MPD ~ 4

"Jumpa dimana emangnya ran" tanyanya melihat mobil sedan didepannya

"Didepan pusat pasar tadi buk, yauda yuk bu saya bantu papah" ujarku. Bu dewi mengganguk kepala mengerti

"Pak budi bantu bukain pintunya dong. Biar saya yang memapah bu dewinya"

"Baik neng, hati hati nyonya" ujar pak budi mulai membuka pintu mobil lalu masuk kedalam mobil lagi dan segera aku bantu bu dewi mendudukinya didalam dengan perlahan kemudian mengambil belanjaan dikursi panjang

"Ah ya pak" sahut bu dewi menduduki pantatnya yang dibantu oleh rani setelah selesai membantu bu dewi dan memasuki belanjaan bu dewi rani berdiri mencoba menutup pintu

"Pak budi bawak mobilnya pelan pelan yah. Yauda pak lanjut gih, hati hati pak bawak mobilnya"

"Eh tunggu, pak! Kamu gak ikut ran" tanya bu dewi melihatnya yang tersenyum

"Gak bu, ran bawak kendaraan. Jadi gak bisa kawani ibu pulang hehe.. kan ada pak budi, ya gak pak bud" ucapku menoleh ke pak budi yang hanya melihat atraksi nyonyanya kepada perempuan yang tidak dikenalnya

"Ya betul neng, saya akan jaga bu dewi seperti nyawa" pak bidi menyakinkan perkataannya

"Aelaahhh... pak bisa aja gombalnya haha..haha" tawaku memgibas angin

"Bapak gak gombal ko, kan untuk keselamatan nyonya neng" jawab pak budi

"Oke oke saya percaya ko. Ibu cepat sembuh ya insyallah pasti kita bisa bertemu lagi" kataku tersenyum tulus

Biasanya sih ia tidak pernah menyakinkan seseorang padanya tetali karena dia percaya pasti ia akan berjumpa pada ibu yang ditolongnya

"Lah ran padahal ibu pengen kamu ikut sama ibu. Ibu ingin mengenal kamu lagi, ntah kenapa ibu uda sayang aja samu kamu ran. Ayolah ikut sama ibu yah, kalo masahlah kendaraan kamu nanti ibu akan menyuruh supir yang menjemput kendaraan kamu, gimana mau ya?" Ucap bu dewi memohon agar ia ikut kerumah bu dewi

Sebernanya ia tidak tega melihat orang tua yang memohon padanya tapi, kalian tahulah moma itu gimana. Uda aku gak bawak handpohone gimana mau kabari mama jika ia lama pulang

"Tapi bu ran it-" bu dewi memotong perkataannya

"Gak ada tapi tapian ran, ibu gak suka penolakan. Sekarang masuk, oke" ucap bu dewi dimana menatapku memelas

Aku mengehela nafas

"Huuuhftt baiklah ran ikut" jawabku tersenyum. Bu dewi membalas senyumanku dengan ceria lalu menarikku untuk duduk disebelahnya dengan semangat

Dan itu membuatnya sungguh tidak tega coba saja ia tidak menerima ajakan bu dewi pasti ia sangat sedih

"Ayo pak supir kita pulang" perintah bu dewi pada budi

"Kamu tau ibu sangat senang sekali. Apa lagi reyhan pasti dia sangat senang melihat kamu, ibu sangat yakin itu" ucap bu dewi memegang kedua tangannya tidak menghilangkan guratan kesenangan diwajahnya

"Reyhan?" Tanyaku

"Iya reyhan, pasti kamu menyukai cucu ibu. Dia sangat imut dan menggemaskan"

"Ohya bu, ah pasti dia anak yang sangat baik" ujarku tersenyum membayangkan anak yang diucapkan bu dewi dengan berbinar

"Yah dia sangat baik dan sedikit nakal"

"Wahh... Ran Jadi gak sabar lihatnya. Ohya umurnya berapa buk?" Tanyaku penasaran

"Umurnya masih empat tahunan" buk dewi bercoletah dengan semangat, sekali kali tertawa saat becerita tentang cucunya yang membuat rani mendengarnya gemes

Selama rani dan bu dewi bercengkrama pak budi memperhatikan antara mereka berdua

Tidak biasanya nyonya seakrab begitu sama seseorang yang baru dikenal, batin pak budi masih memerhatikan dengan tersenyum

Ah sepertinya perempuan itu sudah membuat hati nyonyanya sangat terpikat sampai nyonya senang dan bahagia bersama perempuan cantik nan manis itu bahkan kecantikannya tidak bisa dibilang dengan rata rata, kecantikannya karena sikapnya yang sangat menyenangkan, bahkan mendengar perempuan itu bercerita dengan antusiasnya membuat pak budi tertawa pelan. Yang pastinya membuat pak budi terpesona

"Ekhmm... nyonya. Kita sudah sampai" ucap pak budi menoleh diantara bu dewi dan rani yang masih setia dengan cerita mereka

"Ah ya bud. Ooh sudah sampai, oke makasih ya" jawab dewi melihat kaca samping dan benar kalau ia sudah sampai didepan rumah? Ah tidak tidak bahkan rumah ini tidak bisa dibilang dengan kata rumah, ini dibilang adalah mansion

"Ayo ran kita turun" ucap dewi menyuruh rani yang teperlanga melihat dihadapannya

Masyaallah ini rumah apa istina, batinku terpesona sampai tak terasa jika ia masi terbengong dengan mulut yang terbuka lebar

"Ran ayo ngapain lagi disitu? Gak mau turun apa" ujar bu dewi kepada rani masi setia duduk dibelakang supir memandang rumahnya dengan terkagum kagum

Mendengar itu rani menggeleng geleng kepala agar pikiran kembali kesemula lalu kemudian ia mengganguk kepala mengiyakan ucapan bu dewi

Rani segera turun masi denganterpaku dengan rumah besar bu dewi

"Ini rumah ibu?" Tanya rani pada dewi

Dewi mengangguk kepala membenarkan perkataan rani

"Tentu saja sayang. Yauda yo masuk" ajak bu dewi menggegam tangan rani masuk kedalam rumah bak istina itu

Andai saja aku membawa handpond. pasti sudah ku post post ni rumah eh salah istana, batinku menatap mengelilingi seluruh penjuru ruangan yang sangat besar ini dan jangan lupakan tatapanku yang masih dengan terpesona, jangan kalian pikir aku ini marok yah sama rumah mewah ginian

Coba kalian pikir, dimana mana tuh kalo lihat pemandangan yang menajubkan mengapa ditolak dan kalian juga seperti itu jangan munafik  bro ntar ku colok tuh mata

Dengan masi melihat lihat. bu dewi membawanya keruangan tamu yang besarnya melebihi ruang tamu dirumahnya

"Rani" panggil dewi

"Ran! Hei" ucap bu dewi memanggil rani yang masih setia dengan pikiranya

Mendengar itu rani langsung menatap wajah bu dewi yang mentapnya heran

"Eh... ya bu" suhutku menunjuk senyumku hingga menampakkan deretan gigi putih ku

"Ah kamu ini yah! Buat bu dewi takut aja" hela dewi

"Lah bu kenapa takut?" Tanyaku heran

"Tentu saja ibu takut. Orang kamu tadi asik ngelamun gitu. Dipanggil aja kagak denger, kira ibu kamu kan kerasukan" ucap bu dewi menatapnya khwatir plus diakhir katanya membuat rani menatap bu dewi horor

"Kalo gitu rumah ini banyak penghuninya bu! Ayo bu kita keluar aja dah. takut saya bu! Saya gak mau jadi orang aneh yang pake bahasa jawa gitu bu apa lagi gayanya yang kesurupan jelek banget bu gak ada elit elitnya!!" Histerisku menangkup kedua pipiku menatap sekeliling dengan liar

Bu dewi mendengar itu mengangkat alisnya bingung

"Bukan gitu juga ran. Lagian disini mana ada yang namanya hantu atau apalah namanya itu, kagak ada disini kalo ada udah pada diusir" kekeh bu dewi memegang perutnya

Bayangkan saja kalian melihat seseorang dengan wajah panik melihat disekitarnya dan jangan lupakan perkataan yang sangat ngawur, kan apa gak lucu

"Ibu seriusan ni" dewi mengganguk kepala mengiyakan

"Baiklah" ucapku tersenyum berdiri tegak tidak lagi dengan ketakutan lebayku tadi

"Yauda kalo gitu kita duduk dulu. Pasti kamu capek kan" ujar dewi menarik rani berjalan kearah sofa

"Ibu mah tau aja saya capek, haha..haha!! Salah arsiteknya ni bu, buat rumah sepanjang gini kan jadi capek mau jalannya" ngeluhnya. Dewi pun terkikik mendengarnya

Kenapa harus menyalahin arsiteknya coba, pikir dewi geleng geleng kepala tak mengerti dengan alur pikiran anak muda yang sudah membuatnya jatuh hati

"Kamu ni ada ada saja. Yauda, kalo gitu cara menghilangkan capeknya ran mau minum apa? Biar mbok ijah buatin" tawar dewi

Rani membinarkan matanya saat saat yang ditunggunya dengan kata ditawarkan minuman kepadanya

"Ibu tau aja ni saya lagi haus. Ibu cenayang yahh?" Godaku menaik naikan kedua alisku

"Ibu bukan cenayang ran. Dari muka kamu aja ibu uda tau, kalo kamu lagi kehausan berat kayak kekurangan cairan zat besi" ledek bu dewi

Rani membesarkan kedua matanya

"Ah serius bu! masa sih bu? Tapi yang ibu ada benarnya juga sih. Mama sering bilang gitu sama rani. Masaan kata mama tuh 'alah baru ngepel satu lantai uda capek gini, lebay kamu ran' gitu kata mama ran, bu dewi. Gimana coba muka ran gak capek and pucat kayak vampir kata moma, ngepel satu lantai yang ngalahin lapangan sepak bola gituan dibilang gak capek. Kan minta digeprek tuh emak, untung ran sayang. Uuuuuyyy gemes!!" Omel ran sangat antusias membayangkan momanya dengan memperagakan gaya bicara mamanya kepada bu dewi

Dewi tertawa lebar melihat ekspresi rani yang berubah ubah, kadang kesal kadang marah kadang sedih, dan semua yang diperagakan oleh rani berhasil membuatnya tertawa terpingkal pingkal sambil memegang perutnya. Walau ia sudah tua ia masi bisa tertawa dengan sepuasnya

Katanya sih jika sering tertawa dan tersenyum akan awet muda, jadi dewi mencoba itu sekarang. Mana tau bisa awet muda lagi

Memang jarang ia tertawa seperti ini, dan baru ini ia tertawa sangat lepas dan terhibur karena seorang rani. Ah dia membayangkan jika ia tidak menemui rani pasti hidupnya tak akan seperti ini dan anaknya akan ia satukan dengan perempuan lucu dan polos ini, batinnya tersenyum menatal rani masi dengan ocehan recehnya memgenai kehidupannya yang selalu dimarahin oleh ibunya

Ah ini membuatnya sangat bahagia

***

Kasih komentar ya readres walaupun komennya gak nofaedah, hehehe

Semoga menyukai cerita awalan gaje ku yakkk, love you allllllll mmuuaacchh😘

Ohya satu lagi di love

Jangan lupa dilove and komen atau di subcreb ah gak taulah cara nulisnya yang penting itu😅

Terpopuler

Comments

Satia

Satia

jadi apa ayam sm dagingnya ran

2020-07-21

0

DNA PHONE

DNA PHONE

bagus thor,,,semangat thor

2020-03-31

1

Ayu

Ayu

ran jangan lupa emak mu lagi nunggu dirumah, disuruh belanja gak balik2.

2020-03-23

16

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!