Belinda tersenyum puas kala mengetahui jika Ervin telah meninggalkan Clara. Dia sangat bahagia, dan berharap, jika kedepannya Ervin hanya bisa mencintai Erina seorang.
Sekarang, di sini lah, Belinda. Dia di temani oleh Herman untuk menemui Alex di restoran hotel, milik Herman.
"Jadi, kamu lulusan manajemen perhotelan?" tanya Herman menyesap milk tea miliknya.
"Iya selain bayaran yang dibayarkan oleh bu Belinda, aku juga minta kerja darinya." ujar Alex yang tidak mau rugi.
Karena Alex tahu, jika uang sebanyak apapun bisa habis. Makanya, dia meminta kerja sama Belinda, agar dia bisa menjamin kehidupannya.
Sebab Alex tahu, membuka usaha tidak semudah membalikkan telapak tangannya.
"Jadi, kenapa selama ini kamu gak bekerja?" tanya Herman lagi.
"Anda tahu kan? Bagaimana susahnya, mencari lowongan pekerjaan di negeri ini? Lebih-lebih kalo kita tidak ada relasi ataupun kenalan di sana." balas Alex dengan jujur.
"Baiklah, kalo begitu aku akan memberitahu tim HRD, mungkin mereka akan mengetes mu terlebih dahulu." terang Herman.
"Bagiku, tidak masalah. Aku bisa bekerja apa aja." balas Alex.
Hari ini, Clara kembali mengunjungi perusahaan Ervin, dia melangkah dengan percaya diri. Namun saat mendekati ruangan Ervin, Andin yang melihat Clara langsung mencegatnya.
"Maaf, pesan bu Belinda. Anda di larang memasuki ruangan pak Ervin." cegat Andin.
"Kamu mau bermasalah sama aku? Kamu tahu aku siapa kan?" ujar Clara dengan pongah.
"Tahu, mantan pacarnya pak Ervin kan?" kekeh Andin.
"Aku ini pacarnya. Aku bisa saja menyuruh Ervin memecat kamu." berang Clara.
"Eh, setahu kami semua. Pak Ervin udah nikah loh. Bahkan, istrinya jauh lebih cantik jika di bandingkan, dengan anda. Dan yang jelas, lebih aduhai." balas seorang staf lelaki yang mendengar perdebatan antara Andin dan Clara.
Andin dan staf lainnya langsung tertawa terbahak-bahak mendengar gurauan dari lelaki itu.
Muka Clara langsung memerah. Dia mengambil ponselnya, dan menelpon Ervin. Akan tetapi nomornya sudah di blokir.
"Jadi, karena panggilan mu, tidak di angkat. Silahkan keluar." usir Andin.
"Awas kamu!" ancam Clara menghentakkan kakinya.
Sepanjang perjalanan, Clara hanya bisa menggerutu. Mau ke apartemen Ervin, tentu saja dia tidak akan diizinkan untuk masuk. Apalagi, jika ke rumah Belinda.
Karena tidak ada pilihan lain, terpaksa dia menghubungi Alex. Namun, dengan beraninya Alex malah menolak panggilan darinya.
Alhasil, Clara kembali mengumpat. Sebab Alex sudah benar-benar menjauhinya.
"Temui aku di apartemen." Clara mengirim Alex pesan. Namun, hanya contreng satu. Karena nomornya, sudah di blokir oleh Alex.
...🍁🍁🍁...
Uzair, menatap ke arah mobil yang mengantarkan Belinda. Namun, yang di tunggu tidak kunjung turun dari mobil yang sama. Dan sudah di pastikan, jika Erina memang kembali tidak hadir.
Sudah satu bulan sejak Erina dan Ervin menikah. Sejak saat itulah, Erina tidak kunjung hadir di pengajiannya.
Uzair langsung curiga, apakah karena Erina tahu akan perasaan yang dipendamnya, ataukah mereka masih menjalankan bulan madu?
Uzair langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Agar pikiran kotor segera pergi dari otaknya.
"Seharusnya aku memang harus menundukkan pandanganku." sesal Uzair.
Erina sendiri sedang berbelanja untuk kebutuhan umrahnya. Dia sangat senang karena Ervin memberinya kuasa untuk memilih apapun yang diinginkannya.
"Tak apa kan? Jika aku menghabiskan uangmu?" tanya Erina melihat abaya yang harganya jutaan.
"Uangku tidak akan habis, jika kamu hanya membeli beberapa pasang baju itu." balas Ervin menyentuh tag harga.
"Sombong." gumam Erina dan Ervin mengangkat bahu abai.
Keluar dari toko baju muslimah, tak sengaja Ervin melihat toko underwear, dia salah fokus kala menatap sebuah lingerie berwarna merah terang, warna yang belum pernah dikenakan oleh Erina.
Ervin membayangkan, bagaimana penampilan Erina saat menggodanya, jika memakai baju itu. Tentu saja akan terlihat lebih seksi.
"Idih ... Pasti lagi bayangin Clara pakai baju itu." sindir Erina kala melihat langkah Ervin berhenti.
"Eh ..." Ervin langsung gelagapan, karena kepergok oleh Erina.
"Mau beli? Bukannya, kamu belum punya model, dan warna begitu?" tanya Ervin.
"Ogah ... Gak ada gunanya juga." balas Erina menarik lengan Ervin.
"Tapi, aku mau kamu memakainya untuk nanti malam." bisik Ervin.
"Percuma, orang kamu gak normal. Bahkan, tidak tergoda sedikitpun." tolak Erina memberikan alasan.
"Baiklah, aku akan memakainya. Toh kamu juga suamiku. Tapi, aku gak mau melakukannya secara cuma-cuma." ujar Erina menghentikan langkahnya.
"Maksudnya? Bukan kah, selama ini kamu memakai baju itu dengan suka rela?" tanya Ervin.
"No ,,, kamu salah besar. Selama ini, mama Belinda membayar ku." ungkap Erina.
"Hah?" Ervin melongo tidak percaya.
Erina pun memberitahu Ervin, jika dalam kurun waktu satu tahun dia bisa hamil. Maka Belinda akan menyerahkan semua apartemen yang dimilikinya di gedung yang mereka tempati, akan menjadi miliknya.
Toh, sekarang Belinda sudah memiliki harta yang cukup dari suaminya. Jadi, dia tidak lagi memikirkan tentang harta. Karena masanya untuk bermewah-mewah telah usai.
"Bagaimana jika kita wujudkan permintaan mama?" tanya Ervin berbisik.
"Tidak, aku gak mau kamu jadikan pelampiasan. Kamu begini, pasti karena masih sakit hati dengan Clara, kan?" tebak Erina.
Begitulah perempuan, dia akan menolak jika merasa kurang nyaman. Padahal, sebelumnya Erina lah yang hampir setiap malam merayu ataupun menggoda Ervin.
Setelah memastikan semua keperluannya lengkap. Erina dan Ervin beranjak pulang. Namun, sebelumnya Ervin sempat memfoto baju dinas yang dilihatnya. Dan langsung di kirim pada Andin, agar Andin bisa membelinya untuk Erina.
Karena Ervin yakin, suatu saat Erina pasti akan luluh padanya.
Malam harinya, Ervin sudah siap bersama kemeja putih yang hanya di kancing di bawahnya saja. Tiga di atasnya di biarkan terbuka, untuk memamerkan bentuk dadanya yang bisa dikatakan seksi.
Ervin menunggu Erina keluar dari walk in closet. Dia mengatur cara duduknya, agar terlihat lebih macho di mata Erina.
Namun, penampilan Erina membuatnya kecewa. Bagaimana tidak, Erina yang sebelumnya selalu memakai lingerie, malam ini lebih memilih memakai piyama.
"Kok pakai baju?" tanya Ervin berdiri dari sofa yang didudukinya.
"Jadi? Aku harus telanjang?" tanya Erina balik.
"Bukan itu, kenapa gak pakai lingerie seperti biasanya?" balas Ervin.
"Ah, sepertinya aku meriang, jadi harus memakai baju dan selimut." ungkap Erina, lalu bersin.
"Ah ... Tak sesuai rencana." batin Ervin melihat hidung dan mata Erina yang memerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
sutiasih kasih
sukurin...... saat istrimu mnggodamu... duniamu sibuk dgn clara dan clara....
2025-02-15
2
Teteh Lia
kan udah di putusin ya... masih ngaku pacal
2025-02-18
1
Ma Em
Makany Ervin sdh ada yg halal di anggurin sekarang Erina sdh tdk mau lagi pakai pakaian yg seksi lagi karena yg ada dihati Ervin hanya Clara... Clara... dan Clara
2025-02-19
0