Langit jingga keemasan yang begitu indah menyelimuti dunia setelah matahari terbenam dari ufuk barat. Ombak bersahutan seakan menyambut datangnya senja. Di tengah keindahan itu, seorang pemuda berjalan santai di jalan trotoar tidak jauh dari pantai.
"ah, segarnya! Suasana sore hari di pantai memang yang terbaik. Setelah seharian bekerja, paling enak memang bersantai."
Angin berhembus lembut, membelai rambut hitamnya yang tergerai, aroma asin yang begitu khas tercium dari pantai. Mata hitam keemasannya bersinar terang, merasakan kedamaian ini.
Fang Tian, pemuda yang berusia dua puluh tahun dengan wajah tampan. Tingginya sekitar 180 cm dengan badan ideal. Dia menyusuri jalan trotoar dengan langkah lembut sambil merasakan sejuknya angin sore.
Sebagai seorang pegawai kantoran biasa, ia hanya ingin hidup normal. Bekerja, menikah, dan memiliki anak, itulah impiannya, hidup dengan santai. Seharusnya begitu.....
Saat sedang berjalan santai, langit mendadak menjadi gelap, mengejutkannya. Fang Tian tertegun, menatap ke cakrawala dengan keheranan, tapi apa yang dilihatnya sangatlah tidak masuk akal.
Sebuah pesawat kecil yang terbakar terbang, asap mengepul dan sayap rusak, menukik cepat kearahnya. Sudah tidak ada pilot didalamnya, tersisa pesawat tanpa awak.
Mata Fang Tian terbelalak, tidak percaya melihatnya, "apa-apaan ini!" Dia mencoba berlari untuk menyelamatkan diri, tapi itu sudah terlambat.
Pesawat itu sudah tepat berada di atas kepalanya dan siap menabraknya, "sialan! Konyol sekali cara mati ku." Dia sudah pasrah, tidak mungkin untuk menyelamatkan diri.
Duar!.....
Ledakan dahsyat terjadi setelah pesawat menabrak Fang Tian dan tanah. Cekungan besar terbentuk hasil ledakkan dan pesawat terbakar tak terisa.
...***...
Di tengah hutan.
"Hah!...hah!..."
Seorang pemuda terbangun dengan napas tersengal, keringat dingin membanjiri wajahnya. Wajahnya pucat pasi, seakan-akan telah mengalami mimpi buruk.
"Apa yang terjadi?! Di mana ini?! Bukankah aku sudah mati tadi!" Banyak pertanyaan yang terlintas di benaknya. Dengan panik, ia meraba-raba anggota tubuhnya, memeriksa apakah ada yang salah atau tidak.
Setelah meriksa, tidak ada yang salah, semua anggota tubuhnya masih lengkap. Tapi ada yang kurang, dia tidak mengenakan pakaian. Tubuhnya telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun.
"Sialan! di mana pakaianku," teriaknya frustasi. Dia segera mengambil sehelai daun untuk menutupi bagian bawahnya.
Setelah berusaha menenangkan diri, dia mencoba memahami apa yang sebenarnya telah terjadi. Tidak butuh waktu lama, dia mengambil kesimpulan, "jadi, aku telah menyeberang?"
Fang Tian cengengesan, "heheheheh, jika sama seperti di novel-novel, seharusnya aku akan mendapatkan jari emas!"
Dia berdiri, mengacungkan jarinya ke langit, "sistem keluarlah!..." Teriaknya dengan keras dan begitu percaya diri.
.....
Tidak ada yang terjadi, "sistem, aku tahu kamu ada di sana, keluarlah!..."
....
Lagi-lagi, tidak terjadi apa-apa.
"Tidak ada sistem?! Mungkin cincin yang berisi jiwa seorang kultivator kuat," ucap Fang Tian. "Aku akan mencari di sekitar."
Fang Tian mencari cincin di semak-semak, berharap mendapatkan sesuatu yang istimewa, namun hasilnya nihil. "Tidak ada apa-apa di sini!..." Teriaknya dengan frustasi.
"Jika bukan ini, mungkin yang lain," katanya menenangkan diri. "Aku pernah membaca di novel, setelah menyeberang akan menjadi tak terkalahkan. Mungkin aku sudah menjadi sangat kuat dan tidak terkalahkan."
Fang Tian mendekati salah satu pohon besar yang terlihat sangat kokoh. Dia membuat kuda-kuda, mengayunkan tangannya kebelakang, bersiap untuk memukul.
Dar!....
Fang Tian meninju pohon dengan sangat keras, "arkh..." Teriaknya kesakitan. Jari-jarinya memerah dan bengkak, sedangkan pohonnya masih berdiri tegak, tidak tergores sedikitpun.
"Aku juga tidak menjadi tak terkalahkan, hanya manusia biasa. Aku sangat sial, tidak hanya mati karena tertabrak pesawat dan menyebrang tanpa mendapatkan jari emas. Aku sangat iri dengan karakter utama di novel-novel yang aku baca dulu."
Fang Tian terlihat sangat menyedihkan, matanya mengeluarkan sedikit air dan hampir menetes. Dia sangat kecewa dan hampir menangis.
Setelah beberapa saat, dia menyeka matanya yang berair. Dia berusaha menenangkan diri, "paling tidak aku masih hidup," gumamnya.
Angin berhembus kencang, tubuh Fang Tian menggigil kedinginan. "Eeeee.... Dinginnya. Aku tidak dapat melihat karena tertutup daun, tapi aku yakin sekarang sudah sore. Aku harus mencari tempat untuk bermalam."
Fang Tian berjalan menyusuri hutan lebat, tidak tau arah tujuan, hanya mengandalkan nalurinya saja. Dan benar saja, setelah berjalan beberapa saat, sebuah desa kecil terlihat tidak jauh dari sana.
"Akhirnya aku menemukannya, aku akan kesana untuk bermalam," ucap Fang Tian sambil berjalan dengan riang. Namun, ia terhenti menyadari sesuatu, "tunggu dulu, jika aku kesana dalam kondisi seperti ini, pasti akan terjadi masalah."
"Akan aku tunggu hingga malam agar tidak ada orang dan mencuri... Ehem.. maksudku meminjam baju di sana."
Fang Tian menunggu di balik pohon di pinggiran hutan, tidak jauh dari desa.
...***...
Waktu berjalan sangat cepat, sekarang sudah malam hari, memperlihatkan cahaya rembulan yang menyinari kegelapan. Angin malam sangat dingin, terasa sampai ke tulang. Fang Tian mengigit bibirnya dan giginya beradu, menahan dinginnya suhu.
"Eeeee.... Aku harus mencari pakaian dan tempat yang hangat. Jika tidak... Aku akan mati kedinginan," ucap Fang Tian sambil menggigil.
Setelah dirasa sudah sepi, Fang Tian mulai melakukan aksinya. Dia mengendap-endap masuk ke desa dengan hati-hati, desa tidak terlalu besar, hanya berisi berisi puluhan rumah sederhana dari kayu.
Dia mengendap-endap ke salah satu rumah warga. Memanjat pagar belakang dan mencari pakaian yang bisa dia pakai.
Saat sedang mencari, suara terdengar dari dalam rumah warga.
"Ah~~ terus... Lebih keras lagi~~~"
Mendengar itu, Fang Tian mengumpat, "sialan, aku disini merasa kedinginan dan kalian menikmatinya dengan kehangatan," gumamnya dengan frustasi. "Apa kalian mengejekku ha? Mentang-mentang aku masih perjaka."
Tidak mau teralihkan, Fang Tian lanjut mencari pakaian dan untungnya dia menemukan pakaian yang tergantung di luar rumah. Segera, dia mengenakannya agar tidak kedinginan.
"Lumayanlah, dari pada tidak sama sekali, "ucapnya penuh syukur. Walau pakaian yang ditemukan tidak terlalu bagus, sudah terlihat lusuh layaknya seorang pengemis.
"Masalah pakaian sudah selesai, sekarang aku harus mencari tempat untuk tidur yang hangat dan nyaman," kata Fang Tian sambil menyusuri desa yang sudah sepi, hanya terdengar suara jangkrik dan hewan lainya yang mengiringi malam.
Setelah berjalan sebentar, Fang Tian melihat kandang kuda. Salah satu kandang kosong, hanya berisi jerami. "Sip pas sekali, lebih baik dari pada tidak."
Fang Tian segera ke sana, masuk kedalam kandang kosong. Merebahkan tubuhnya dan menutup mata perlahan, mencoba untuk tidur. Jerami sebagai kasur yang empuk dan tidak terlalu dingin.
...***...
Pagi hari.
Fang Tian terbangun setelah mendengar teriakan keras tepat di samping telinganya.
"Woy bangun woy!"
Dia membuka matanya perlahan, memperlihatkan mata keemasannya yang sangat cantik. Sinar matahari pagi menyinarinya yang terasa menyilaukan.
Di hadapannya, seorang pria paruh baya dengan wajah marah, matanya tajam. "Woy bangun! Cepat pergi dari sini!" Teriaknya dengan amarah.
Fang Tian segera bangun dan pergi dari sana, meninggalkan sendiri pria paruh baya itu.
"Sial, bisa-bisanya ada pengemis yang tidur di sini. Untungnya tidak terjadi apa-apa," gumam kesal pria paruh baya itu yang masih bisa didengar oleh Fang Tian.
"Pengemis kamu bilang?! Yah tidak salah juga sih, dengan penampilanku saat ini, memang terlihat seperti seorang pengemis," gumam Fang Tian pasrah, tidak ingin memperbesar masalah.
Dia berjalan menyusuri desa, "besar juga desa ini, tadi malam aku tidak menyadarinya karena terlalu gelap."
Saat berjalan tanpa tujuan, perut Fang Tian berbunyi yang menandakan lapar.
"Kruk.. kruk..."
"Aku sangat lapar, sudah sehari tidak makan," gumamnya. "Aku harus mencari makanan.... tapi bagaimana?"
Saat sedang berjalan, dia tidak sengaja melihat rumah makan yang ramai. Sebuah ide terlintas di benaknya, dia mengusap-usap baju dan wajahnya agar lebih bersih.
Dengan percaya diri, dia masuk ke dalam dan duduk di tempat paling dekat dengan pintu keluar. "Pelayan..." Panggilnya. Segera, seorang pelayan mendatanginya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya pelayan itu. "Pesan satu makanan dan minuman terserah, apapun itu," jawab Fang Tian santai.
"Baik, tuan. Mohon ditunggu," jawab pelayan dengan sopan. Segera, dia pergi meninggalkan Fang Tian seorang diri, "terserah? Kaya cewek aja, hahaha," pikir pelayan itu.
Sambil menunggu pesanannya, Fang Tian mendengar percakapan pelanggan lain untuk mendapatkan informasi. Bagaimanapun, dia baru datang ke dunia ini kemarin dan tidak memiliki informasi apapun.
"Hey, kau tau. Aku dengar sekte immortal di kota Tianshan akan merekrut murid," ujar salah seorang pelanggan.
"Ha?! Benarkah! Jika kita bisa menjadi murid di sana, kita akan bisa menjadi seorang immortal!" Jawab rekannya.
"Ya itu benar, tapi itu pasti sangat sulit. Boro-boro menjadi murid, saat seleksi aja mungkin udah tereliminasi."
"Sepertinya kau benar. Kita hanya seorang mortal, aku sangat iri melihat para immortal yang bisa pergi kemanapun mereka inginkan dan memiliki kekuatan yang mengerikan."
Banyak pelanggan yang berbincang-bincang. Fang Tian mendengarkan dengan seksama sambil menunggu datangnya pesanan. Matanya berbinar saat mendengar perekrutan murid, dia membayangkan menjadi kultivator hebat yang bisa terbang menggunakan pedang.
Tak lama kemudian, seorang pelayan membawakan semangkuk makanan dan secangkir minuman. Fang Tian segera memakannya dengan lahap, dia makan seperti seorang yang tidak makan berhari-hari.
Setelah selesai, dia tidak langsung pergi. Melainkan mencari informasi baru. Sekarang, informasi sangat penting baginya.
Setelah merasa cukup, dan tidak menemukan informasi baru. Fang Tian segera melancarkan aksinya. Dia berdiri dan.....
Fang Tian berdiri dari kursinya, memperhatikan sekitarnya dan bersiap. Setelah dirasa tidak ada yang memperhatikannya, dia segera berlari keluar sekencang mungkin.
Salah satu pelayan merasa ada yang janggal, otaknya masih memroses. Setelah beberapa saat, akhirnya dia tersadar akan sesuatu.
"Pencuri sialan! Kejar dia!," pekik pelayan, menyuruh keamanan. Suaranya memecah keheningan.
Beberapa orang pria dengan badan kekar langsung berlari keluar. Pandangan mereka menyapu semua daerah sekitar, mencari keberadaan Fang Tian.
"Itu dia!" Seru salah satu orang sambil menunjuk kearah perginya Fang Tian. Segera, semuanya langsung berlari dengan sekuat tenaga untuk mengejar Fang Tian. Wajah mereka marah dan pandangannya tajam, penuh dengan amarah.
"Sialan! Jangan sampai lolos!"
Jarak diantara mereka cukup jauh, namun karena kecepatan penjaga keamanan dan Fang Tian berbeda. Jarak diantara mereka semakin berkurang.
"Woy berhenti! Kalau tidak berhenti, akan ku patahkan kakimu saat aku menangkapmu!" ancam salah seorang keamanan.
Menyadari situasi semakin serius, Fang Tian berlari lebih cepat. Namun ini sudah mencapai batas tubuhnya, "sialan! Kalau aku tertangkap, aku pasti mati!" Dalam keputusasaan dan adrenalin yang begitu tinggi, membuat tubuhnya mengeluarkan semuanya sampai ke tingkat maksimal.
Kecepatan Fang Tian meningkat drastis, meninggalkan jauh para pengejar di belakang. "Apa!.. apa manusia bisa berlari secepat itu?!.."
Fang Tian semakin jauh dan menghilang dari pandangan mereka. "BAJINGAN! Di mana dia, bagaimana bisa dia menghilang begitu saja," geram salah satu orang dengan penuh amarah. "Kalian, pergi cari! Pastikan untuk menemukannya dan bawa si brengsek itu ke hadapanku!"
"Baik!"
Mereka berpencar mencari keberadaan Fang Tian.
...***...
Di sisi lain, Fang Tian sedang bersembunyi di tempat sampah. Bau busuk yang begitu pekat tercium dari sana, menyamarkan hawa keberadaanya.
Fang Tian menutup hidungnya dengan tangan, menahan bau yang menyengat, "bau sekali, rasanya ingin muntah!" Gumamnya.
"Orang-orang brengsek, aku hanya mengambil beberapa makanan dan kalian mengejarku sampai segininya?" Gumam Fang Tian. "Awas aja, saat aku telah menjadi immortal. Akan aku balas semua ini."
Dia menunggu sampai situasi menjadi lebih tenang, bau busuk dari sampah memang membuatnya tidak nyaman, namun dia harus menahannya untuk bertahan hidup. Apalagi, kakinya juga sangat sakit akibat berlari tadi.
Satu jam berlalu, para penjaga rumah makan kembali dengan tangan kosong, tidak menemukan Fang Tian. Mereka masih sedikit kesal, namun apa boleh buat, mereka tidak bisa menemukannya.
Disisi lain, Fang Tian merasa lega. Dia sudah mencapai batasnya, bau sampah yang sangat busuk hampir membuatnya pingsan.
"Hah!... Akhirnya aku bebas," teriaknya dengan lega. "Aku tidak bisa di sini terus, aku harus pergi ke kota Tianshan untuk mengikuti perekrutan murid. Jika aku bisa menjadi murid di sana, aku bisa berkultivasi dan menjadi immortal."
Fang Tian tersenyum lebar, terlihat sedikit menjijikan. Dia membayangkan apa yang di fantasi kan setiap pria di bumi.
Dari informasi yang Fang Tian dapat. Sekarang, dia sedang berada di bagian paling selatan benua Lingzhou dan desa ini berada ditempat paling ujung. Tidak jauh dari sini, sedikit ke utara, ada sebuah kota yang diatur oleh sekte kultivator.
Hanya ini informasi yang bisa di dapatkan Fang Tian, bagaimanapun, ini hanyalah sebuah desa kecil. Tujuannya sekarang adalah pergi ke kota Tianshan dan menjadi lebih kuat, karena di dunia ini, hanya yang kuat lah yang bisa hidup.
Walau jaraknya tergolong pendek, perlu beberapa hari perjalanan untuk sampai. Untuk perjalanan panjang ini, Fang Tian harus menyiapkan semua kebutuhannya.
"Perjalanan ini akan panjang. Untuk tidur, aku bisa melakukannya di alam liar, jadi hanya masalah makanan dan minuman yang aku perlu pikirkan. Ini adalah dunia kultivator, jadi pasti akan banyak hewan buas, aku juga perlu senjata."
Fang Tian berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Sekarang, dia tidak memiliki apapun, hanya sepasang pakaian yang ia kenakan, ini pun hasil curian.
"Aku harus bagaimana? Apa aku nekat saja?" Pikir Fang Tian. Saat inilah, ide licik nan konyol terlintas di benaknya. Dia tersenyum lebar, penuh kelicikan.
Dia kembali menyusuri desa, mencari rumah paling besar dan megah. Setelah pencarian yang cukup melelahkan, akhirnya dia menemukannya.
Sebuah rumah yang cukup besar, terbuat dari kayu berkualitas dan ukiran-ukiran rumit. Fang Tian segera mengetuk pintu.
Tok.. tok.. tok...
Beberapa saat kemudian, seorang wanita keluar dari rumah. Raut wajahnya terlihat tidak senang, "pengemis dilarang masuk!" Ucapnya tegas dengan senyum sinis.
Fang Tian langsung merubah raut wajahnya menjadi kasihan, terlihat sangat menyedihkan. Namun, wanita itu tidak terpengaruh.
"To-tolong aku... Aku sudah tidak makan berhari-hari..." Ucap Fang Tian dengan berpura-pura kelaparan, tubuhnya gemetar.
Ekspresi wanita itu tetap sama, tidak berubah sedikitpun. Tiba-tiba, suara seorang pria terdengar dari dalam rumah, "biarkan dia masuk," ucapnya singkat.
Wanita itu membungkuk sedikit dan membukakan pintu, "masuklah, tapi ingat, jangan membuat masalah!" Ucapnya dengan menatap tajam ke arah Fang Tian, seakan ingin menelannya bulat-bulat.
Fang Tian masuk kedalam, tingkah lakunya masih sama seperti sebelumnya. Di dalam, seorang pria paruh baya dengan perut buncit sedang duduk di kursi.
"Duduklah," seru pria paruh baya itu, mempersilahkan.
Fang Tian segera duduk, berhadapan dengan pria paruh baya itu, hanya berbataskan sebuah meja. "Jadi... apa yang kamu inginkan, dan kamu siapa? Aku tidak pernah melihatmu, pasti tidak dari desa."
Fang Tian menunduk dan tersenyum lesuh, "aku hanya seorang pengembara. Saat perjalanan, aku dan keluargaku di hadang oleh perampok. Kami mencoba untuk melawan, tapi.... perampok itu seorang kultivator, sedangkan kami hanyalah manusia biasa, kami tidak bisa mengalahkannya... Demi menyelamatkanku, ayah ada ibuku mengorbankan diri," jelas Fang Tian penuh kebohongan. Raut wajahnya terlihat sedih, matanya berkaca-kaca, membuat kebohongan ini terlihat meyakinkan.
"Rasanya sangat sakit, meninggalkan keluargaku yang berkorban demi keselamatanku. Dalam pelarian, aku tidak sengaja melihat desa ini dan datang kesini. Yang aku butuhkan hanyalah uang, untuk membeli makanan dan minuman, selama aku masih hidup, akan aku balaskan dendam keluargaku!..." Lanjutnya.
Wanita yang dari tadi diam dibelakang pria paruh baya, ekspresinya berubah menjadi sinis, "kebohongan yang sangat buruk, jelas sekali itu hanya cerita ngawur. Tidak mungkin kan, tuan tertipu? Kan?" Pikirannya dalam hati.
Namun, apa yang dilihatnya berbeda jauh dari pikirannya. Pria paruh baya didepannya terlihat meneteskan air mata, "hiks.. hiks... Malang sekali hidupmu nak. Untungnya kamu bertemu denganku," ucapnya sedih.
"Apa?!..." Pikir wanita itu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Ambilkan 100 coin tembaga dan bawa kesini," pinta pria paruh baya itu pada pelayanannya.
"Ta-tapi tuan..."
"Tidak ada tapi-tapian, kasihan sekali nasib anak ini, apa kamu tidak merasa kasian?"
"..."
Tidak bisa berkata-kata lagi, wanita itu pergi ke belakang untuk mengambil uang. Dari ekspresinya, dia terlihat kesal, namun tidak bisa mengungkapkanya.
Fang Tian tersenyum tipis, "yes berhasil! Pria ini sangat naif, aku merasa sedikit bersalah. Tapi, beginilah hidup," pikirannya.
Beberapa saat kemudian, wanita itu kembali dengan membawa sekantung uang dan menyerahkannya ke Fang Tian dengan enggan.
"Terimalah uang itu, gunakan untuk kebutuhan hidupmu. Aku turut berbelasungkawa atas kematian orang tuamu," ucap pria paruh baya itu.
Fang Tian sedikit menunduk dan menangkupkan tangannya kedepan, "terima kasih tuan, aku pasti akan membalasnya suatu hari nanti."
"Ya, sama-sama."
Fang Tian segera pergi dari rumah itu dengan riang gembira, walau ada sedikit rasa bersalah yang menghantuinya.
Setelah mendapatkan uang, dia langsung membelanjakannya untuk membeli makanan yang dapat bertahan lama dan minuman, selain itu, dia membeli sebuah pedang dengan sisa uang.
"Oke, saatnya berangkat."
Fang Tian pergi meninggalkan desa, melakukan perjalanan menuju kota Tianshan. Matahari tepat di atas kapala, mengiringi perjalanannya.
Seminggu kemudian.
Fang Tian akhirnya sampai didepan gerbang kota Tianshan. Sepanjang perjalanan, dia sangat beruntung tidak bertemu hewan buas, ataupun penjahat. Keberuntungan ini begitu berharga di dunia yang begitu keras.
Pintu gerbang besar terbuka lebar, dengan ukiran-ukiran rumit dan mengandung aura misterius. Di atas gerbang, sebuah tulisan besar yang berisi 'Tiangshan' terpampang jelas.
Banyak orang yang berlalu lalang, ada yang masuk kota, adapun yang pergi keluar. Kota lebih ramai dari biasanya karena akan diadakan perekrutan murid sekte immortal, yang diadakan sekali setiap lima tahun.
Banyak anak-anak muda yang berdatangan ke kota Tianshan untuk mengikuti acara ini. Tidak terkecuali orang yang cukup berumur yang masih tidak menyerah untuk menjadi immortal. Bagaimanapun, ini adalah impian setiap orang di dunia yang kejam ini.
"Wow... Sangat besar dan begitu mewah, " ucap Fang Tian terkesima melihat begitu megahnya kota Tianshan.
Fang Tian segera masuk kedalam. Suasana di sana begitu ramai, dengan hiruk pikuk layaknya kota modern. Banyak orang dari berbagai tempat berkumpul di sini.
Di beberapa sudut kota, terlihat sekelompok pemuda mengenakan seragam biru langit dengan motif naga yang mendominasi. Kehadiran mereka sangat mencolok, membuatnya menjadi pusat perhatian.
Fang Tian berkeliling kota sebentar sebelum acara perekrutan murid sekte dimulai. Tidak hanya untuk memahami struktur daerah sekitar, tapi juga untuk mencari informasi-informasi penting.
...***...
Satu jam berlalu begitu saja. Kerumunan orang berlari menuju ke suatu tempat dengan tergesa-gesa.
Perekrutan murid sekte immortal sudah dimulai, mereka menuju ke sana untuk mengikutinya. Tak mau ketinggalan, Fang Tian juga ikut kerumunan itu.
Mereka masuk lebih dalam ke kota dan berhenti setelah sampai di tempat lapang. Di hadapan mereka ada sebuah panggung kecil terbuat dari kayu.
Di atas panggung, seorang pria dengan tampang garang sedang memantau kerumunan orang didepannya. Matanya menyapu semuanya, tidak ada orang yang terhindar dari pandangannya.
Pandangannya penuh intimidasi. Orang-orang yang melihatnya langsung berkeringat dingin, seperti sedang berhadapan dengan hewan buas yang sangat kuat.
Tidak terkecuali Fang Tian, keringat bercucuran di dahinya hingga menetes. "Jadi ini seorang kultivator! Hanya dari pandangannya saja sudah sekuat ini!" Gumamnya dalam hati, merasa semangat.
Suasana sangat sunyi, tidak ada yang berani bersuara sedikitpun.
Kemudian, suara sedikit serak penuh dominasi terdengar jelas ke seluruh area, memecah kesunyian.
"Baiklah, kita mulai perekrutan murid sekte Sky Dragon yang ke 111," ujar pria yang ada di atas panggung.
Sekali lagi, pria itu memandangi kerumunan, " namaku Huang Zhen, aku akan menjadi pemandu kalian dalam perekrutan murid sekte Sky Dragon," jelasnya.
Setelah selesai bicara, seorang murid sekte Sky Dragon naik ke atas panggung, kemudian mengarahkan tangannya kedepan. Sebuah batu besar muncul dari cincin yang dikenakannya, permukaannya berkilau dan memantulkan cahaya, layaknya sebuah cermin.
"Ini adalah Soulmirror Stone. Batu ini dapat menunjukkan spiritual root yang dimiliki seseorang. Untuk menjadi seorang murid sekte Sky Dragon, kalian harus memiliki spiritual root, agar bisa menempuh jalan kultivator," jelas Huang Zhen.
Spiritual root adalah inti seorang kultivator, tanpa adanya ini, seseorang tidak bisa menyerap energi spiritual, sehingga tidak bisa menempuh jalan kultivator dan harus menyerah menjadi immortal. Hampir semua orang memiliki spiritual root, namun ada kasus yang sangat langka di mana seseorang tidak memiliki spiritual root.
Huang Zhen melanjutkan, "batu ini akan bersinar sesuai dengan tingkat spiritual root milik kalian, semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi juga bakat kalian dalam berkultivasi."
Tingkat spiritual root terbagi menjadi:
> Fana
> Earth
> Heaven
> Saint
> Emperor
> Immortal
Dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu rendah, menengah, dan tinggi.
"Minimal kalian harus memiliki spiritual root tingkat Earth untuk lolos. Tidak perlu banyak basa-basi! Kalian naik satu-satu," ucap Huang Zhen tegas, mendesak.
Satu persatu orang naik ke atas panggung.
Seorang gadis muda dengan kuncir dua naik ke atas panggung, dia meletakkan tangannya di atas Soulmirror Stone. Detik berikutnya, cahaya keluar dari batu, namun tidak terlalu terang.
"Tingkat Earth lapisan rendah, lolos!" ujar salah satu murid Sky Dragon.
Gadis itu turun dari panggung dengan perasaan gembira karena lolos. Di samping itu, tidak sedikit orang yang merasa kecewa karena tidak lolos.
Salah satunya adalah seorang kakek tua yang mengikuti perekrutan murid yang hanya memiliki spiritual root tingkat Fana lapisan tinggi, hanya satu tingkat saja untuk lolos, namun takdir berkata lain. Walau umurnya sudah sangat renta, dia masih memiliki semangat yang membara layaknya masih muda.
Satu persatu orang mulai naik keatas panggung, ada yang lolos, ada pula yang mengalami kekecewaan.
Saat suasana sangat suram, karena lebih banyak yang gagal daripada yang lolos. Ekspektasi semua orang menurun, banyak yang sudah merasa putus asa bahkan sebelum mencobanya.
Tiba-tiba, cahaya yang sangat terang keluar dari Soulmirror Stone, menarik perhatian semua orang. Seorang pemuda berdiri diatas panggung penuh percaya diri dengan senyum nyentrik.
Seorang murid Sky Dragon berseru lantang, "Tingkat Heaven lapisan tinggi! Lolos!"
Reaksi mereka mungkin terlihat berlebihan. Namun, di tempat terpencil seperti ini yang hanya mengandung sedikit aura spiritual. Ini sudah sangat langka seseorang memiliki spiritual root tingkat Heaven.
...***...
Seorang pria tua dengan rambut dan jenggot panjang keputihan memandang dari kejauhan dengan senyum tipis, merasa tertarik akan sesuatu. "Menarik! Dengan bakatnya, masa depannya pasti akan cerah. Dia pasti akan menjadi pilar sekte di masa depan."
Ia berdiri di atas rumah dengan kedua tangannya terlipat didepan dada. Rambutnya berkibar lembut terhembus angin. Namun, walau dia berada di tempat yang sangat mencolok, tidak ada seorangpun yang menyadarinya dan merasakan kehadirannya.
Pria itu hanya mengamati jalannya perekrutan murid tanpa melakukan apapun.
...***...
Perasaan Fang Tian campur aduk. Rasa gelisah, takut dan penasaran menjadi satu. Hatinya berdebar kencang menunggu gilirannya tiba.
Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya giliran Fang Tian yang naik ke atas panggung. Dengan harapan besar, ia meletakkan tangannya di atas Soulmirror Stone.
Dia sangat berharap akan mendapatkan hasil yang memuaskan, paling tidak dia akan lolos seleksi. Namun, takdir berkata lain.
Biasanya, saat tangan di letakkan di atas Soulmirror Stone. Batu ini langsung bersinar, namun kali ini tidak, bahkan tidak bereaksi sedikitpun.
Hatinya semakin berdebar kencang, tangannya berkeringat dingin. Pikirannya melayang kemana-mana, membayangkan hal yang paling sangat tidak diinginkan.
Murid Sky Dragon yang bertugas menggelengkan kepalanya pelan, penuh kekecewaan. "Tidak memiliki spiritual root! Gagal!"
Ucapan itu seakan menyambar hati Fang Tian, rasanya sangat sakit. "A-apa.... Aku tidak memiliki spiritual root!...." Gumamnya sambil bergetar, tidak percaya.
"Oke, selanjutnya," ujar murid Sky Dragon.
Mendengar itu, Fang Tian menjadi sangat panik. "Tunggu.... Tunggu sebentar. Aku yakin ada yang salah dengan benda ini," serunya sambil menunjuk Soulmirror Stone.
Murid itu menggeleng pelan, "tidak ada yang salah dengan ini. Hanya saja kamu tidak memiliki spiritual root saja," ucapnya santai, seakan tidak peduli.
"Apa!..." Ucap Fang Tian yang masih tidak percaya. Pikirannya yang tidak-tidak menjadi kenyataan.
Dengan langkah pelan dan lemas, dia turun dari panggung dengan penuh rasa kecewa. Keputusasaan memenuhi hatinya.
Orang-orang yang melihat ini mulai bergosip. Ada yang merasa empati, kasihan, ada yang juga melihatnya terlihat lucu.
"Sampah!.." ucap pemuda yang sebelumnya mendapatkan spiritual root tingkat Heaven dengan nada mengejek, tatapannya terlihat merendahkan.
Fang Tian tidak menggubrisnya, dia sudah sangat lelah untuk menanggapinya. Langkahnya lemas tidak bertenaga, berjalan sempoyongan seperti orang mabuk.
Dia berjalan tanpa tujuan, meninggalkan tempat yang tidak menyenangkan ini. Dia bahkan menjadi pusat perhatian karena seperti seorang yang sudah tidak punya semangat hidup.
...***...
Langkah Fang Tian terhenti setelah ada seseorang yang menghalangi jalannya. Orang itu muncul entah dari mana, seakan muncul dari udara tipis.
Seorang pria tua dengan rambut putih panjang diikat dan jenggot tipis, mengenakan hanfu putih. Tidak nyentrik namun berwibawa.
Pria tua itu mengamati Fang Tian dari sudut ke sudut, dari ujung rambut sampai ujung kaki tanpa berbicara sedikitpun. Fang Tian hanya diam saja melihat tingkah laku orang di depannya ini, malas menanggapi.
Akan tetapi, lama kelamaan, dia merasa mulai risih. Entah apa yang ada dipikirannya, Fang Tian ikut mengamati pria tua di hadapannya.
"Dari perawakannya, jelas orang ini bukan orang biasa," pikir Fang Tian dalam hati. "Apa jangan-jangan dia seorang kultivator kuat?!" Pikirannya, matanya berbinar penuh harapan.
"Alur pola ini terlihat akrab, aku yakin, pria tua ini sedang mencari seorang murid yang akan mewarisi teknik tak terkalahkannya!..."
Raut wajah Fang Tian yang sebelumnya lemas lesuh, sekarang lebih baik. Senyum kecil terlukis di mulutnya, mengharapkan sesuatu.
Di samping itu, pria tua yang mengamati Fang Tian tiba-tiba menggelengkan kepalanya pelan, menyadari ada yang tidak beres.
"Cek... Cek... Cek.... Sayang sekali," gumam pria itu sambil menggelengkan kepalanya pelan. Suaranya sangat pelan hingga Fang Tian tidak mendengarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!