Sudah 4 tahun sejak insiden Eye Of Massacre, dunia telah mengalami banyak perubahan, terutama di sektor ekonomi dan pendidikan.
Hal ini tentu bisa saja terjadi karena 25% populasi manusia yang hilang bukanlah angka yang sedikit dan sangat berpengaruh akan keberlangsungan kehidupan manusia. Misalnya, kota Pavolia, akibat peristiwa ini, telah kehilangan 63,5% penduduknya, yang mengakibatkan banyak toko dan perusahaan kekurangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menopang keuangan kota.
Itulah sebabnya Wali kota Pavolia membuat banyak kebijakan yang diterapkan antara lain:
Menyediakan perumahan murah bagi orang luar yang ingin berinvestasi di kota mereka
Hilangkan hari libur pada hari Sabtu dan Minggu, pengecualian untuk hari libur nasional dan perayaan akan tetap ada. Hal ini tentu dilakukan untuk meningkatkan kualitas siswa dan mempercepat masuknya mereka ke dunia kerja sehingga dapat membantu keuangan kota.
Meskipun aturan ini awalnya menuai penolakan, namun pada akhirnya dilaksanakan dan untungnya setelah 4 tahun kondisi kota Pavolia mulai beranjak pulih.
Itulah sedikit informasi mengenai kejadian di kota Pavolia sejak kejadian 4 tahun lalu, kini pada hari sabtu tanggal 30 Desember 2027 di SMA Pribumi Luhur, tepatnya di lapangan sekolah telah terjadi pertengkaran antar 3 orang murid pria.
"Ahh!"
"Uwaa!"
Jeritan kesakitan seorang siswa SMA Pribumi Luhur yang badannya didorong keras oleh siswa lain ke tembok lapangan olahraga sekolah. Siswa yang didorong juga mendapat pukulan di wajah oleh siswa yang mendorongnya.
Melihat temannya babak belur membuat teman di sebelahnya sangat takut saat melihat seorang pelajar kurus berjaket merah mulai berjalan ke arahnya.
"Tunggu! .... Kamu salah paham!", ujar salah satu teman mahasiswa yang terdorong ke tembok sambil memohon kepada siswa pria berjaket merah yang mulai berjalan mendekat.
"Hah? Apa kau bilang kau minta maaf setelah kalian berdua mengolok-olok Hanako di kelas tadi?"
Siswa yang memakai jaket merah itu mulai menjentikkan jari-jarinya satu-persatu, pertanda ia sudah siap menghajar siswa berikutnya yang mengejek temannya di kelas pagi itu.
"Aku bilang kamu salah paham!"
"Diam!", Siswa tersebut kemudian menarik baju siswa yang telah ketakutan setengah mati tersebut dan hendak memukulnya.
"Kau sadar dia anggota gengku, kan?"
"Iii..iya....a"
"Terus mengapa kamu macam-macam dengannya?"
"Tidak....tidak, tunggu sebentar!"
Tiba-tiba tanpa mendengar ucapannya, siswa berjaket merah itu langsung meninju wajah siswa yang telah memohon-mohon diampuni itu.
"Uwaaa tolong aku!", teriaknya dengan penuh kesakitan, namun siswa itu masih terus memukulinya.
"Keluar dari sini, bocah bodoh!"
Ketika ia sedang asyik memukuli pelajar itu, tanpa disadarinya ada 2 orang berlari tergesa-gesa ke arah mereka bertiga.
"Astel, tolong berhenti!", teriak seorang perempuan yang memakai seragam sama dengan ketiga pria itu.
"Hmm!", mendengar suara temannya siswi berjaket merah itu yang ternyata adalah Astel yang kini telah berusia 14 tahun mulai menoleh ke belakang dan melihat kedua temannya yang merupakan sahabatnya sudah tiba di lapangan sekolah.
"Ahh...ternyata itu kalian", ujar Astel sambil tersenyum menyapa mereka, namun jelas wajah 2 sahabatnya itu terlihat panik atas apa yang Astel perbuat.
"Astel, kumohon! Hentikan semua ini! Kau salah paham!", teriak Hanako Kiyoshita yang merupakan salah satu siswi dalam geng tersebut ia duduk 1 kelas 1-A bersama Astel dan ia merupakan murid keturunan Indo-Jepang.
"Benar sekali, Astel, ini berbahaya! Guru sudah memperingatkanmu untuk tidak bertarung lagi!" , ujar seorang siswa berbadan besar, berkulit coklat, dan berambut keriting di sebelah Hanako yang bernama Brahma doko Dimara alias Bram sahabat SD Astel.
Mendengar itu Astel seketika kebingungan
"Salah paham? apa maksudmu?", tanya Astel dimana Hanako tampak kesal dengannya.
"Benar ! mereka tidak mengolok-olokku sama sekali, Astel, tolong berhenti!"
"Apaan dah tadi aku dengar mereka baru saja mengucapkan kata 'one-chan' atau 'nee-chan' seperti itu?! Bukankah itu sebuah ejekan terhadap orang Jepang, kan?"
"Astel kamu bodoh! 'One-chan' itu maksudnya kakak perempuan! Itu bukan ejekan! Malahan mereka malah memintaku dengan baik untuk mengajari mereka beberapa bahasa Jepang!", ujar Hanako dengan marahnya hingga kakinya menghentak-hentak ke lantai.
"Hah?", Astel kemudian melirik ke arah laki-laki yang baru saja dia hajar, dimana dengan keadaan setengah sadar dan lebam di wajahnya, siswa itu masih berusaha menjelaskan kepada Astel.
"Benar sekali...kami hanya ingin belajar pehafalan bahasa Jepang dengan Hanako...agar kami bisa mengerti sedikit bahasa karakter anime yang kami tonton..."
"Dasar bodoh, kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal!"
"Kami sudah beritahu padamu...tapi kamu malah memukul kami.", ujar siswa itu yang pada akhirnya pingsan ditangan Astel.
Mengetahui dirinya salah paham, Astel menjadi panik kemudian perlahan menurunkan tubuh siswa itu.
"Ugh...kalau begitu aku minta maaf...deh", ucap Astel dengan pelan...
"Kamu terlambat, dia sudah pingsan!" teriak Bram kemudian dia dan Hanako memarahi Astel atas tindakannya.
Astel hanya menggaruk-garuk kepalanya di bagian belakang karena kesalahan yang telah ia perbuat.
"Kamu sadarkan konsekuensinya kamu melakukan ini lagi ?", bentak Hanako dengan jengkelnya kepada Astel.
"Iya...", ujar Astel kemudian hanya bisa tertunduk dengan perasaan malu karena ia berkelahi lagi dengan alasan konyol.
"Ahh, baiklah, setidaknya belum ada guru yang melihat tindakanmu... jadi kita harus--",
"Ada apa ini?"
Sebelum Bram dan Hanako bisa menyelesaikan kata-kata mereka, tubuh mereka mulai refleks berkeringat dingin setelah mendengar suara mengerikan di belakang mereka.
Bram dan Hanako kemudian menoleh ke belakang dan mendapati Ibu Suryatini, guru SMA Pribumi Luhur yang dikenal sangat cerewet dan galak.
"Ahh....."
Bram dan Hanako mulai berkeringat dingin setelah menyadari bahwa Ibu Suryatini ada di belakang mereka dengan tatapan yang sangat marah.
"Ibu butuh penjelasan dari kalian bertiga tentang apa yang terjadi di sini"
Melihat tatapan gurunya, Bram dan Hanako saling bertukar pandang.
"Itu Astel ibu! Kami berusaha menghentikannya berkelahi lagi " Ujar Hanako sambil menunjuk ke arah Astel.
"EHHH??", Astel sontak terkejut ketika Hanako langsung menunjuk jarinya ke-arahnya
"Benar sekali, Bu! kami baru saja datang dan ternyata Astel sudah menghajar mereka berdua," kata Bram sambil menunjuk ke arah Astel.
"HAHHH???", Astel tiba-tiba terkejut dengan pengkhianatan mereka berdua, ia mengira Bram dan Hanako akan ikut datang untuk menjelaskan kesalahpahaman yang telah ia buat sebelumnya.
Mendengar itu, ibu Suryatini menatap Astel dengan tatapan lebih marah dari sebelumnya.
"Astel...."
Ibu Suryatini kemudian mencubit telinga kanan Astel dan kemudian menariknya,
"Ikut...ibu ke kamar BK sekarang!"
"Aduh!...tolong Bu! Sakit...Ahhhh!"
Bram dan Hanako hanya bisa terdiam melihat Astel diseret dengan cara yang mengenaskan oleh Bu Suryatini menuju ruang BK.
"Maaf Astel tapi kami juga tidak ingin berakhir sepertimu..."
....
.......
..................
Di Ruang BK, seperti yang selalu ditakutkan Astel dan mungkin seluruh siswa di sekolah, ia diberi teguran panjang oleh Bu Suryatini.
"Berapa kali aku harus memberitahumu, Astel!..."
"Aduh...."
Astel tampak pucat, mengingat bahwa ia akan segera menerima teguran cukup panjang dari guru BK. Dia sebenarnya ingin menutup telinganya tetapi dia jelas tidak bisa melakukannya karena itu akan membuat gurunya makin marah padanya.
(Setelah 10 menit, Ibu Suryatini memarahi Astel)
“Hah.. capek deh cerewet terus”, Bu Suryatini mengambil gelas minumnya dan langsung menuangkan air putih ke dalamnya, Bu Suryatini langsung merasa segar kembali setelah 10 menit ngobrol.
"Ahh... Segar!"
Sementara itu, Astel yang baru saja mendengar ceramah Bu Suryatini, hanya tampak pusing mencerna perkataan panjang sang guru, tetapi akhirnya Astel hanya mengatakan 1 paragraf kalimat seperti ia biasa lakukan/
"Iya, Bu...aku tahu aku salah hari ini", ujarnya dengan penuh penyesalan, namun kemudian Ibu Suryatini menatapnya dengan tajam.
"Astel, kau tahu kan? Ini terakhir kalinya aku memperingatimu seperti yang kujanjikan."
"Ya..."
Astel teringat akan janji yang dibuatnya dengan Bu Suryatini, mengingat bahwa ini bukan kali pertama dirinya berkelahi di sekolah, tercatat ia sudah berkelahi sebanyak 10 kali di dalam dan luar sekolah. Ibu Suryatini selalu memarahinya dan membawanya ke ruang BK, namun ia hampir tidak pernah mendengarkan guru BK dan masih saja berkelahi.
Kini ia akan menghadapi akibat yang berat sesuai janjinya dengan gurunya, yaitu jika ia berkelahi lagi maka gurunya akan mengeluarkannya dan kali ini benar-benar dilakukan oleh Ibu Suryatini.
Ibu Suryatini kemudian memberikan sebuah surat kepada Astel.
"Ini adalah surat peringatan terakhir dari Astel...setelah perayaan tahun baru dua ribu dua puluh delapan kamu akan diskors berapa hari dan jika skorsing tersebut tidak membuatmu berubah maka kami terpaksa harus mengeluarkanmu dari sekolah", jelas ibu Suryatini kemudian menggeserkan suratnya kepada Astel.
Astel pun menerima surat yang diberikan oleh Ibu Suryatini dengan wajah kecewa, tapi mau bagaimana lagi? Dia mengingkari janjinya, maka ini memang hukuman yang paling berat baginya.
"Besok setelah perayaan tahun baru, bawalah surat yang sudah ditandatangani saudaramu, maka skorsing akan dijalankan semoga kali ini menjadi pelajaran berharga untukmu, Astel."
"Baiklah, Bu.."
“Kalau begitu pulanglah sekarang dan nikmatilah kebahagiaanmu di malam tahun baru 2028 besok dan jangan terlalu banyak memikirkan hari ini.”
Walaupun Astel mendengar ucapan gurunya untuk merayakan malam tahun baru 2028 besok, hal itu tentu tidak akan mengubah suasana hatinya yang kacau karena ia diskors dari sekolah, apalagi ia harus mengantarkan surat ini langsung kepada kakak laki-lakinya yang mungkin cukup kecewa. mendengarnya.
"Baiklah, Bu, selamat tahun baru juga...", kata Astel dengan nada kecewa mulai berjalan meninggalkan ruangan.
**Lanjutan: Bab 2: Pertemuan The Ones**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Setsuna F. Seiei
Jalan ceritanya mantap!
2025-01-29
0