Bab 8: Siapa yang Mengemis?

Suasana di kediaman Duke Cedric sore itu terasa tegang, terutama bagi Carolet. Dengan langkah cepat dan penuh amarah, ia berjalan menuju ruangan Eleanor. Rambutnya yang berkilau bergoyang mengikuti gerakannya, dan sorot matanya penuh dengan kemarahan yang sudah tidak bisa ia bendung lagi.

Begitu tiba di depan ruangan Eleanor, tanpa basa-basi Carolet langsung mendorong pintu hingga terbuka lebar.

“Eleanor!” serunya dengan suara penuh emosi.

Eleanor, yang sedang duduk dengan tenang sambil membaca dokumen, hanya melirik sekilas ke arah wanita itu. Melihat Carolet yang begitu marah, ia bisa menebak dengan mudah alasan kedatangannya.

Carolet melangkah lebih dekat dengan ekspresi penuh kemarahan. “Kenapa kau belum juga memberikan izin untuk pernikahanku dan Cedric?! Apa kau sengaja ingin menghalanginya?!”

Eleanor menutup dokumennya dengan gerakan santai, lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Carolet. Bukannya marah atau tersinggung, ia justru tersenyum tipis.

“Lihat siapa sekarang yang suka mengemis,” katanya dengan nada lembut namun menusuk. “Aku atau dirimu?”

Carolet mengerutkan keningnya, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Apa maksudmu?!”

Eleanor berdiri perlahan, langkahnya anggun dan penuh kepercayaan diri. “Bukan aku yang tidak memberi izin, tapi calon suamimu yang bahkan belum secara resmi meminta izin kepadaku sebagai istri pertama. Bukankah itu lucu? Kau datang kepadaku dan memohon izin, sementara pria yang kau sebut calon suamimu bahkan belum melakukannya sendiri.”

Mata Carolet membulat, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. “Itu… itu bukan masalahnya! Cedric pasti punya alasan!”

Eleanor mengangkat bahunya acuh. “Mungkin. Tapi, dengan situasi seperti ini, sekarang siapa yang sebenarnya mempersulit pernikahanmu? Aku, atau calon suamimu sendiri?”

Kata-kata itu membuat wajah Carolet memerah karena malu sekaligus marah. Ia ingin membalas, tapi tidak tahu harus berkata apa. Untuk pertama kalinya, Eleanor tidak terlihat seperti wanita lemah yang bisa ia injak-injak.

Eleanor tersenyum tipis lalu kembali duduk, mengambil dokumennya lagi seolah percakapan ini tidak lebih dari sekadar gangguan kecil baginya.

“Jika kau ingin menikah begitu cepat, sebaiknya pastikan Cedric yang datang langsung kepadaku.”

Carolet menggigit bibirnya, sebelum akhirnya menghembuskan napas kasar dan berbalik pergi dengan penuh amarah.

Sementara itu, Eleanor hanya menatap punggungnya dengan pandangan penuh arti.

...***...

Bab 8: Siapa yang Mengemis? (Lanjutan)

Carolet melangkah keluar dengan ekspresi marah yang sulit ia sembunyikan. Genggaman tangannya begitu erat hingga kuku-kukunya hampir menembus telapak tangannya sendiri. Dia tidak percaya bahwa Eleanor yang dulu bisa ia remehkan kini berbicara seperti itu—tenang, dingin, dan penuh sindiran tajam.

Seorang pelayan yang berdiri di lorong tanpa sengaja bertemu pandang dengan Carolet dan segera menundukkan kepala, takut melihat ekspresi mengerikan wanita itu. Carolet menghela napas kasar dan melangkah cepat menuju ruang tamu tempat Duchess Rosamund, ibu Cedric, biasanya berada.

Saat Carolet tiba di sana, benar saja, Duchess Rosamund sedang duduk anggun sambil menikmati teh mahalnya. Ia mengangkat alis ketika melihat Carolet datang dengan ekspresi masam.

“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara tenang, tapi penuh wibawa.

Carolet berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. “Duchess, aku tidak mengerti mengapa wanita seperti Eleanor masih dibiarkan di sini. Dia begitu keras kepala dan tidak mau memberikan izin untuk pernikahanku dengan Cedric! Bahkan dia berani mengejekku!”

Duchess Rosamund menaruh cangkir tehnya dengan lembut. “Dia berkata apa?”

Carolet menghela napas sebelum mengulangi kata-kata Eleanor tadi, meskipun ia menambahkan sedikit dramatisasi. “Dia bilang bahwa aku yang mengemis untuk pernikahan ini! Seolah-olah aku ini wanita yang tidak berharga dan putus asa!”

Duchess Rosamund mendengus kecil. “Hmph. Perempuan bodoh itu semakin berani.”

Ia mengusap pelan pelipisnya, berpikir. Sejak kapan Eleanor bisa berbicara seperti itu? Biasanya dia hanya akan menunduk dengan wajah pucat, tersenyum malu-malu, dan menerima segala hinaan tanpa perlawanan. Tetapi sekarang? Ada sesuatu yang berbeda.

Duchess Rosamund menatap Carolet, matanya tajam. “Tidak usah terlalu dipikirkan. Cedric pasti akan menyelesaikan ini. Eleanor tidak akan bertahan lama.”

Mendengar itu, Carolet mengangkat dagunya, merasa lebih baik. “Aku harap begitu. Aku tidak akan membiarkan wanita rendahan itu menghalangi jalanku.”

Sementara itu, di ruangan Eleanor, wanita yang disebut ‘rendahan’ itu hanya tersenyum tipis sambil memandangi langit sore dari balik jendela.

‘Dulu aku mungkin memang wanita lemah yang bisa mereka injak-injak. Tapi sekarang? Aku bukan lagi Eleanor yang dulu.’

Eleanor menutup matanya sebentar, mengingat kembali kehidupan sebelumnya sebagai Siena. Sebagai seorang mata-mata, dia sudah terbiasa menghadapi musuh yang lebih licik dan berbahaya dibanding Carolet maupun Duchess Rosamund.

‘Jika mereka menganggap aku akan terus diam dan membiarkan mereka mengendalikan hidupku, mereka salah besar.’

Perlahan, senyum dinginnya semakin melebar.

...***...

Carolet melangkah cepat menuju ruang kerja Cedric dengan wajah kesal. Gaun mahalnya berkibar saat ia membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

“Cedric, aku ingin berbicara denganmu!” serunya tanpa basa-basi.

Cedric, yang sedang sibuk membaca laporan, mengangkat alis sekilas. Tanpa menghentikan aktivitasnya, dia hanya menjawab dengan suara datar, “Aku sedang sibuk.”

Carolet tidak peduli. Ia berjalan mendekat, berdiri tepat di depan meja besar yang dipenuhi dokumen. “Aku lelah menunggu! Kapan kau akan meminta izin kepada Eleanor? Aku ingin pernikahan kita segera dilaksanakan.”

Cedric akhirnya menutup dokumen yang sedang dibacanya. Matanya yang tajam menatap Carolet dengan ekspresi tanpa emosi. “Itu bisa menunggu.”

Jawaban itu seperti tamparan bagi Carolet. Rasa kesalnya semakin memuncak. “Menunggu? Cedric, aku sudah menunggu terlalu lama! Kau tahu aku tidak suka menunda sesuatu. Semakin lama kau diam, semakin banyak orang yang mulai bertanya-tanya tentang posisiku di sisi—”

Cedric memotongnya dengan nada yang lebih tegas. “Pernikahan bukan prioritas utamaku saat ini.”

Carolet terdiam sejenak, rahangnya mengeras. Ia menatap Cedric dengan penuh ketidakpercayaan. “Jadi kau lebih peduli dengan dokumen-dokumen ini daripada aku?”

Cedric menatapnya datar. “Aku lebih peduli pada urusan yang lebih penting.”

Carolet mengepalkan tangannya di samping gaunnya, berusaha menahan amarah. “Jangan bilang ini karena Eleanor. Jangan bilang kau masih mempertahankan pernikahan itu hanya karena dia.”

Cedric menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Carolet dengan tenang. “Aku tidak punya waktu untuk membahas hal ini. Jika kau ingin menikahiku, kau harus bersabar.”

Kemarahan Carolet semakin menjadi. Ia menatap Cedric seolah tidak percaya bahwa pria ini begitu santai terhadap masalah ini. Dia sudah bertaruh segalanya demi status sebagai istri Duke, dan sekarang Cedric malah bersikap seolah hal ini tidak penting?

Dengan wajah memerah karena amarah, Carolet berbalik dan melangkah keluar dengan kasar, menutup pintu dengan keras.

Cedric hanya menghela napas pelan sebelum kembali pada pekerjaannya. Sejujurnya, ia tidak peduli dengan pernikahan ini. Ia hanya ingin menyelesaikan urusan yang lebih penting.

Tanpa disadari, pikirannya teringat kembali pada Eleanor—lebih tepatnya, perubahan sikap Eleanor. Ada sesuatu yang berbeda dari wanita itu akhir-akhir ini. Sesuatu yang membuatnya mulai memerhatikannya tanpa sadar.

Episodes
1 Bab 1 - Bayangan dalam Kegelapan
2 Bab 2 - Eleanor yang Baru
3 Bab 3 - Wanita yang Dibawa Cedric
4 Bab 4 - Mempersiapkan Diri
5 Bab 5 - Menguji Kemampuan
6 Bab 6 : Hutang yang Tak Pernah Lunas
7 Bab 7: Kewaspadaan yang Terlatih
8 Bab 8: Siapa yang Mengemis?
9 Pengumuman Penting untuk Pembaca Setia!
10 bab 9 apa yang kau inginkan
11 Bab 10 sesuatu yang tidak bisa diubah
12 Bab 11 permainan kekanak-kanakan
13 Bab 12 demi sebuah keadilan
14 bab 13 rasa terimakasih
15 Bab 14 Serangan Bandit
16 Bab 15 – Keputusan Eleanor
17 Bab 16: Kesabaran yang Mulai Habis
18 Bab 17: Jarak yang Semakin Jauh
19 Bab 18: Kunjungan ke Kamar Cedric
20 19 sebuah kebetulan atau bukan?
21 bab 20 teman
22 bab 21 pelayaran
23 Bab 22 – jawaban yang ditunggu
24 Bab 23 – Hari Keberangkatan
25 bab 24 badai
26 bab 25 rasa khawatir
27 bab 26 rasa khawatir
28 bab 27 canggung
29 bab 28 tunjukan siapa dirimu
30 Bab 29 – Tiba di Varestia
31 bab 30 pemberontakan
32 bab 31 gosip yang tersebar
33 bab 32 pengecut
34 bab 33 salju pertama
35 bab 34 terpaksa
36 bab 35 apa arti kita berdua?
37 bab 36 marah
38 bab 37 janji
39 bab 38 eksekusi
40 bab 39
41 bab 40 money loan
42 bab 41 compassion
43 bab 42laughter in the afternoon
44 bab 43 sebelum semuanya terlambat.
45 bab 44 Siapa yang benar-benar kau inginkan?
46 bab 45
47 bab 46 Adik tiri?
48 bab 47
49 bab 48
50 bab 49
51 bab 50
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 - Bayangan dalam Kegelapan
2
Bab 2 - Eleanor yang Baru
3
Bab 3 - Wanita yang Dibawa Cedric
4
Bab 4 - Mempersiapkan Diri
5
Bab 5 - Menguji Kemampuan
6
Bab 6 : Hutang yang Tak Pernah Lunas
7
Bab 7: Kewaspadaan yang Terlatih
8
Bab 8: Siapa yang Mengemis?
9
Pengumuman Penting untuk Pembaca Setia!
10
bab 9 apa yang kau inginkan
11
Bab 10 sesuatu yang tidak bisa diubah
12
Bab 11 permainan kekanak-kanakan
13
Bab 12 demi sebuah keadilan
14
bab 13 rasa terimakasih
15
Bab 14 Serangan Bandit
16
Bab 15 – Keputusan Eleanor
17
Bab 16: Kesabaran yang Mulai Habis
18
Bab 17: Jarak yang Semakin Jauh
19
Bab 18: Kunjungan ke Kamar Cedric
20
19 sebuah kebetulan atau bukan?
21
bab 20 teman
22
bab 21 pelayaran
23
Bab 22 – jawaban yang ditunggu
24
Bab 23 – Hari Keberangkatan
25
bab 24 badai
26
bab 25 rasa khawatir
27
bab 26 rasa khawatir
28
bab 27 canggung
29
bab 28 tunjukan siapa dirimu
30
Bab 29 – Tiba di Varestia
31
bab 30 pemberontakan
32
bab 31 gosip yang tersebar
33
bab 32 pengecut
34
bab 33 salju pertama
35
bab 34 terpaksa
36
bab 35 apa arti kita berdua?
37
bab 36 marah
38
bab 37 janji
39
bab 38 eksekusi
40
bab 39
41
bab 40 money loan
42
bab 41 compassion
43
bab 42laughter in the afternoon
44
bab 43 sebelum semuanya terlambat.
45
bab 44 Siapa yang benar-benar kau inginkan?
46
bab 45
47
bab 46 Adik tiri?
48
bab 47
49
bab 48
50
bab 49
51
bab 50

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!