Labirin cinta?

Di atas panggung, di sebelah adik Rhaell, pendangan Arlo menyapu ruangan dan berhenti sejenak. Mata gelapnya bertemu dengan netra indah perempuan yang sedang mengenakan masker pemberiannya.

Waktu seakan berhenti. Hanya tatapan mata mereka berdua yang terhubung. Udara di ruangan terasa dingin dan tekanan di dada Rhaell semakin kuat. Ia ingin menghindar namun rasanya tidak mungkin. Tatapan Arlo terlalu kuat. Terlalu menguasai.

Setiap detik terasa seperti keabadian. Hanya ketika Arlo mengangguk kecil, gerakan yang hampir tak terlihat, mantranya baru terputus. Ia mengalihkan perhatiannya pada Edgar.

Prosesi penyerahan beasiswa berlangsung khidmat dan lancar. Acara pun berakhir, para hadirin berhamburan meninggalkan auditorium. Termasuk dua kakak beradik ini.

Edgar bersemangat bercerita tentang beasiswanya, ia tidak menyadari ketegangan yang dialami kakaknya beberapa menit yang lalu.

“Keren, kan, Cia?” ujar Edgar dengan mata yang berbinar-binar. “Aku akhirnya dapet beasiswa kuliah kedokteran!” Ia menunjukkan piagam beasiswanya kepada Rhaell dengan bangga.

Rhaell tersenyum, mencoba menunjukkan kegembiraannya kepada adiknya. “Iya, Gar. Cia bangga banget sama kamu.” Ia memeluk Edgar dengan hangat, mencoba menghilangkan beban di hatinya.

Arlo yang sedari tadi memperhatikan mereka, menahan Rhaell untuk tidak keluar dari auditorium yang sudah sepi. "Tunggu sebentar," katanya, suaranya rendah dan berat, namun lembut.

Rhaell menoleh kebelakang, tatapan Arlo masih membekas, intens dan penuh makna. Ia tak bisa menolak, ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatnya terpaku.

“Cia, ini aku dapet pesan dari Bu Miska… katanya ada yang mau dibahas, jadi aku harus ke kantor dulu. Cia nggak apa-apa kan, nunggu di taman?.” Edgar memasukkan kembali ponselnya ke kantong, sepertinya ia tidak mendengar ucapan Arlo pada Rhaell barusan.

“Pak Arlo, terima kasih banyak atas beasiswa ini… saya akan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.” Edgar tampak sedikit canggung, lalu buru-buru berpamitan pada keduanya dan berlari menuju ruang guru.

Arlo mengamati kepergian Edgar dan keheningan yang menyelimuti mereka, terasa lebih berat dari sebelumnya.

Lelaki dengan balutan jas hitam itu seakan memiliki jeda waktu untuk membaca setiap pikiran dan emosi yang tersembunyi di balik topeng ketenangan Rhaell.

“Cia?” Arlo bertanya. Tatapannya intens namun Rhaell tidak menghindar.

“Ah… itu panggilan kecilku,” jawab Rhaell, suaranya tenang dan datar, tanpa sedikit pun keraguan.

“Panggilan kecilmu?” Arlo mengulang, menunjukkan rasa ingin tahunya. Ia melangkah mendekat, tapi Rhaell tidak mundur. Ia berdiri tegak, menunjukkan bahwa ia tidak mudah terintimidasi.

“Ya,” jawab Rhaell, tegas. “Dan apa urusanmu dengan itu?”

Arlo terdiam sejenak, ia sudah menyangka akan mendapat respon seperti itu. Respon dari wanita yang membuatnya terkesan karena kekuatan dan kepercayaan dirinya.

“Ceritakan lebih banyak, Rhaell,” kata Arlo, suaranya sedikit berubah, menunjukkan rasa hormat yang baru muncul, menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan wanita yang tidak mudah ditaklukkan.

Rhaell tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh arti. “Aku yakin kamu sudah punya banyak informasi tentangku,”katanya, suaranya tenang namun tajam.

“Dan kalau kamu ingin tahu lebih banyak,” Rhaell melanjutkan, jari-jarinya memainkan ujung masker yang menutupi sebagian wajahnya, “kamu harus berusaha lebih keras daripada sekadar bertanya.”

“Kamu tahu, Rhaell. Kamu seperti di ujung labirin,” kata Arlo akhirnya, suaranya terdengar sedikit frustrasi. “Sulit untuk menemukan jalan menuju kamu.” Ia melangkah mendekat, jarak di antara mereka semakin menipis.

Di balik maskernya, Rhaell tersenyum tipis, “Itu yang membuatku menarik, bukan?” katanya, suaranya lembut namun penuh semangat.

Dalam hati kecilnya, Arlo setuju pada ucapan Rhaell barusan. Ia semakin merasakan ketertarikan yang kuat, bercampur dengan frustasi dan tantangan.

Rhaell adalah sesuatu yang baru baginya, sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan. Dan itulah yang membuatnya semakin penasaran.

“Aku akan segera keluar dari labirin ini, Rhaell,” kata Arlo, suaranya terdengar seperti membara. “Percayalah.” Ia menatap Rhaell dengan tatapan yang penuh tekad dan sedikit... kerinduan.

Dalam sekejap, ia meraih masker yang menutupi wajah Rhaell dan dengan lembut membukanya. Rhaell terkejut, matanya membesar saat ia merasakan sentuhan lembut Arlo. Namun, sebelum ia sempat bereaksi, Arlo sudah mengecup singkat bibirnya.

Momen itu terasa seperti petir yang menyambar, menggetarkan seluruh tubuh Rhaell. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Rasa hangat menyebar di pipinya, dan jantungnya berdegup kencang. Arlo menarik diri secepat ia mendekat, menatap Rhaell dengan tatapan yang penuh arti.

...****************...

Mobil mewah Arlo melaju mulus di jalan raya. Di balik kemudi, Atlas, sekretaris pribadi Arlo mengendalikan kecepatan dengan tenang. Di kursi penumpang, Arlo, bosnya yang biasanya penuh kendali, terlihat gelisah.

Pikirannya masih dipenuhi oleh kecupan singkat itu, sentuhan lembut bibir Rhaell. Ia tersenyum sendiri, mengingat tatapan Rhaell yang terkejut namun tidak sepenuhnya menolak.

Atlas, dari sudut matanya, memperhatikan senyum aneh itu. Ia sudah terbiasa dengan perubahan mood Arlo yang tiba-tiba, tapi senyum ini... ini berbeda.

Ia juga mendapati Arlo beberapa kali melamun, seraya menyebut nama "Cia" pelan-pelan. Sebuah senyum seorang pria yang sedang jatuh cinta. Dan Atlas, dengan ketajaman observasinya yang terlatih, menduga ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional. Ini menarik, pikirnya, lebih menarik daripada kasus-kasus yang biasa ia tangani.

“Jadi, jujur saja, apa alasanmu datang langsung ke sekolah itu? Biasanya kamu hanya menunjuk suruhanmu untuk menghadiri acara seperti ini," katanya, suaranya santai dan ramah.

Kedekatan mereka yang sudah terjalin sejak masa kuliah, lebih dari sekadar sahabat, sudah seperti saudara, memungkinkan Atlas untuk bersikap sesantai ini.

Arlo menghela napas, menatap ke luar jendela. “Aku tidak tahu,” jawabnya jujur “Mungkin... aku hanya ingin melihatnya.”

Atlas mengangkat alisnya, sudah menduga jawaban seperti itu. “Melihat siapa?” tanyanya, dengan senyum tipis.

Arlo menghela napas lagi, lalu berkata, “Rhaell. Aku... aku tertarik padanya.”

Atlas tertawa kecil. “Tapi kamu harus akui, Lo. Ini cukup berbeda dari dirimu biasanya. Kamu Arlo, yang selalu dingin dan terkendali, tiba-tiba tertarik pada seseorang sampai-sampai rela datang ke acara sekolah dan... mengecupnya.”

Arlo terkesiap. “Dari mana kamu tau aku mengecupnya?”

Dengan kekehan kecil Atlas menjawab, “Pintu auditorium tidak terkunci, Bos. Sepertinya jatuh cinta membuatmu lengah, ya?”

Arlo menatap Atlas dengan serius, ia tidak terima dengan perkataan Atlas barusan, “perlu di garis bawahi perbedaan antara tertarik dan jatuh cinta. Ku rasa kamu cukup pintar untuk mebedakannya.”

Tawa Atlas semakin kencang, menikmati reaksi Arlo yang menurtnya berlebihan. “Perlu di garis bawahi juga kalau kamu tertarik pada Rhaell, wanita malam yang beberapa hari lalu ‘dipakai’ adikmu.”

Di bawah cahaya terang, Arlo hampir melupakan sisi lain Rhaell yang terlalu tenggelam dalam kegelapan. Kehidupan malamnya memang memikat, namun pagi harinya dipenuhi kasih sayang yang hangat.

Ponsel Atlas tiba-tiba berdering, menampilkan nama “Grace” di layar. Ekspresi Atlas berubah menjadi serius. Ia melirik Arlo, lalu menjawab panggilan tersebut.

“Ya, Grace… iya, saya mengerti…bertengkar hebat? Sejak kapan?… Marco?… Baiklah, saya akan segera menghubungi Tuan Arlo… ya, Grace.” Atlas mengakhiri panggilan dengan wajah tegang. Ia menatap Arlo dengan ekspresi khawatir.

“Arlo,” katanya, suaranya serius. “Ada panggilan darurat dari rumah. Ibumu dan Marco sedang bertengkar hebat.”

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Elok Senja

Elok Senja

ada typo kecil,
tu kan mo arah ke ❤❤ gituu 😅🤗

2025-02-01

0

Mrlyn

Mrlyn

Tuh kan kepincut juga 🤣🤣🤣

2025-02-01

0

Mrlyn

Mrlyn

❤️❤️❤️❤️❤️

2025-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!