Bab ll . Kejadian Saat di Curug

Setelah berpamitan dengan Pak Ahmad , kami melanjutkan perjalanan menuju curug yang dimaksud oleh Pak Ahmad .

Sesampainya di pintu masuk curug dan memarkirkan mobil , kami segera menghampiri bapak penjaga loket untuk membeli tiket masuk .

Kami diarahkan bapak penjaga loket untuk mengikuti jalan setapak untuk sampai ke curug yang dimaksud .

Setelah kurang lebih 30 menit , kami sampai di curug itu . Benar kata pak Ahmad , curugnya sangat indah . Volume air yang cukup besar , lengkap dengan kolam alami dibawahnya yang sangat menggoda untuk segera masuk kedalam air . Kondisi disekitar curugpun masih sangat terjaga .

Pohon - pohon menjulang tinggi dan semak belukar yang cukup rimbun tidak jauh dari area curug .

Saat itu , tidak banyak rombongan yang berwisata ke curug itu . Hanya ada sekitar empat rombongan termasuk kami .

Udara di sana sangat sejuk . Pemandangan yang sangat memanjakan mata . Rasanya sangat betah berlama - lama berdiam diri disana . Sayang sekali kami tidak membawa pakaian ganti , jadi kami hanya duduk dipinggir kolam sambil merendam kaki menikmati dinginnya air .

Kami berbincang - bincang ringan membahas keindahan alam ciptaan Tuhan ini , sampai tiba - tiba Ardi membuka pembicaraan tentang villa Kenanga .

" Hmm , kenapa ya Pak Ahmad mengajak kita lewat pintu samping bukan gerbang utama ? " tanya Ardi .

" Iya , aku juga heran Ar , padahal kan lewat gerbang depan lebih dekat daripada lewat pintu yang satunya ya " , sambung Putra .

" Iya betul , aku pun sebetulnya ingin bertanya tadi kepada Pak Ahmad , tapi aku urungkan karena rasanya tidak sopan menyela penjelasan Pak Ahmad soal fasilitas villa tadi " , jawab Bagas yang juga penasaran .

" Hmmm , sebetulnya aku pun sama penasarannya dengan kalian " , ujar Beni .

" Tapi . . . Kalian sadar nggak sih kalau di tengah gapura gerbang , seperti ada buntalan kain putih yang di gantung " , tambah Beni .

" Iya , abang juga lihat sekilas tadi , abang fikir itu boneka penangkal hujan seperti yang ada di film - film kartun jepang " , sahut abang Beni sambil menahan tawa .

" Maksud abang boneka Teru Teru Bozu ? Aku pernah lihat di film kartun jepang favorit ku " , sahut Ardi meyakinkan pernyataan abang Beni.

" Abang nggak tahu Ar nama bonekanya apa , tapi seperti itulah kira - kira . Terus tadi abang juga lihat pintu gerbangnya dirantai dan di gembok , mungkin itu alasannya kenapa kita diajak lewat pintu yang lain " , jelas abang Beni .

Karena asyik berbincang , tanpa kami sadari pengunjung lain sudah pergi meninggalkan curug tersebut . Kami mengecek jam , dan ternyata sudah pukul 16.30 wib. Kami pun bersiap - siap untuk pulang.

Ketika sedang bersiap - siap, tiba - tiba kami dikagetkan dengan suara desisan ular . Seketika kami terperanjat dan memandang ke segala arah . Tapi kami tidak dapat menemukan sumber suara desisan itu . Segera kami meninggalkan curug itu dengan langkah yang terburu - buru .

Akhirnya setelah perjalanan yang menegangkan , kami sampai juga di depan loket . Bapak penjaga loket menghampiri kami dan bertanya kenapa kami tergopoh - gopoh dan terlihat ketakutan .

" Ada apa jang tergopoh - gopoh dan ketakutan begitu mukanya? " tanya bapak penjaga loket .

" Tidak apa - apa pak , cuma kaget mendengar suara desisan seperti desis ular saat kami bersiap pulang dari curug " , jawab abang Beni masih terengah .

" Kalian lihat ular nya? " bapak penjaga loket bertanya lagi .

" Tidak pak , kami tidak melihat dari mana sumber suara desis nya , itulah sebabnya kami buru - buru sampai sini " , jawab abang Beni lagi .

" Ya sudah jang ini di minum dulu , baru lanjutkan perjalanan pulang , saya juga mau pulang , sudah sore dan hampir gelap " , kata bapak penjaga loket sambil memberikan kami air minum kemasan .

" Terimakasih pak , kami juga pamit pulang " , jawab kami sambil menerima air dari bapak penjaga loket .

Kamipun melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta.

Sepanjang perjalanan kami semua masih hening tanpa ada yang mengeluarkan sepatah kata pun . Kami masih hanyut dengan fikiran dan ketakutan kami masing - masing . Bukan tanpa alasan kami merasa takut , karena ada cerita lain dibalik rasa takut kami .

Tidak terasa sudah satu jam lebih perjalanan kami . Akhirnya abang Beni membelokan mobilnya ke sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar dan menunaikan ibadah sholat Maghrib .

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan sembari mencari tempat makan .

Akhirnya sampailah kami di sebuah rumah makan . Segera kami turun dari mobil dan memesan makanan .

Sembari menunggu pesanan kami datang , Bagas membuka obrolan .

" Hmmm , aku mau tanya sesuatu apa boleh ? " tanya Bagas ragu - ragu .

" Mau tanya apa ??? Boleh nambah makanan atau nggak ? " jawab abang Beni tertawa berusaha mencairkan suasana tegang diantara kami .

" Bukan itu bang , waktu mendengar desis ular , kita kan semuanya menoleh ke berbagai arah , apa...... " kalimat Bagas terputus menyiratkan keraguan di wajahnya .

" Apa nya yang apa Gas ? " sahut Ardi penasaran .

" Eeeee... Apakah kalian melihat ada orang yang mengintip di balik semak belukar ? " lanjut Bagas bertanya .

Seketika semua terdiam dan saling pandang satu sama lain . Lalu pelayan datang menghidangkan makanan pesanan mereka .

" Silakan kak di nikmati " , kata pelayan dengan ramah .

" Iya kak terimakasih " , jawab kami serentak , kecuali Bagas yang masih terlihat cemas .

" Sudah Gas makan dulu , nanti kita bahas lagi . Kamu juga pasti lapar kan , sejak siang kita smua hanya makan snack saja " , ucap Beni berusaha menenangkan Bagas .

Bagas mengangguk dan yang lain pun segera menyantap makanan masing - masing .

Selesai makan , kami menyempatkan untuk melaksanakan sholat isya di mushola yang tersedia di rumah makan tersebut sebelum melanjutkan perjalanan pulang .

Dalam perjalanan pulang , Bagas masih saja terlihat diam , tidak seperti yang lainnya yang sibuk bernyanyi mengikuti lagu yang diputar dari radio mobil .

Ardi yang duduk disebelah Bagas akhirnya menegur Bagas sejak tadi hanya diam .

" Gas , kamu kenapa diam saja? " tanya Ardi.

" Hmmm... Aku masih kepikiran yang aku tanyakan tadi ", sahut Bagas .

" Sepertinya kami tidak melihat apa yang kamu lihat Gas ", sahut Beni . Disusul dengan anggukan kepala dari yang lain .

" In Syaa Allah Gas tidak apa - apa , mungkin karena panik saja jadi kamu salah lihat . Dan kalaupun yang kamu lihat itu benar , kamu tidak perlu takut karena ada Allah sebaik - baiknya tempat kita berlindung . Jadi , kamu tidak perlu khawatir , perbanyaklah do'a dan meminta perlindungan kepada Allah SWT ", kata abang Beni menasihati Bagas .

" Iya bang , terimakasih sudah mengingatkan ", kata Bagas sambil tersenyum .

" Naaahhh gitu dong senyuuuummm " , kata yang lain kompak bersamaan.

Mereka pun tertawa ceria kembali .

Sepanjang jalan mereka bernyanyi dan sesekali bersenda gurau .

Mereka menikmati perjalan pulang ditemani ramainya pengendara lain yang menikmati malam Minggu .

Catatan :

* jang atau ujang adalah panggilan atau sapaan untuk anak laki - laki dalam bahasa daerah setempat*

Terpopuler

Comments

Mericy Setyaningrum

Mericy Setyaningrum

Di curug emang serem ada jurik nya

2025-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!