Setuju

Disini lah, Erina. Dia tidak pernah berani bermimpi untuk menaiki mobil mewah itu. Namun, siapa sangka. Di dunia nyata, dia malah bisa merasakan betapa nyamannya mobil, yang sedang didudukinya itu.

"Jadi, di mana rumah teman mu?" tanya Belinda.

"A-anu, sebenarnya, aku mau pencarian kontrakan baru. Karena aku gak betah tinggal di kontrakan lama." ujar Erina kembali berbohong.

"Baiklah, biar aku antarkan. Aku tahu dimana kontrakan murah, dengan keamanan serta kenyamanan di nomor satukan." ujar Belinda menatap Erina yang salah tingkah.

Erina tidak berani menolak ajakan Belinda. Namun, dia mengutuk dirinya sendiri, karena telah menaiki mobil Belinda.

Perjalanan melaju dengan kecepatan sedang. Erina tidak berani bertanya saat mereka malah melewati beberapa pamflet yang bertuliskan kontrakan.

Sampai akhirnya, mereka berhenti di sebuah bangunan tingkat yang cukup besar.

Sopir langsung turun, untuk membukakan pintu untuk Belinda. Erina yang sadar diri, juga turun sebelum sopir membuka kan pintu untuknya.

"Ayo masuk ... Kamu, tolong angkat semua barang Erina." perintah Belinda menggandeng lengan Erina.

Malu bertanya sesat dijalan, itulah pepatah yang sangat cocok disematkan untuk Erina. Bagaimana tidak, sudah tahu dirinya mencari kontrakan, saat Belinda membawakan ke apartemen aja, dia malah dengan santainya ikut. Bagaikan kambing di cocok hidungnya.

"Ini nyonya, key card-nya ..." seorang wanita dengan rambut sebahu menyerahkan sebuah kartu untuk Belinda.

"Ini untukmu, mulai sekarang kamu tinggal disini." ujar Belinda dengan santai.

Mulut Erina langsung menganga. Bahkan dia enggan berkedip mendengar ucapan Belinda.

"Mari bu saya antar." ujar seorang wanita lainnya.

"Tunggu ... Maaf bu Belinda ... Aku gak mau tinggal disini, aku gak sanggup membayarnya." terang Erina dengan jujur.

Belinda tersenyum senang mendengar perkataan jujur dari Erina.

"Jangankan sebulan, mungkin dalam satu minggu pun aku gak sanggup membayarnya." batin Erina.

"Tenang aja, aku mempunyai beberapa apartemen di gedung ini. Jadi, kamu bisa tinggal disini secara gratis." ungkap Belinda menepuk bahu Erina.

"Iya, Bu Belinda memiliki tujuh apartemen disini, lima diataranya sudah disewakan." terang pegawai yang memberikan key card ke Belinda.

Bukannya senang, Erina malah semakin ingin berlari. Berlari sejauh mungkin dari Belinda, si perempuan kaya di depannya.

"Tapi, permintaanku masih sama Erina. Menikah lah, dengan putraku." pinta Belinda dengan tegas. Bahkan tidak ada senyuman disana, sehingga membuat nyali Erina menciut.

Di tempat lain, Ervin sibuk membuat sebuah desain yang akan di pamerkan di sebuah pameran. Dia ingin membuat sebuah kalung yang mewah dan elegan.

Wajah pacarnya langsung terbayang, betapa manisnya jika sang pacar akan menggenakan satu-satunya desain yang paling istimewa itu. Mungkin, akan jadi satu-satunya desain yang akan di produksi oleh perusahaannya.

Baru saja membayangkannya, sang kekasih langsung masuk ke ruangannya. Seperti biasa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Sayang, kenapa?" tanya Ervin ke menatap pacarnya yang cemberut.

"Kenapa kamu tidak mengangkat panggilan dariku?" cetusnya, berbalik tanya.

"Iya kah?" Ervin langsung memeriksa ponselnya. "Maafkan aku sayang, ponselnya silent." sesal Ervin.

"Kamu tahu gak? Aku malu loh. Tadi aku mau belanja sama teman-teman ku, aku kekurangan uang. Dan mereka menertawakan aku." adu Clara dengan melipat tangannya.

"Maafkan aku sayang, kamu butuh berapa? Biar aku kirimkan." ujar Ervin mendekati kekasihnya. Dia bahkan memeluk erat tubuh langsing bak model itu lewat belakang.

"Aku butuh lima puluh juta. Tapi, karena kmu tidak menjawab panggilan dari aku. Maka, aku mau kamu memberikan aku seratus juta." cetus Clara menghadap ke arah Ervin.

"Baiklah, aku transfer sekarang." ujar Ervin mengecup singkat bibir Clara.

Kembali ke apartemen. Belinda mengikuti jejak langkah pegawai yang mengantar Erina menuju apartemen, yang akan di huni nantinya.

"Ini, sangat luas." seru Erina merasa takjub.

Bagaimana tidak, di dalam apartemennya, terdapat tiga kamar. Dan juga ruang tamu yang cukup luas. Tak lupa, dapur yang sangat mewah.

"Jadi bagaimana? Kamu menerima tawaranku?" tanya Belinda tersenyum, kala melihat Erina yang terpesona.

"Apa?" Erina terkejut.

"Permintaanku masih sama Erina. Dan kamu tahu pasti itu." tekan Belinda.

Ingin Erina menolak dengan mempertahankan harga dirinya. Namun, otaknya malah berpikir lain. Dua sisi dalam diri Erina sedang bertarung. Yang satu, menyuruh Erina menolak tawaran Belinda. Satunya lagi, malah menyuruh Erina menerima tawaran itu.

"Baiklah, aku menerima tawaran anda." seru Erina tiba-tiba.

Belinda tersenyum, apalagi saat melihat Erina menggigit lidahnya.

"Aku hanya menerima jawaban pertama Erina. Tidak menerima penolakan." ujar Belinda menyuruh Erina untuk duduk di depannya.

Disini lah mereka, di ruang tamu yang bahkan bisa lebih luas dari satu petak kontrakan yang pernah di tinggali Erina.

"Aku hanya ingin kalian menikah. Jika ia belum mencintaimu, berarti tugas mu lah, yang membuatnya terpikat Erina. Tugasku, hanya menikahkan kalian berdua." seru Belinda.

"Satu lagi, saat kamu menikahi Ervin, berarti kamu akan menjadi istrinya selamanya. Tidak ada perceraian disana. Karena keluarga kami percaya kebahagian hanya ada pada pernikahan pertama. Kecuali, jika pasangan mereka meninggal. Baru lah, kami mencari pengganti. Dan andai Ervin menikah lagi secara diam-diam. Maka, semua hartanya jatuh kepada kamu. Dan andai kamu yang terbukti selingkuh, maka kamu menghilang didunia ini." papar Belinda membuat bulu kuduk Erina merinding.

"Bagaimana jika Ervin melakukan kdrt?"

"Jika itu terbukti, maka kamu boleh menuntut cerai, dengan semua hartanya jatuh ke tangan kamu." balas Belinda.

"Baiklah, aku terima tawaran anda." Erina mengulurkan tangannya. Dan Belinda menarik tubuh Erina untuk dipeluknya.

"Persetan dengan harga diri. Bahkan harga diriku bisa dibeli oleh mereka." batin Erina.

Esoknya, Erina kembali datang ke pasar saat jam mobil-mobil pemasok tiba. Dia langsung mengeluarkan buku kecil dari tas selempangnya. Tak lama kemudian, mobilnya langsung diserbu oleh ibu-ibu dan bapak-bapak yabg menjual di kaki lima.

Dia langsung menghitung berapa banyak orang yang mengambil barang-barang dari mobil itu. Tak lupa, dia juga meminta beberapa orang tukang pasar, untuk mengantarkan barang-barang yang dirasa berat untuk kaum hawa. Seperti kol di dalam karung misalnya.

"Ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian. Aku mohon, kalian harus membayar semua hutang kalian yang sebulan lalu. Dan untuk sayuran yang kalian ambil hari ini, aku gratiskan. Karena hari ini aku terakhir memasok sayur untuk kalian." ujar Erina dengan suara yang lantang.

Semua orang langsung heboh. Karena Erina mengatakan hal itu, saat semua sayur-mayur yang berada di mobil ludes, tidak bersisa. Karena beberapa orang tidak mengambil banyak pada Erina. Karena mereka juga mengambil di pemasok yang lain.

"Seharusnya kamu bilangnya sejak tadi. Jangan saat sayur mu habis. Aku dapat paling sedikit loh." protes seorang ibu-ibu tidak terima.

"Salah sendiri, karena anda juga mengambil di pemasok yang lain. Padahal sayur di tempat ku lengkap loh bu," balas Erina tidak mau kalah. "Dan aku tahu, alasan anda melakukan itu, karena aku pernah menegur mu, untuk membayar uang tepat waktu." lanjut Erina, membuat ibu itu bungkam.

Tak hanya ibu itu, beberapa orang lain yang hendak protes pun langsung mengurung kan niatnya.

Tak lupa, Erina juga mengumumkan alasannya, kenapa dia tidak lagi memasok sayuran. Dan semua orang langsung tercengang.

Termasuk sang sopir, yang bertugas mengambil sayur mayur dari desa-desa yang ditunjuk oleh Erina.

Jika pemasok lain membeli dari agen-agen. Erina malah datang langsung ke desa-desa dan membelinya dari tangan petani. Dan tentu saja harganya lebih mahal di bandingkan agen-agen. Karena nanti, Erina sendiri yang akan jadi pemasok, dan harganya bisa di jual sedikit lebih murah dari pemasok-pemasok lainnya.

Mengetahui kegelisahan sang sopir, Erina langsung mengajak sopir untuk ke warung. Di sana, dia langsung memberitahukan, jika nanti ada orang lain yang menggantikan dirinya. Akan tetapi, bukan lagi membawakan sayur mayur ke pasar. Melainkan, ke sebuah super market di kota mereka.

"Nanti, akan ada orang yang datang ke rumah kalian." ujar Erina tersenyum.

Sebelumnya, Erina meminta satu hal pada Belinda, tentang keberlangsungan usahanya. Dan Belinda berjanji akan memasok sayur-mayur tersebut ke supermarket kerabatnya.

Orang-orang mulai menebak, jika Erina menikah dengan duda kaya. Makanya dia bisa menggratiskan sayur mayur yang harganya bisa jutaan ini.

Setelah memastikan, semua hutangnya dibayar lunas. Erina langsung meninggalkan pasar dengan senyum yang merekah.

Di perjalanan pulang dari pasar, sebuah mobil berhenti tepat di depan Erina. Saat kaca mobil di buka, di dalam sana terlihat Belinda yang memakai kacamatanya.

Erina langsung menelan ludah. Pasalnya, Belinda sudah melarangnya untuk ke pasar.

"Masuk ..." perintah Belinda.

"Maafkan aku, bu ... Aku hanya ingin pamitan pada teman-teman, dan mengatakan perjanjian kita." Erina memberikan penjelasan.

"Kita ke mall dulu, karena nanti malam kamu akan bertemu dengan Ervin." ujar Belinda, tanpa memperdulikan penjelasan Erina. Karena dia sudah tahu, dari orang suruhannya.

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

hehehe...terjawab sudah.
pemasok sayur2an itu baru pas.
bukan tukang sayur.

2025-01-25

1

nDutz👏²²¹º

nDutz👏²²¹º

entah mengapa.. membaca ini, jiwa ku menangiiss.. 100 jt 😭😭😭

2025-01-30

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Maksud na... Belinda yang tersenyum ya, kak... 🙏

2025-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!