Bab 14: Doa Seorang Ibu
Malam itu, sepulang dari tempat kerjanya, Rini merasa tubuhnya lelah luar biasa. Ia menyandarkan tas kerjanya di sudut ruangan dan melihat ke arah kedua anaknya yang biasanya menyambutnya dengan senyuman. Namun, malam ini terasa berbeda.
Aditya duduk di samping Nayla, yang terbaring di atas kasur tipis mereka. Wajah Nayla memerah, napasnya terdengar berat, dan sesekali ia batuk dengan suara yang mengkhawatirkan.
“Ibu, Nayla sakit,” ujar Aditya pelan, suaranya penuh kecemasan.
Rini segera mendekati Nayla. Ia meraba dahi anaknya dan terkejut merasakan panas yang tinggi. “Ya Allah... Nayla, kenapa nggak bilang ke Ibu?” tanyanya sambil menggenggam tangan kecil anaknya.
Nayla membuka matanya yang tampak lelah. “Ibu... aku nggak enak badan,” gumamnya lirih. Batuk keras menyusul, membuat Rini semakin panik.
Napas Nayla tersengal-sengal, dan ia terlihat begitu lemah. Batuknya terdengar berat, disertai dahak yang kadang bercampur darah. Tubuh kecilnya gemetar, dan setiap gerakan tampak menyakitkan.
“Ibu... sakit banget...” bisik Nayla, memegang dadanya dengan tangan kecilnya.
Rini merasakan hatinya hancur. Air matanya menggenang saat melihat putrinya menderita seperti itu. Ia memeluk Nayla dengan erat, berusaha menenangkan dirinya sendiri sekaligus memberikan rasa nyaman kepada anaknya.
“Sayang... Ibu di sini. Jangan takut, ya. Ibu nggak akan biarkan kamu sendirian,” ucap Rini sambil terisak.
Namun, di benaknya, Rini tahu bahwa Nayla membutuhkan perawatan medis. Ia ingin membawa Nayla ke rumah sakit, tetapi uang di dompetnya bahkan tidak cukup untuk membayar biaya pendaftaran.
Aditya menatap ibunya dengan cemas. “Ibu, Nayla bakal baik-baik aja, kan?”
Rini hanya bisa mengangguk, meskipun hatinya penuh keraguan. Ia mencoba memberikan wajah tenang di depan anak-anaknya, tetapi di dalam, ia merasa hancur.
“Nayla, dengar ya,” kata Rini sambil mengusap rambut Nayla. “Kamu anak yang kuat. Ibu sayang banget sama kamu. Ibu janji, kamu akan sembuh. Jangan pernah takut, ya, Nak. Allah selalu menjaga kita.”
Nayla menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Ibu... aku nggak mau sakit lagi. Aku mau main sama Kak Aditya...”
Rini menahan tangisnya agar tidak pecah. “Iya, Sayang. Kamu pasti sembuh. Ibu janji.”
Setelah menenangkan Nayla, Rini berdiri dan berjalan ke kamar kecil mereka. Ia menutup pintu pelan-pelan agar tidak membangunkan anak-anaknya. Di sana, ia bersujud di atas sajadah yang sudah lusuh.
“Ya Allah... aku mohon, sembuhkan Nayla. Jangan biarkan dia menderita seperti ini,” isaknya. Air mata jatuh membasahi sajadah. “Aku tahu kami miskin, aku tahu aku bukan ibu yang sempurna. Tapi, ya Allah, aku mohon belas kasihan-Mu. Anak-anakku adalah segalanya bagiku. Jangan ambil mereka dariku. Aku mohon...”
Doanya terus mengalir. Ia memohon kepada Allah dengan segenap hati, berharap mukjizat datang untuk menyembuhkan anaknya.
Di luar kamar, Aditya duduk di samping Nayla, menggenggam tangan kecil adiknya. Meski masih kecil, ia tahu betapa berat beban yang ditanggung ibunya. Ia hanya bisa berharap ibunya tetap kuat, dan Nayla segera sembuh.
Malam itu, Rini berdoa hingga tubuhnya lelah. Air matanya mengering, tetapi hatinya tetap penuh harapan. Ia tahu, hanya Allah yang dapat memberikan kekuatan dan jawaban atas doanya
Setelah itu Rini menenangkan Nayla dan berkata kepada Nayla:"
Nak,cepat sembuh yah.Allah pasti menolong kita ibu juga tahu,kita ini orang miskin jauh dari kata sempurna tapi yang penting kita masih bisa makan. Semoga kamu tidak kenapa-napa yah nak ? Tidur yah nak
dia tersenyum pada Nayla"
Nayla berkata pada ibunya dengan mata berkaca-kaca:"
mah,Nayla sembuh gak?"
Rini menjawab pertanyaan putrinya:"
sembuh,nak pasti Allah akan menolong jangan khawatir walaupun kita susah,Allah pasti menolong kok"
Aditya melihat kearah adiknya dan berkata:"
Dengerin,kata ibu Nayla "
Nayla mengangguk pelan dengan lemas dan berkata pada ibunya:"
Nayla tidur dulu, yah Bu.?"
Rini tersenyum lembut dan mengelus kepala Nayla:"
tidur yah nak,"
*Nayla pada akhirnya tidur*
Lalu Rini bertanya pada dirinya sendiri
apakah dia mampu bertahan dari kondisi ini?
atau kah ada rencana Allah yang lebih besar untuk mereka Rini hanya berada pada kecemasan berharap esok akan lebih baik untuk putrinya
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments