03 — CC

Beberapa hari kemudian.
Haeri jadi sudah benar benar terbiasa melakukan kedua pekerjaan Part timenya.
Karena memiliki jam kerja yang tidak bentrok dengan jadwal mata kuliahnya juga.
Rayn
Rayn
Haeri?
Haeri yang sedang mengelap meja seketika terhenti dan menoleh ke arah orang yang memanggilnya.
Haeri menatapnya dari atas sampai bawah, Rayn memakai arpon pekerja yang sama dan memegang kain lap di tangannya.
Haeri
Haeri
(Rayn Part time disini juga?)
Sebenarnya Rayn adalah pemilik cafe dimana Haeri bekerja, tetapi ia sering berbaur dengan pekerja yang lain jadi tidak heran jika sering di anggap bekerja disini.
Rayn
Rayn
Hei, kok malah ngelamun sih?
Rayn
Rayn
kamu kelelahan ya?
Haeri
Haeri
Namanya juga kerja ya pasti lelah
Rayn
Rayn
Ada kok pekerjaan yang ga bikin lelah
Rayn
Rayn
Dan ga butuh banyak tenaga
Haeri
Haeri
Kerja apa?
Rayn
Rayn
Jurusan kita, Psikolog
Rayn
Rayn
Kalau jadi psikiater kan cuma ngomong dan jadi pendengar yang baik
Haeri menghela nafasnya dan kembali mengelap meja.
Haeri
Haeri
Lebih tepatnya memahami pasien
Haeri
Haeri
Diri sendiri aja sulit di pahami, apalagi diri orang lain
Rayn
Rayn
Ya itu, Makannya kita belajar buat mengenal emosi
Rayn
Rayn
dan tujuannya buat memahami orang kan?
Haeri hanya berdeham singkat, ia tidak ingin melanjutkannya.
Karna ia dan Rayn itu berbeda.
Haeri masuk jurusan Psikolog untuk dirinya, perasaanya dan emosinya.
Dia ingin memahami semua itu agak ia tau cara untuk benar benar hidup bahagia sebagai manusia.
Seperti orang orang di sekitar yang ia lihat bisa dengan mudah untuk tersenyum dan terlihat ceria
Memikirkan banyak hal membuat pekerjaan Haeri tanpa sadar sudah selesai ia lakukan, Hari juga sudah berganti malam.
Rayn
Rayn
Haeri, Sana ganti pakaian
Rayn
Rayn
Udah jam ganti shift nih
Haeri langsung mengangguk.
Haeri
Haeri
Rayn ga ganti baju juga?
Rayn
Rayn
Kamu duluan aja nanti aku nyusul
Tidak ingin lebih banyak basa basi lagi Haeri pergi untuk berganti pakaiannya dan langsung pulang.
.....
Disisi lain luar cafe, Javiro yang ingin masuk jadi menahan pintu Cafe karena dia berpapasan dengan seseorang yang ingin keluar.
Itu adalah Haeri.
Keduanya tampak ragu untuk menyela di antara pintu, Tapi dengan gestur tangan Javiro menyuruhnya untuk duluan.
Javiro
Javiro
Silahkan
Haeri sedikit membungkukan tubuhnya untuk berterima kasih dan tetap menghormati seseorang yang ia anggap customer cafe.
Haeri langsung melewatinya, Harum yang terasa manis menyapa indra penciumannya Javiro.
Javiro pikir ia sudah melupakannya tapi sepertinya tidak.
Walaupun sudah beberapa hari tidak bertemu Javiro masih mengingatnya.
Mengingat perasaan saat jantungnya berdebar aneh ketika menatap si pirang itu, Javiro jadi sedikit penasaran.
Sepertinya ini pertemuan yang kedua atau ketiga, jika ini yang ketiga seharusnya mereka akan segera berjodoh.
Rayn
Rayn
Mau sampai kapan nahan pintunya?
Javiro
Javiro
Eh iya, lupa
Javiro langsung masuk ke cafe dan berjalan menuju tempat pemesaran, melewati Rayn yang meliriknya agak sinis.
Rayn
Rayn
(Ini orang tadi ngeliatin Haeri?)
Rayn
Rayn
(Tatapannya sama kayak waktu itu)
Walaupun Rayn sering melihat Javiro yang merupakan teman tunangannya, tapi ia tidak tau dengan jelas soal sifatnya.
Dan jika membandingkan dengan tunangannya, mungkin akan sedikit berbahaya.
Apalagi mereka masih satu lingkaran pertemanan, karena dari sisi Rayn tunangannya terkesan cuek dan dingin.
....
Pada Saat sampai di rumahnya tepat di depan pintu masuk Haeri jadi teringat sesuatu.
Sesuatu yang baru terjadi tadi membuat Haeri bergumam tanpa sadar.
Haeri
Haeri
Pengen ada yang bukain pintu ini
Itu wajar saja sebenarnya, karna Haeri juga ingin punya seseorang yang membukakan pintu untuknya dan menanyakan bagaimana hari yang sudah ia lewati.
Jika di simpelkan Haeri benar benar membutuhkan sebuah keluarga, tapi sepertinya tidak untuk kehidupannya kali ini.
Haeri menghela nafas berat sambil mendorong pintunya, ia masuk dan melihat kenyamanan rumahnya yang tampak rapi, sepi dan senyap.
Menutup pintu tanpa berbalik, Haeri melemaskan kakinya dan duduk di lantai sebari menyandarkan punggungnya ke pintu.
Ia membenamkan wajahnya di antara lututnya yang ia peluk erat.
Haeri tidak ingin menangis, ia hanya merasa lelah saja.
Lagipula jika melakukannya untuk apa air mata yang akan ia keluarkan?
Itu tidak akan mengembalikan atau membuatnya mendapatkan sesuatu, apapun itu bahkan sekecil debupun tidak akan ia dapatkan dari tangisannya.
Jadi, biarkan Haeri dalam posisi itu.
Dia akan segera ke kamarnya ketika rasa lelah dan sesak di dadanya mereda.
....
Terpopuler

Comments

Ry

Ry

icikiwir, aku pun pernah berpikir begitu, tapi sayang banget harapannya dipatahkan ketika pertemuanku yang ketiga, ternyata dia sudah bersama gandengannya wkwk/Sleep/

2025-01-11

7

~R@tryChayankNov4n~

~R@tryChayankNov4n~

kyknya klo javiro lbh ke bar2 c drpd cuek/dngin🤭🤭🤭

2025-01-11

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!