Setelah berpamitan dengan Pak Ahmad , kami melanjutkan perjalanan menuju curug yang dimaksud oleh Pak Ahmad .
Sesampainya di pintu masuk curug dan memarkirkan mobil , kami segera menghampiri bapak penjaga loket untuk membeli tiket masuk .
Kami diarahkan bapak penjaga loket untuk mengikuti jalan setapak untuk sampai ke curug yang dimaksud .
Setelah kurang lebih 30 menit , kami sampai di curug itu . Benar kata pak Ahmad , curugnya sangat indah . Volume air yang cukup besar , lengkap dengan kolam alami dibawahnya yang sangat menggoda untuk segera masuk kedalam air . Kondisi disekitar curugpun masih sangat terjaga .
Pohon - pohon menjulang tinggi dan semak belukar yang cukup rimbun tidak jauh dari area curug .
Saat itu , tidak banyak rombongan yang berwisata ke curug itu . Hanya ada sekitar empat rombongan termasuk kami .
Udara di sana sangat sejuk . Pemandangan yang sangat memanjakan mata . Rasanya sangat betah berlama - lama berdiam diri disana . Sayang sekali kami tidak membawa pakaian ganti , jadi kami hanya duduk dipinggir kolam sambil merendam kaki menikmati dinginnya air .
Kami berbincang - bincang ringan membahas keindahan alam ciptaan Tuhan ini , sampai tiba - tiba Ardi membuka pembicaraan tentang villa Kenanga .
" Hmm , kenapa ya Pak Ahmad mengajak kita lewat pintu samping bukan gerbang utama ? " tanya Ardi .
" Iya , aku juga heran Ar , padahal kan lewat gerbang depan lebih dekat daripada lewat pintu yang satunya ya " , sambung Putra .
" Iya betul , aku pun sebetulnya ingin bertanya tadi kepada Pak Ahmad , tapi aku urungkan karena rasanya tidak sopan menyela penjelasan Pak Ahmad soal fasilitas villa tadi " , jawab Bagas yang juga penasaran .
" Hmmm , sebetulnya aku pun sama penasarannya dengan kalian " , ujar Beni .
" Tapi . . . Kalian sadar nggak sih kalau di tengah gapura gerbang , seperti ada buntalan kain putih yang di gantung " , tambah Beni .
" Iya , abang juga lihat sekilas tadi , abang fikir itu boneka penangkal hujan seperti yang ada di film - film kartun jepang " , sahut abang Beni sambil menahan tawa .
" Maksud abang boneka Teru Teru Bozu ? Aku pernah lihat di film kartun jepang favorit ku " , sahut Ardi meyakinkan pernyataan abang Beni.
" Abang nggak tahu Ar nama bonekanya apa , tapi seperti itulah kira - kira . Terus tadi abang juga lihat pintu gerbangnya dirantai dan di gembok , mungkin itu alasannya kenapa kita diajak lewat pintu yang lain " , jelas abang Beni .
Karena asyik berbincang , tanpa kami sadari pengunjung lain sudah pergi meninggalkan curug tersebut . Kami mengecek jam , dan ternyata sudah pukul 16.30 wib. Kami pun bersiap - siap untuk pulang.
Ketika sedang bersiap - siap, tiba - tiba kami dikagetkan dengan suara desisan ular . Seketika kami terperanjat dan memandang ke segala arah . Tapi kami tidak dapat menemukan sumber suara desisan itu . Segera kami meninggalkan curug itu dengan langkah yang terburu - buru .
Akhirnya setelah perjalanan yang menegangkan , kami sampai juga di depan loket . Bapak penjaga loket menghampiri kami dan bertanya kenapa kami tergopoh - gopoh dan terlihat ketakutan .
" Ada apa jang tergopoh - gopoh dan ketakutan begitu mukanya? " tanya bapak penjaga loket .
" Tidak apa - apa pak , cuma kaget mendengar suara desisan seperti desis ular saat kami bersiap pulang dari curug " , jawab abang Beni masih terengah .
" Kalian lihat ular nya? " bapak penjaga loket bertanya lagi .
" Tidak pak , kami tidak melihat dari mana sumber suara desis nya , itulah sebabnya kami buru - buru sampai sini " , jawab abang Beni lagi .
" Ya sudah jang ini di minum dulu , baru lanjutkan perjalanan pulang , saya juga mau pulang , sudah sore dan hampir gelap " , kata bapak penjaga loket sambil memberikan kami air minum kemasan .
" Terimakasih pak , kami juga pamit pulang " , jawab kami sambil menerima air dari bapak penjaga loket .
Kamipun melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta.
Sepanjang perjalanan kami semua masih hening tanpa ada yang mengeluarkan sepatah kata pun . Kami masih hanyut dengan fikiran dan ketakutan kami masing - masing . Bukan tanpa alasan kami merasa takut , karena ada cerita lain dibalik rasa takut kami .
Tidak terasa sudah satu jam lebih perjalanan kami . Akhirnya abang Beni membelokan mobilnya ke sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar dan menunaikan ibadah sholat Maghrib .
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan sembari mencari tempat makan .
Akhirnya sampailah kami di sebuah rumah makan . Segera kami turun dari mobil dan memesan makanan .
Sembari menunggu pesanan kami datang , Bagas membuka obrolan .
" Hmmm , aku mau tanya sesuatu apa boleh ? " tanya Bagas ragu - ragu .
" Mau tanya apa ??? Boleh nambah makanan atau nggak ? " jawab abang Beni tertawa berusaha mencairkan suasana tegang diantara kami .
" Bukan itu bang , waktu mendengar desis ular , kita kan semuanya menoleh ke berbagai arah , apa...... " kalimat Bagas terputus menyiratkan keraguan di wajahnya .
" Apa nya yang apa Gas ? " sahut Ardi penasaran .
" Eeeee... Apakah kalian melihat ada orang yang mengintip di balik semak belukar ? " lanjut Bagas bertanya .
Seketika semua terdiam dan saling pandang satu sama lain . Lalu pelayan datang menghidangkan makanan pesanan mereka .
" Silakan kak di nikmati " , kata pelayan dengan ramah .
" Iya kak terimakasih " , jawab kami serentak , kecuali Bagas yang masih terlihat cemas .
" Sudah Gas makan dulu , nanti kita bahas lagi . Kamu juga pasti lapar kan , sejak siang kita smua hanya makan snack saja " , ucap Beni berusaha menenangkan Bagas .
Bagas mengangguk dan yang lain pun segera menyantap makanan masing - masing .
Selesai makan , kami menyempatkan untuk melaksanakan sholat isya di mushola yang tersedia di rumah makan tersebut sebelum melanjutkan perjalanan pulang .
Dalam perjalanan pulang , Bagas masih saja terlihat diam , tidak seperti yang lainnya yang sibuk bernyanyi mengikuti lagu yang diputar dari radio mobil .
Ardi yang duduk disebelah Bagas akhirnya menegur Bagas sejak tadi hanya diam .
" Gas , kamu kenapa diam saja? " tanya Ardi.
" Hmmm... Aku masih kepikiran yang aku tanyakan tadi ", sahut Bagas .
" Sepertinya kami tidak melihat apa yang kamu lihat Gas ", sahut Beni . Disusul dengan anggukan kepala dari yang lain .
" In Syaa Allah Gas tidak apa - apa , mungkin karena panik saja jadi kamu salah lihat . Dan kalaupun yang kamu lihat itu benar , kamu tidak perlu takut karena ada Allah sebaik - baiknya tempat kita berlindung . Jadi , kamu tidak perlu khawatir , perbanyaklah do'a dan meminta perlindungan kepada Allah SWT ", kata abang Beni menasihati Bagas .
" Iya bang , terimakasih sudah mengingatkan ", kata Bagas sambil tersenyum .
" Naaahhh gitu dong senyuuuummm " , kata yang lain kompak bersamaan.
Mereka pun tertawa ceria kembali .
Sepanjang jalan mereka bernyanyi dan sesekali bersenda gurau .
Mereka menikmati perjalan pulang ditemani ramainya pengendara lain yang menikmati malam Minggu .
Catatan :
* jang atau ujang adalah panggilan atau sapaan untuk anak laki - laki dalam bahasa daerah setempat*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mericy Setyaningrum
Di curug emang serem ada jurik nya
2025-10-03
0