ORIGIN ARCLIGHT
Pagi yang cerah, dimana bunga-bunga bermekaran, seorang anak masuk ke ruang kelas bersama seorang guru, ia tidak langsung duduk, ia berdiri di depan kelas, nampaknya ia adalah seorang murid baru.
matanya cerah, senyumnya ramah, kemudian ia menyapa seluruh murid yang ada di sana “Perkenalkan, namaku Arda. Salam kenal!” sapa Arda dengan sopan.
Para murid membalas sapaan Arda dengan ceria, kemudian salah satu murid bertanya "sebelum berada di sini, kamu tinggal dimana?" tanya salah satu murid kepada Arda.
Arda sedikit menunduk, kemudian ia membalas "sebelum berada di SMA ini, saya tinggal di kota Durses, dan karena pekerjaan orang tuaku, aku terpaksa pindah dari SMA sebelumnya dan melanjutkannya di SMA kota Yunda ini, terimakasih sudah bertanya" jawab Arda.
Ia dipersilahkan duduk di kursi kosong yang berada di pojok kelas. tepat depannya duduk seorang siswa berambut gondrong.
Ia berbalik, menghadap Arda dengan senyum “Yo, salam kenal. Aku Riko,” sapanya dengan santai dengan mengulurkan tangannya.
Arda sedikit gugup, namun ia memberanikan diri untuk membalas “E-eee salam kenal, aku Arda” balas Arda sembari menjabat tangannya.
Di sebelah kiri Arda, duduk seorang siswi dengan rambut unggu gelap, ia menyapanya dengan ramah.
“Halo Arda, aku Luna,” sapa seorang gadis itu dengan senyum manis.
“Ha—” belum sempat Arda membalas, guru yang berdiri di depan kelas langsung menegur mereka.
“Arda, tunggu istirahat baru kalian mengobrol ya! ” tegur sang guru dengan nada santai namun tegas.
Beberapa jam kemudian, bel istirahat berbunyi. Arda, Riko, dan Luna pun pergi ke kantin bersama, mereka duduk di satu meja dan mulai berbincang dengan santai.
“Oh ya, hobi kamu apa, Arda?” tanya Riko sambil menyantap mie
“Ya, apa yang kamu sukai?” tanya Luna yang duduk di samping Arda
“Hmm, aku suka bermain badminton,” jawab Arda ramah
Mereka pun berbincang dan tertawa bersama. Namun waktu terasa singkat, banyak hal yang telah terjadi dari pertemanan mereka, namun mereka tetap setia satu sama lain, dan tanpa mereka sadari, mereka sudah naik ke kelas 11 dan semakin akrab, di suatu sore, Arda, Riko, dan Luna sedang bersantai di apartemen Arda seperti hari biasanya sepulang sekolah, mereka membahas masa depan dan sesekali bermain game di sana.
Riko yang duduk di sofa kemudian menoleh kearah Arda yang sedang lesehan di lantai “Eh Arda, kau tahu mau kerja apa saat sudah lulus?” tanya nya penasaran.
Arda berdiri, senyumnya menandakan bahwa ia sangat yakin “Hahaha! Udah lah, aku mau jadi arsitek!” jawab Arda sambil membusungkan dadanya dengan bangga.
mendengar hal itu, Riko mengkerutkan alisnya “Halu, jauh banget dari hobimu dulu haha!” balas Riko dengan tawa sembari menepuk pundak Arda dengan ramah.
“Cita-citamu bagus, Arda,” kata Luna sambil tersenyum
Arda yang tersipu malu menggaruk kepalanya “Haha, terima—"
BRRAAKK!!
Belum sempat Arda menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba gempa kecil mengguncang apartemen. Mereka bertiga spontan berlari keluar untuk melihat situasi.
Pemandangan yang mereka lihat sungguh mengerikan—makhluk-makhluk aneh dengan bentuk abstrak memenuhi kota.
“I-Ini... makhluk apaan ini?!” Pupil mata Luna mengecil menatap kekacauan kota
“I-ini bukan makhluk yang pernah kulihat...” gumam Riko ngeri
Arda sempat terdiam, matanya kosong sesaat, namun tiba tiba Arda berteriak, “Riko! Luna! Masuk lagi ke apartemen! Aku akan membuat penghalang di tangganya!”
“Tapi—”
“Cepat!!” bentak Arda dengan tegas
Riko dan Luna melihat ada yang aneh dengan tingkah Arda yang tiba-tiba seperti ini, namum akhirnya mereka menuruti arahan Arda dan masuk kembali ke apartemen.
“Sepertinya tidak cukup kalau hanya menutup tangga ini...” Arda melirik ke arah kapak darurat
Ia segera mengambil kapak itu dan menghancurkan baut yang menahan tangga ke atas agar tidak bisa menopang berat lagi. Setelah itu, ia mendorong lemari besar untuk menutup jalan tangga.
“sekarang satu-satunya jalan keluar dari gedung ini adalah lewat atap.” gumam Arda
Arda kembali masuk ke apartemennya. Suara lolongan dan jeritan makhluk-makhluk itu terdengar dari bawah gedung.
“Makhluk apa itu?” tanya Riko
“Entahlah... Oh ya, Riko, coba cari informasi tentang makhluk ini,” ucap Arda.
“A-aku... kita harus apa?” tanya Luna panik
“Tenanglah, Luna. Kita pasti akan selamat!” Arda mencoba menenangkan mereka
Tak lama kemudian, Riko berhasil menemukan berita bahwa makhluk itu menyerang warga di seluruh negri, bahkan sepertinya akan semakin meluas sampai ke luar negeri, untuk sementara nama dari makluk itu adalah Mutant dan fenomena ini menjadi sorotan global.
Arda terdiam sejenak, tatapannya kembali kosong, namun kembali normal lagi“Tak... mungkin...” gumam Arda
“Kalau begitu... bagaimana dengan orang tua kita?!” tanya Luna cemas
“Ya! Orang tua kita!” Riko spontan berdiri dan hendak keluar, namun Arda menahannya
“Riko! Tahan! Aku tahu mereka juga dalam bahaya, tapi kalau kau gegabah, justru kau yang akan dalam bahaya!” Arda menahan tangan Riko
“Biarkan! Yang penting aku bisa menyelamatkan mereka! Lepaskan aku!!” Riko memberontak
“Arda benar. Riko, tahan sebentar. Keselamatan kita nomor satu. Mungkin juga mereka sudah dievakuasi pemerintah. Lagi pula, orang tua kita tinggal di pemukiman kecil, mereka mungkin akan selamat,” ucap Luna mencoba menenangkan
Riko terdiam dan termenung, terlihat sedikit tenang, namun masih di hantui cemas.
“Tempat ini bisa jadi makin berbahaya... Kita harus naik ke atap untuk melindungi diri,” ujar Arda tegas
“Setuju!” sahut Luna
“Terserah... aku ikut kalian,” Riko akhirnya setuju
Mereka pun bersiap. Masing-masing membawa senjata seadanya seperti pisau dapur, juga tas, peralatan serbaguna dan makanan.
Arda kemudian mengenakan jaket hitamnya, bukan cuma untuk gaya gayaan, tapi jaket ini memiliki bahan yang tebal dan kuat mirip seperti seragam tentara, jadi untuk jaga jaga saja, begitupun dengan Riko dan Luna.
Setelah berada di atap, mereka mendengar suara makhluk itu berhasil masuk ke dalam apartemen dan mulai mengejar mereka bertiga.
“Aku akan mengunci pintu atap ini!” seru Arda
Ia cepat-cepat mengunci pintu. Goresan dan dentuman keras terdengar dari balik pintu, tapi untuk sementara, mereka aman.
“Untuk sementara... kita aman,” ucap Arda menarik napas lega
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama sebuah helikopter mendekat ke arah gedung mereka... lalu tiba-tiba kehilangan kendali dan jatuh tepat di pintu atap tempat sebelumnya Arda mengunci mutant itu.
BOOOOMM!
Asap mengepul tebal. Dari balik kabut itu, siluet dua orang muncul.
“Sial! malah jatuh, helikopter sialan!” gumam suara wanita dari dalam kepulan asap dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments