Sistem Kultivasi Otomatis
Langit jingga keemasan yang begitu indah menyelimuti dunia setelah matahari terbenam dari ufuk barat. Ombak bersahutan seakan menyambut datangnya senja. Di tengah keindahan itu, seorang pemuda berjalan santai di jalan trotoar tidak jauh dari pantai.
"ah, segarnya! Suasana sore hari di pantai memang yang terbaik. Setelah seharian bekerja, paling enak memang bersantai."
Angin berhembus lembut, membelai rambut hitamnya yang tergerai, aroma asin yang begitu khas tercium dari pantai. Mata hitam keemasannya bersinar terang, merasakan kedamaian ini.
Fang Tian, pemuda yang berusia dua puluh tahun dengan wajah tampan. Tingginya sekitar 180 cm dengan badan ideal. Dia menyusuri jalan trotoar dengan langkah lembut sambil merasakan sejuknya angin sore.
Sebagai seorang pegawai kantoran biasa, ia hanya ingin hidup normal. Bekerja, menikah, dan memiliki anak, itulah impiannya, hidup dengan santai. Seharusnya begitu.....
Saat sedang berjalan santai, langit mendadak menjadi gelap, mengejutkannya. Fang Tian tertegun, menatap ke cakrawala dengan keheranan, tapi apa yang dilihatnya sangatlah tidak masuk akal.
Sebuah pesawat kecil yang terbakar terbang, asap mengepul dan sayap rusak, menukik cepat kearahnya. Sudah tidak ada pilot didalamnya, tersisa pesawat tanpa awak.
Mata Fang Tian terbelalak, tidak percaya melihatnya, "apa-apaan ini!" Dia mencoba berlari untuk menyelamatkan diri, tapi itu sudah terlambat.
Pesawat itu sudah tepat berada di atas kepalanya dan siap menabraknya, "sialan! Konyol sekali cara mati ku." Dia sudah pasrah, tidak mungkin untuk menyelamatkan diri.
Duar!.....
Ledakan dahsyat terjadi setelah pesawat menabrak Fang Tian dan tanah. Cekungan besar terbentuk hasil ledakkan dan pesawat terbakar tak terisa.
...***...
Di tengah hutan.
"Hah!...hah!..."
Seorang pemuda terbangun dengan napas tersengal, keringat dingin membanjiri wajahnya. Wajahnya pucat pasi, seakan-akan telah mengalami mimpi buruk.
"Apa yang terjadi?! Di mana ini?! Bukankah aku sudah mati tadi!" Banyak pertanyaan yang terlintas di benaknya. Dengan panik, ia meraba-raba anggota tubuhnya, memeriksa apakah ada yang salah atau tidak.
Setelah meriksa, tidak ada yang salah, semua anggota tubuhnya masih lengkap. Tapi ada yang kurang, dia tidak mengenakan pakaian. Tubuhnya telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun.
"Sialan! di mana pakaianku," teriaknya frustasi. Dia segera mengambil sehelai daun untuk menutupi bagian bawahnya.
Setelah berusaha menenangkan diri, dia mencoba memahami apa yang sebenarnya telah terjadi. Tidak butuh waktu lama, dia mengambil kesimpulan, "jadi, aku telah menyeberang?"
Fang Tian cengengesan, "heheheheh, jika sama seperti di novel-novel, seharusnya aku akan mendapatkan jari emas!"
Dia berdiri, mengacungkan jarinya ke langit, "sistem keluarlah!..." Teriaknya dengan keras dan begitu percaya diri.
.....
Tidak ada yang terjadi, "sistem, aku tahu kamu ada di sana, keluarlah!..."
....
Lagi-lagi, tidak terjadi apa-apa.
"Tidak ada sistem?! Mungkin cincin yang berisi jiwa seorang kultivator kuat," ucap Fang Tian. "Aku akan mencari di sekitar."
Fang Tian mencari cincin di semak-semak, berharap mendapatkan sesuatu yang istimewa, namun hasilnya nihil. "Tidak ada apa-apa di sini!..." Teriaknya dengan frustasi.
"Jika bukan ini, mungkin yang lain," katanya menenangkan diri. "Aku pernah membaca di novel, setelah menyeberang akan menjadi tak terkalahkan. Mungkin aku sudah menjadi sangat kuat dan tidak terkalahkan."
Fang Tian mendekati salah satu pohon besar yang terlihat sangat kokoh. Dia membuat kuda-kuda, mengayunkan tangannya kebelakang, bersiap untuk memukul.
Dar!....
Fang Tian meninju pohon dengan sangat keras, "arkh..." Teriaknya kesakitan. Jari-jarinya memerah dan bengkak, sedangkan pohonnya masih berdiri tegak, tidak tergores sedikitpun.
"Aku juga tidak menjadi tak terkalahkan, hanya manusia biasa. Aku sangat sial, tidak hanya mati karena tertabrak pesawat dan menyebrang tanpa mendapatkan jari emas. Aku sangat iri dengan karakter utama di novel-novel yang aku baca dulu."
Fang Tian terlihat sangat menyedihkan, matanya mengeluarkan sedikit air dan hampir menetes. Dia sangat kecewa dan hampir menangis.
Setelah beberapa saat, dia menyeka matanya yang berair. Dia berusaha menenangkan diri, "paling tidak aku masih hidup," gumamnya.
Angin berhembus kencang, tubuh Fang Tian menggigil kedinginan. "Eeeee.... Dinginnya. Aku tidak dapat melihat karena tertutup daun, tapi aku yakin sekarang sudah sore. Aku harus mencari tempat untuk bermalam."
Fang Tian berjalan menyusuri hutan lebat, tidak tau arah tujuan, hanya mengandalkan nalurinya saja. Dan benar saja, setelah berjalan beberapa saat, sebuah desa kecil terlihat tidak jauh dari sana.
"Akhirnya aku menemukannya, aku akan kesana untuk bermalam," ucap Fang Tian sambil berjalan dengan riang. Namun, ia terhenti menyadari sesuatu, "tunggu dulu, jika aku kesana dalam kondisi seperti ini, pasti akan terjadi masalah."
"Akan aku tunggu hingga malam agar tidak ada orang dan mencuri... Ehem.. maksudku meminjam baju di sana."
Fang Tian menunggu di balik pohon di pinggiran hutan, tidak jauh dari desa.
...***...
Waktu berjalan sangat cepat, sekarang sudah malam hari, memperlihatkan cahaya rembulan yang menyinari kegelapan. Angin malam sangat dingin, terasa sampai ke tulang. Fang Tian mengigit bibirnya dan giginya beradu, menahan dinginnya suhu.
"Eeeee.... Aku harus mencari pakaian dan tempat yang hangat. Jika tidak... Aku akan mati kedinginan," ucap Fang Tian sambil menggigil.
Setelah dirasa sudah sepi, Fang Tian mulai melakukan aksinya. Dia mengendap-endap masuk ke desa dengan hati-hati, desa tidak terlalu besar, hanya berisi berisi puluhan rumah sederhana dari kayu.
Dia mengendap-endap ke salah satu rumah warga. Memanjat pagar belakang dan mencari pakaian yang bisa dia pakai.
Saat sedang mencari, suara terdengar dari dalam rumah warga.
"Ah~~ terus... Lebih keras lagi~~~"
Mendengar itu, Fang Tian mengumpat, "sialan, aku disini merasa kedinginan dan kalian menikmatinya dengan kehangatan," gumamnya dengan frustasi. "Apa kalian mengejekku ha? Mentang-mentang aku masih perjaka."
Tidak mau teralihkan, Fang Tian lanjut mencari pakaian dan untungnya dia menemukan pakaian yang tergantung di luar rumah. Segera, dia mengenakannya agar tidak kedinginan.
"Lumayanlah, dari pada tidak sama sekali, "ucapnya penuh syukur. Walau pakaian yang ditemukan tidak terlalu bagus, sudah terlihat lusuh layaknya seorang pengemis.
"Masalah pakaian sudah selesai, sekarang aku harus mencari tempat untuk tidur yang hangat dan nyaman," kata Fang Tian sambil menyusuri desa yang sudah sepi, hanya terdengar suara jangkrik dan hewan lainya yang mengiringi malam.
Setelah berjalan sebentar, Fang Tian melihat kandang kuda. Salah satu kandang kosong, hanya berisi jerami. "Sip pas sekali, lebih baik dari pada tidak."
Fang Tian segera ke sana, masuk kedalam kandang kosong. Merebahkan tubuhnya dan menutup mata perlahan, mencoba untuk tidur. Jerami sebagai kasur yang empuk dan tidak terlalu dingin.
...***...
Pagi hari.
Fang Tian terbangun setelah mendengar teriakan keras tepat di samping telinganya.
"Woy bangun woy!"
Dia membuka matanya perlahan, memperlihatkan mata keemasannya yang sangat cantik. Sinar matahari pagi menyinarinya yang terasa menyilaukan.
Di hadapannya, seorang pria paruh baya dengan wajah marah, matanya tajam. "Woy bangun! Cepat pergi dari sini!" Teriaknya dengan amarah.
Fang Tian segera bangun dan pergi dari sana, meninggalkan sendiri pria paruh baya itu.
"Sial, bisa-bisanya ada pengemis yang tidur di sini. Untungnya tidak terjadi apa-apa," gumam kesal pria paruh baya itu yang masih bisa didengar oleh Fang Tian.
"Pengemis kamu bilang?! Yah tidak salah juga sih, dengan penampilanku saat ini, memang terlihat seperti seorang pengemis," gumam Fang Tian pasrah, tidak ingin memperbesar masalah.
Dia berjalan menyusuri desa, "besar juga desa ini, tadi malam aku tidak menyadarinya karena terlalu gelap."
Saat berjalan tanpa tujuan, perut Fang Tian berbunyi yang menandakan lapar.
"Kruk.. kruk..."
"Aku sangat lapar, sudah sehari tidak makan," gumamnya. "Aku harus mencari makanan.... tapi bagaimana?"
Saat sedang berjalan, dia tidak sengaja melihat rumah makan yang ramai. Sebuah ide terlintas di benaknya, dia mengusap-usap baju dan wajahnya agar lebih bersih.
Dengan percaya diri, dia masuk ke dalam dan duduk di tempat paling dekat dengan pintu keluar. "Pelayan..." Panggilnya. Segera, seorang pelayan mendatanginya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya pelayan itu. "Pesan satu makanan dan minuman terserah, apapun itu," jawab Fang Tian santai.
"Baik, tuan. Mohon ditunggu," jawab pelayan dengan sopan. Segera, dia pergi meninggalkan Fang Tian seorang diri, "terserah? Kaya cewek aja, hahaha," pikir pelayan itu.
Sambil menunggu pesanannya, Fang Tian mendengar percakapan pelanggan lain untuk mendapatkan informasi. Bagaimanapun, dia baru datang ke dunia ini kemarin dan tidak memiliki informasi apapun.
"Hey, kau tau. Aku dengar sekte immortal di kota Tianshan akan merekrut murid," ujar salah seorang pelanggan.
"Ha?! Benarkah! Jika kita bisa menjadi murid di sana, kita akan bisa menjadi seorang immortal!" Jawab rekannya.
"Ya itu benar, tapi itu pasti sangat sulit. Boro-boro menjadi murid, saat seleksi aja mungkin udah tereliminasi."
"Sepertinya kau benar. Kita hanya seorang mortal, aku sangat iri melihat para immortal yang bisa pergi kemanapun mereka inginkan dan memiliki kekuatan yang mengerikan."
Banyak pelanggan yang berbincang-bincang. Fang Tian mendengarkan dengan seksama sambil menunggu datangnya pesanan. Matanya berbinar saat mendengar perekrutan murid, dia membayangkan menjadi kultivator hebat yang bisa terbang menggunakan pedang.
Tak lama kemudian, seorang pelayan membawakan semangkuk makanan dan secangkir minuman. Fang Tian segera memakannya dengan lahap, dia makan seperti seorang yang tidak makan berhari-hari.
Setelah selesai, dia tidak langsung pergi. Melainkan mencari informasi baru. Sekarang, informasi sangat penting baginya.
Setelah merasa cukup, dan tidak menemukan informasi baru. Fang Tian segera melancarkan aksinya. Dia berdiri dan.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments