Ch ~

Kahfi menghela napas panjang, lalu melangkah ke kamar mandi. Suara pintu yang dibuka dan tertutup pelan terdengar, diikuti oleh suara botol-botol yang diambil dari rak kamar mandi.

Syanas yang masih berdiri dengan penuh amarah di tengah kamar, melirik curiga. Apalagi yang dilakukan Kahfi? separuh penasaran, separuh takut.

Tidak lama Kahfi kembali ke ruangan dengan membawa beberapa botol di tangannya. Botol sabun mandi, cairan pembersih lantai, dan sebotol Baygon kecil. 

Ia juga mengeluarkan obat nyamuk listrik dari lemari, lalu meletakkannya di atas meja dengan gerakan tenang, hampir seperti sedang mempersiapkan sesuatu yang penting.

“Silahkan,” ucap Kahfi dengan nada datar, menatap langsung ke mata Syanas. “Kalau kamu benar-benar serius mau mengakhiri semuanya, pilih salah satu dari ini. Aku nggak akan menghalangi.”

Syanas memandang botol-botol yang Kahfi letakkan di meja dengan mata membelalak. Ia tidak menyangka ancamannya ditanggapi dengan cara seperti ini. Jantungnya berdegup kencang, dan lidahnya kelu sejenak. Namun, ia bukan orang yang mudah mundur.

“Lo pikir gue main-main?” tantangnya, meskipun hatinya sebenarnya gemetar.

Kahfi hanya mengangkat bahu. “Kalau itu yang kamu pikirkan silahkan. Tapi aku yakin kamu lebih cerdas dari itu. Hidupmu terlalu berharga untuk diakhiri dengan hal sepele seperti ini.”

Kata-katanya tenang, namun tatapan matanya tegas. Syanas terdiam sesaat, mencari celah untuk membalas. Ia melirik jendela kamar, lalu menunjuk ke arah balkon.

“Gue lebih baik lompat aja, biar selesai semua ini!” serunya menakuti Kahfi.

Namun, Kahfi tetap berdiri di tempat sambil membuka jalan, ia tidak terlihat panik. “Silahkan. Tapi aku nggak akan menghalangi kamu lagi. Kalau itu keputusanmu lakukanlah. Kalau butuh bantuan dengan cara lebih ekstrim aku juga bisa.”

Dalam sekejap, Syanas membeku. Ia tidak percaya Kahfi benar-benar tidak bereaksi terhadap ancamannya. Biasanya, lelaki yang ia tantang akan segera panik, mengalah, atau menyerah di bawah tekanan emosinya. Tapi Kahfi berbeda, wajahnya tetap tenang, meskipun jelas terlihat ketegasan dalam sorot matanya.

Syanas melirik sekilas ke arah pintu kamar, dan tanpa pikir panjang, ia langsung berlari. Tubuhnya yang gesit membuatnya melesat menuju pintu dengan cepat. Dalam satu gerakan, ia membuka pintu kamar dan melangkah cepat.

“Syanas! Berhenti!” Kahfi berteriak keras, nadanya penuh peringatan. Ia benar-benar terkejut melihat tindakan nekat perempuan itu. Tanpa ragu, ia meraih kain panjang di dekatnya dan mengejar Syanas.

Namun, Syanas tidak menghiraukan teriakan Kahfi. Ia terus berlari melewati lorong rumah, menyadari bahwa dirinya berada di lantai dua sebuah rumah dengan arsitektur yang didominasi nuansa religius, dengan ornamen ukiran kayu menambah kesan tradisional dan sakral.

Tangga di depannya terlihat besar, dengan jarak langkah yang cukup lebar. Syanas melangkah turun dengan tergesa-gesa, hampir terpeleset karena terlalu cepat. Tapi ia tidak peduli. Yang ada di pikirannya hanyalah melarikan diri sejauh mungkin dari pria yang membuatnya merasa kalah dan tidak berdaya.

“Syanas! Hentikan!” Kahfi berteriak lagi, kini sudah berada di dekat tangga sambil memegang kain panjang di tangannya. Tatapannya penuh kegelisahan, bukan hanya karena tindakan ceroboh Syanas, tetapi juga karena pakaian perempuan itu yang sangat minim dan mengundang perhatian.

Kahfi yang berdiri beberapa langkah dari mereka langsung berteriak ke arah Sahnum, adiknya, yang baru saja keluar dari dalam kamar di lantai bawah dengan wajah bingung melihat keributan itu.

“Sahnum! Tutup pintu utama sekarang. Jangan biarkan siapa pun masuk,” perintah Kahfi tegas.

Sahnum mengerutkan dahi, sedikit ragu, tapi segera melangkah cepat menuju pintu utama. Ia memastikan pintu itu terkunci rapat, lalu kembali berdiri tidak jauh dari keributan antara kakaknya dan kakak iparnya.

Syanas yang melihat pintu utama terkunci semakin panik, pandangannya langsung tertuju pada seorang perempuan paruh baya yang baru saja keluar dari kamarnya. Perempuan itu mengenakan gamis longgar dengan hijab rapi yang membingkai wajah teduhnya.

Tanpa berpikir panjang, Syanas berlari ke arah perempuan itu, berlindung di belakang perempuan itu sambil berteriak, “Tolong aku Bu! Dia mau memperkosaku subuh-subuh begini!” Syanas menuduh Kahfi supaya mendapatkan perlindungan dari perempuan di hadapannya itu.

Aminah hanya menatap tenang ke arah Syanas, tanpa ekspresi terkejut. Ia mengenali Syanas sebagai menantu barunya, istri dari anak sulungnya, Kahfi. Namun, Aminah tetap diam, masih dalam kebingungan. 

Tak lama kemudian, Kahfi muncul di ujung tangga dengan napas terengah-engah, menggenggam kain panjang di tangannya. Tatapannya langsung terarah ke Syanas yang masih bersembunyi di belakang Aminah.

“Syanas,” ujar Kahfi dengan nada rendah namun tegas. “Kembali ke kamar sekarang.”

Syanas menggeleng keras. “Gue nggak mau!”

Kahfi melangkah mendekat, matanya tetap menatap lurus ke arah Syanas tanpa menghiraukan ibunya yang berdiri di antara mereka. “Kembali ke atas sekarang Syanas.”

Aminah yang sejak tadi hanya diam akhirnya membuka suara, nada suaranya lembut namun penuh ketegasan. “Kalian ini kenapa sih ribut pagi-pagi begini? Apalagi kamu Nak Syanas. Sebagai istri, melayani suami itu sudah menjadi kewajiban. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik, jangan seperti ini.”

Syanas menatap Aminah dengan ekspresi penuh emosi, lalu menjawab lantang, “Aku nggak mau Bu! Aku nggak sudi melakukan itu! Aku nggak peduli dengan yang namanya kewajiban istri!”

Mendengar jawaban itu, Aminah hanya menghela napas panjang, sementara Syanas kembali berlari ke arah lain, mencoba mencari pintu lain untuk kabur.

Namun Kahfi dengan sigap mengejarnya. “Syanas, berhenti! Jangan bikin semuanya semakin sulit!” serunya dengan nada tegas.

Syanas tidak menghiraukan Kahfi, terus mencari jalan keluar sambil sesekali melirik ke belakang untuk memastikan Kahfi tidak mengejarnya. Malahan sebaliknya rumah besar dengan banyak ruangan itu menjadi arena kejar-kejaran mereka.

Kahfi akhirnya berhenti sejenak, mengatur napas sambil berkata dengan suara keras, “Syanas, cukup! Ikuti perkataanku sekarang juga!”

Namun, keributan itu membuat suasana di rumah semakin kacau. Sahnum memutuskan untuk bertindak. Ia membuka pintu kamarnya dan berdiri di ambang pintu, memanggil Syanas. “Mbak Syanas! Masuk ke kamar aku dulu! Cepat!”

Syanas yang sudah kelelahan akhirnya mengubah arah dan melangkah cepat ke kamar Sahnum. Begitu Syanas masuk, Sahnum menutup pintu rapat-rapat, memisahkan Kahfi, dan Syanas.

Sahnum berdiri di depan pintu kamarnya, menatap Kahfi yang terlihat kesal namun mulai mencoba menenangkan diri. “Biarkan aku aja yang ngomong sama mbak Syanas. Kakak istighfar dulu, tenangkan hati. Aku yakin dia cuma butuh waktu untuk menenangkan diri juga.”

Kahfi memejamkan mata, mengucapkan istighfar pelan-pelan sambil mengepalkan kain panjang yang sedari tadi dipegangnya. Setelah beberapa saat, ia mengangguk pelan.

“Kalau begitu aku titip dia sama kamu. Tolong nasehati dia. Ajari dia juga untuk menutupi auratnya dengan baik. Ini rumah kita, bukan tempat yang bisa seenaknya dia masuki dengan pakaian seperti itu.”

Sahnum mengangguk pelan, memegang pintu kamarnya dengan tangan yang sedikit gemetar, merasakan beban tanggung jawab yang besar. “Iya Kak. Aku akan coba bicara dengannya,” jawabnya dengan suara pelan namun penuh kesungguhan.

Terpopuler

Comments

dika edsel

dika edsel

gus istrimu luar biasa yah..,bersabarlah dan ingat ini, istri yg berperilaku baik itu jrg membuat sejarah..,hah aku penasaran kenapa bisa seorang gus kafhi yg subhanallah bisa menikahi seorang yg perempuan yg astaghfirullah.. kenapa mau gus pdhl bnyak tuh putri2 kyai yg berjejer?? ini pilihan mu loh hrs sabar dan jgn tantrum..,oh ya awas klo ada acara perpoligamian disini..no..no..!!

2025-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!