku akhir pekan ini, jangan membuatku kecewa." Pesan yang tertera dilayar ponselnya. Elaine terus menatap layar ponselnya dengan perasaan yang tidak dapat ia ungkapkan. Semenjak kepergianya dua tahun lalu, Elaine tidak pernah berfikir untuk kembali ke kota kelahiranya. Ia sudah nyaman dengan suasana di kota tua Strasbourg.
Tok..
Tok..
"Elaine sudahkah kau bangun?" suara bibi hannah menyadarkan Elaine dari lamunannya. dengan cepat Elaine berlari untuk membuka pintu rumahnya.
"Ohh.. ya ampun Bibi, ini masih pagi sekali untuk pergi ke pasar," ucap Elaine sambil memasang muka masamnya.
"Ayolah Elaine bibi sudah tidak sabar ingin mengelilingi pasar," jawab bibi hannah sambil tersenyum dan memohon.
"Masuklah dulu akan kubuatkan breakfast untuk kita berdua." Dengan sigap Elaine pergi kedapur menyiapkan roti panggang diisi dengan telur dan keju mozarella.
"Maukah bibi segelas jus apel?" teriak Elaine dari dapur.
"Apapun Sayang, bibi suka semua yang dibuat oleh tanganmu," jawab bibi Hannah sambil tertawa.
Menu sarapan semua sudah siap diatas meja makan.Elaine dan bibi Hannah menyantap sarapan mereka dengan segera.
"Bi."Suara Elaine memecah keheningan.
"Iya Sayang, ada apa? Ada yang sedang mengganggu pikiranmukah?" tanya Bibi Hannah.
"Akhir pekan nanti Bibi Esmee akan melangsungkan pernikahan, haruskah aku berkunjung kesana untuk memberinya selamat." Dengan wajah bimbang Elaine mengatakannya.
"Sudah sepantasnya kamu mengunjunginya Elaine, lupakan masa lalumu dan jangan membuat bibimu kecewa karena ketidakhadiranmu di hari bahagianya," jawab bibi Hannah untuk meyakinkan Elaine.
Mendengar apa yang dikatakan bibi Hannah, Elaine hanya menghela nafas panjang.
"Percayalah ini kesempatan untukmu, yakinkan hatimu bahwa kau sudah melupakan semuanya. Bibi percaya padamu," ucap bibi Hannah untuk meyakinkan Elaine.
Setelah selesai sarapan mereka pergi ke pasar tradisional. Elaine mulai berbelanja yang ia inginkan 'daun mint' itu yang pertama muncul di fikiran Elaine. iya wanita 25 tahun ini sangat menyukai juss daun mint dan mangga.
"Bibi temani aku memilih buah mangga." Pinta Elaine sambil menarik tangan bibinya menuju penjual buah langganan mereka.
"Hay Nek, kabar baikkah dari nenek?" tanya Elaine kepada nenek Loria.
"Nenek sangat baik, bagaimana denganmu cucu manisku, baikkah?" tanya Loria balik.
"Kabarku selalu baik bila bertemu Nenek," goda Elaine sambil tertawa.
Elaine terkenal sebagai gadis yang ramah. Kehilangan ibunya sejak kecil membuat Elaine tidak mengenal kasih sayang seorang ibu. Itu sebabnya Elaine begitu empatik kepada semua wanita paruh baya.
"Terima kasih Nek, semoga ludes dagangannya, jaga diri baik - baik ya Nek," pamit Elaine kepada nenek Loria setelah membeli beberapa kilo mangga.
Elaine tidak menyadari ada sepasang mata orange yang mengamatinya sejak dia tiba dipasar. Mata orange itu sungguh mengagumi Elaine yang begitu ceria dan ramah kepada para pedagang dipasar.
Elaine yang tidak menyadari tetap berjalan pulang dengan bibi Hannah dengan kedua tangan penuh dengan sayur dan belanjaan yang lain. Karena jarak pasar tidak begitu jauh mereka sering pergi ke pasar dengan berjalan kaki.
Setelah puas dengan belanjaan mereka saatnya bibi Hannah membuka toko bunganya.'Belle Fleur' nama yang bibi Hannah pilih karena dia tidak menyukai hal hal yang rumit. Elaine selalu membantu bibi Hannah ditoko bunganya. Semenjak Elaine membantu bibi Hannah merangkai bunga, toko menjadi ramai. Keahlian Elaine merangkai bunga memang begitu menwan.
Selesai membantu bibi Hannah ditoko Elaine pulang dan membersihkan diri. Malam ini Elaine merebahkan dirinya diatas ranjang tidurnya. Ia berfikir keras memikirkan ucapan bibi Hannah pagi tadi.
"Ya, aku harus bisa, aku sudah melupakannya." Yakinnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mawar Pagi
cuma mau absen aja😆
2020-10-15
0
Tirta Astri
like lagi😂
2020-09-29
1
Sept September
semangatkakakkkk
2020-09-09
0