"Kalo ibu namanya siapa?" Tanyaku memiring kepala karena tidak mau terlarut dengan kepedeannya yang besar
"Pangil aja dewina"
"Oke bu dewi"
"Apakah masi sakit bu" ucapku setelah sekian lama mengurut karena memar mulai mengepes
"Tidak lagi nak ran, terimakasih ya nak kamu baik sekali"
"Hahaha ibu ni uda kayak rani buat yang istimewa aja, makanya ibu selalu bilang terimakasih deh. Kan manusia wajib saling menolong jadi jangan sungkan buk, saya senang melakukan ini jadi yah wes wes aja gitu" ujarku tersenyum membantu ibu itu berdiri dengan pelan pelan
Dewi menganguk kepala dan tersenyum menatapku ia sangat senang bisa berjumpa dengan anak muda yang sangat baik dan mau memperdulikannya dan rela rela mengurutnya lalu mebiarkan belanjaan diletakkan dibawah tidak memperdulikan orang yang menatapnya heran
"Yauda kalo begitu ibu permisi mau pulang dulu yah" pamit ibu dewi mencoba berdiri
Tetapi karena masih rada sakit ibu dewi jalannya sempoyong
"Buk jangan dipaksain kakinya. Kan masih sakit, nanti kalo ibu paksain tambah bengkak" ujarku memegang bahu bu dewi lalu mendudukinnya kembali
Ibu dewi menurut apa yang diucapkan rani karena jujur saja kakinya masih lumayan sakit, mau berdiri saja masi lemah
"Terus ibu gimana. Kan gak mungkin ibu gak pulang kan" canda bu dewi padaku
"Hemm.... bagaimana kalo ibu saya antar saja. Ibu mau?" Ajakku
ibu dewi berfikir apa yang dikatakannya
"Tapi tadi ibu dengan supir. Lagian ibuk gak mau buat kamu jadi ngerepotin. Biar aja ibu pulang sendiri sama supir ibu, kamu pulang aja gih" sahut ibu dewi mencoba menolak ajakannya
"Tapi kaki ibu masi sakit kan? Ran gak bisa ninggalin orang yang sedang membutuhkan ran bu, lagian juga rani gak terasa direpotin ko malah rani senang adanya ibu" senyumku menyakinkan ibu dewi
"Coba mana telepon ibu" mintaku. Bu dewi menyerahkan handphonenya
"Untuk apa nak ran?" Tanya bu dewi
"Ran mau telepon supir ibu. Ohya apa nama supir ibu, biar saya yang teleponya" ujarku membuka handphone bu dewi
Bukannya lancang membuka hp seseorang tapi ini penting jadi gak masalahkan malah sah sah ajakan, lagian bu dewi gak masalah kalo ia meminta handpohonenya
"Namanya Budi supir ran" jawab bu dewi. Setelah tau namanya aku mencari nama kontak dipencarian lalu mencoba menelepon orang tersebut
"Ibu minum aja dulu aquanya soalnya ibu butuh Aqua" tawarku memberi aqua yang ku belik selagi masih berdering
Tuuuuuttt tuuuuttt (suara dering)
^^^"Assalammualakum? Ini pak budikan" tanyaku setelah memberi salam^^^
"Ya waalaikumsalam. Ni siapa yah?" Tanya pak budi supirnya bu dewi
^^^"saya rani pak. Ohya pak tolong sekarang jemput buk dewinya ya pak, sesegeranya pak tapi jangan ngebut ngebut ntar bahaya. Kalo gitu saya matikan, assalammualakum pak" ujarku lalu menyerahkan handphone bu dewi kembali^^^
"Sudah nak" tanya bu dewi padanya
"Sudah bu, tinggal nunggu pak budi aja. Kalo gitu kita keparkiran aja ya bu. biar pak budinya gampang cari ibunya. Mari saya bantu jalannya" bu dewi mengganguk kepala mengiyakan dan tersenyum tulus aku membalas senyuman bu dewi tatkalah dengan senyuman bu dewi
"Barang belanjaan ibu cuma segini?" Tanyaku melihat belanjaan bu dewi yang hanya satu kantong pelastik dan itu cuma sayuran
"Sebenarnya sih masih ada ran tapi karena ibu terjatuh ya gak bisa lanjut belanjanya. Lagian nanti ibu nyuruh bibi rumah aja yang belanjanya. Yauda yuk kita keparkiran" jawab bu dewi
"Trus kenapa gak nyuruh bibinya aja Bu buat belanja"
"Emmh mau nya gitu sih, tapi ibu butuh keluar juga cari Susana, bosen dirumah" senyum dewi
Aku mengangguk dan membantu bu dewi memapah tubuhnya yang sempoyongan sambil membawa belanjaan
setelah sampai keparkiran aku menduduki bu dewi dan melihat kekanan kekiri yang bernama pak budi
Tapikan aku gak tau mukanya gimana, yaudah tanya aja deh
"Muka pak budi gimana ya buk?" Tanya ku
Bu dewi berfikir mencoba mengingat tampang supir kesayangan suaminya itu
"Emm... mukanya sih kayak orang sunda sunda gitu terus gak putih dan gak hitam juga baru itu dia lumayan gemuk dibilang sih berisi lalu pendek dan satu lagi dia beruban pastinya uda tua" mendengar itu aku hanya tercengang mendengar ciri ciri pak budi yang disebutkan oleh bu dewi
Orang yang dikatakan bu dewi pasti gak mungkin cuma satu, kemungkinan didunia ini kita memiliki tujuh kembaran pasti dari salah satu tujuh kembaran itu yang bernama pak budi
"Kamu ngertikan?" Bu dewi bertanya padanya yang hanya diam menatapnya dengan tampang mulut terbuka untung lalat ama nyamuk gak terjebak dalam lubang kesakitan
Aku mengganguk pura pura memahami
"Ahha...haaha ya bu saya ngerti" jawabku menggaruk kepala tanda kurang mengerti
Bu dewi menghela nafas
"Yauda kalo gitu ibu kasih fotonya aja" ujar bu dewi membuka galeri di hp nya kemudian mencari seorang yang dipikirannya
"Ibu tau ko kalo kamu kurang mengerti makanya ibu kasih fotonya langsung" ibu dewi tekikik melihatnya yang sudah seperti terkena serangan jantung
Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal karena malu
"Heh..hehe maaf bu" ucapku
"Gak papa ko. Lagian wajar kamu gak ngerti dengan apa yang ibu ucapkan, ibu juga kurang mengerti dengan ucapan ibu sendiri" canda bu dewi lalu memberi foto pak budi yang hampir sikit mirip dengan supir ayahnya, mang ujang
"Yauda kalo gitu ibu tunggu sini bentar biar saya cari pak budinya, selama mencari ibu berteduh karena harinya sangat panas gak baik buat ibuk ntar ibu makin keriput dan gak cantik lagi, hehe..hehe" suruhku pada bu dewi diakhir candaan
"Haha..haha kamu ada ada aja, yauda ibu tunggu sini" kekeh bu dewi larena candaannya
Aku menyusuri jalan parkiran mencoba mencari pak budi yang ada difoto. Sepertinya itu pak budi deh. Ahya benar itu pak budi, batinku berlari kecil kearah pak budi
"Permisi, ini pak budikan" ucapku memanggilnya
Pak budi menoleh kearahku dan mengganguk kepala heran menatapku. dari mana anak muda ini tau namanya?, pikir pak budi
"Ah ya saya budi. Memangnya ada apa ya neng?" Tanyaknya masih menatapku heran
"Saya rani pak yang menelepon bapak untuk menjemput buk dewi" jawabku
"Oohya neng ran. Kalau begitu dimana nyonya dewinya neng" tanyanya lagi
"Bu dewinya ada ditempat berteduh pojok parkiran pak. Mari pak ikutin saya" ujarku menyuruh pak budi mengikutinya tapi ia berpikir gimana nanti buk dewi berjalan kesini, inikan lumayan jauh. Ntar kasihan bu dewinya malah tambah sakit kakinya
"Bagaimana sekalian bapak bawak mobilnya" usulku memberi arahan pada pak budi
"Emang nyonya kenapa neng" tanyanya
"Buk dewi tadi terjatuh pak pas dijalan. Ayo pak buruan kasihan bu dewinya ditinggalin lama ntar diculik gimana? Uda bu dewinya spesies cuma satu lagi" ujarku
"Loh ko bisa neng?" Kaget pak budi khawatir
"Nanti aja pak ceritanya. Kita ketempat buk dewi dulu baru bisa bercerita dan berdongeng. Okeh pak" jawabku memahami kekhwatiran pak budi
"Baiklah neng kalo gitu ayo masuk neng" aku mengganguk lalu masuk kedalam mobil dan berjalan ketempat buk dewi berada
"Ya pak"
Skip
"Nyonya dimananya neng?" Tanya pak budi melihat kanan dan kiri
"Bu dewi dekat pos parkiran pak" jawabku
"Haa... itu dia pak" sambungku menunjuk kedepan melihat bu dewi yang duduk diam memperhatikan sekitarnya
Pak budi menoleh kearah yang ditunjuknya lalu menjalankan mobilnya kearah bu dewi
"Oke sep neng"
Setelah sampai ketujuan rani langsung berlari ke bu dewi
"Buk dewi, ayo bu kita kemobil. Pak budi uda nunggu tuh didalam" ujarku membantu bu dewi berdiri tapi karena banyak yang ia pegang rani memanggil pak budi membantu membuka pintu mobil
***
Garing gak sih we😅 ah yaudalah ini cerita pengalaman sih wkwkwk
Jangan lupa dikomen and love❤
Sayanggggg readrs muuaacchh😘
Di love love love
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Kartiiikaaa
banyak typo Thor
seperti kata ama seharusnya sama
2020-03-26
8
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
masih banyak typo thor
seperti kt menduduki harusnya mendudukan
cerita nya sudah lumayan thor
semangat thor
2020-03-25
9