Jiro menyiapkan kamar hotel khusus untuk Namira, gadis itu sungguh menyesal telah menyetujui menikah dengan ancaman yang sebenarnya dia sendiri tidak takut. Tapi entah kenapa dia mau menikah dengan Jiro, meski ancamannya itu kosong belaka.
Kamar hotel mewah bintang lima di Bushan, bukan hotel di mana Namira menginap. Tapi hotel lebih mewah lagi di kota itu, Namira takjub dengan kamar hotel miliknya itu.
"Ini kamar presiden suit, sungguh luar biasa. Siapa sebenarnya dia itu?" gumam Namira.
Gadis itu duduk di sofa sambil berpikir kejadian sewaktu Jiro masuk ke dalam kamarnya. Beberapa kali di ingat, beberapa kali juga dia merasa kesal dengan nasibnya kini.
"Aah, siapa sih laki-laki itu? Kenapa dia mengancamku untuk melaporkanku pada polisi Korea? Memangnya aku berbuat salah apa? Dan siapa dia sampai tahu kepolisian Korea? Apa dia anak keturunan raja Joseon?" gumam Namira.
Masih dengan kebingungan dan penasaran tentang Jiro suaminya, saat sedang berpikir Jiro masuk ke dalam kamar itu melihat istrinya sedang termenung. Jiro tersenyum tipis, dia memperhatikan Namira. Gadis yang benar-benar membuatnya jatuh cinta, tapi dengan nekatnya dia menikahi secara mendadak dengan mengancam akan di laporkan ke kepolisian Korea.
Ingin dia tertawa kencang mengingat pasrahnya Namira menerima ancamannya itu.
"Gadis bodoh, kenapa dia percaya sekali dengan ancamanku itu. Benar-benar polos sekali, apa dia itu sangat takut dengan ancamanku sampai mau menikah denganku," ucap Jiro masih memperhatikan Namira yang sedang termenung.
Lama dia memperhatikan istrinya itu, tapi kemudian melangkah mendekat dengan wajah dingin menatap istrinya.
"Apa kamu sedang menyesali tentang pernikahan kita?" tanya Jiro menatap dingin pada Namira.
Namira mendongak lalu berdecak kesal. Benar-benar dia marah sekali pada Jiro.
"Ya, aku menyesal menikah denganmu. Lagi pula, pernikahan itu tidak sah karena kedua orang tuaku tidak ada. Apa lagi kemana kedua orang tuamu itu?" ucap Namira.
"Itu mudah saja, aku akan pergi menemui mertuaku. Pasti dia akan menerima menantu tampannya ini, lagi pula ..."
"Apa?! Orang tuaku tidak mudah menerima seorang menantu yang tidak jelas. Siapa kamu dan apa pekerjaanmu itu? Aku saja tidak tahu siapa dan apa pekerjaanmu itu," ucap Namira ketus.
"Hmm, kamu tidak tahu ya kalau aku ini seorang model di Korea. Aku banyak tawaran model, jadi aku seorang model," ucap Jiro.
Namira menatap tajam pada suaminya, memandangi dari atas sampai bawah dengan pandangan sinis.
"Kamu seorang model? Model apa? Aku tidak kenal model Korea, dan kebanyakan model itu penampilannya kemayu. Dan lihatlah, kamu seperti seorang setengah laki-laki," ucap Namira mengejek Jiro.
Ada rasa kesal pada ucapan istrinya, tapi Jiro diam saja. Dengan sedikit senyum tipis, dia berjalan menuju balkon. Jalan sedikit gemulai membuat Namira melebarkan matanya, sungguh apa yang dia katakan ternyata benar adanya.
"Lihatlah, ternyata benar adanya kalau kamu itu setengah laki-laki. Oh Tuhan, kenapa aku menikah dengan setengah laki-laki," ucap Namira.
"Jangan khawatir, aku setengah laki-laki tapi aku jantan sejati," ucap Jiro berbalik mendekat pada Namira.
Dia berdiri di depan Namira, tangannya mengulur menarik tangan istrinya agar berdiri berhadapan dengannya. Namira pun berdiri, tepat beberapa senti kepalanya hanya sebatas dagu Jiro. Tangan Jiro menarik pinggul istrinya dan menatap tajam pada gadis itu.
"Kamu ingin merasakan kejantananku sayang?" bisik Jiro di telinga Namira.
Sontak saja Narima mendorong kuat dada Jiro, tubuhnya terlepas dan terhempas di sofa. Jiro tertawa lepas melihat kekagetan istrinya.
"Dasar gila!"
_
Satu minggu liburan di Korea, tanpa di duga nasibnya bertemu Jiro dan menikah dengannya. Kini Namira akan kembali lagi ke negaranya, dengan perdebatan kecil dengan suaminya. Namira akhirnya akan pulang juga ke Indonesia.
"Aku akan menyusulmu ke Indonesia, bertemu dengan kedua orang tuamu dan meminta restu padanya," ucap Jiro mengantar Namira ke bandara.
Laki-laki itu memaksa mengantarnya sampai bandara, awalnya Namira menolak. Tapi lagi-lagi Jiro mengancamnya untuk melarangnya pulang ke Indonesia bahkan melaporkannya ke polisi. Mau tidak mau Namira mau di antar ke bandara, dan kini dia bersama Jiro di antar dengan mobilnya di supiri Kendo.
Sesampainya di bandara, Jiro menahan Namira turun. Tangan gadis itu di tahan, Namira menoleh menatap Jiro kesal.
"Kenapa lagi?" tanya Namira.
"Kamu jangan lupakan aku di sana, beberapa bulan aku akan datang ke negaramu dan ..."
"Sudahlah, jangan membuatku tambah pusing. Jika papaku tahu aku begini, tentu saja papaku akan marah sekali. Sebaiknya kamu jangan datang ke negaraku, itu lebih baik untuk kebaikanmu. Kamu belum tahu papaku kalau marah seperti apa, jadi jangan datang menemuiku. Anggap saja kejadian kemarin itu tidak ada apa pun, aku sudah menerimanya. Dan jangan mengusikku lagi," ucap Namira.
"Oh baby, itu tidak mungkin. Tunggu saja bulan depan aku akan menemuimu, setelah pekerjaanku selesai," ucap Jiro.
"Jangan datang kesana, aku akan marah sekali," ucap Namira lagi.
"Aku senang kamu marah padaku, kecantikanmu semakin bertambah dan aku semakin menyukaimu," ucap Jiro.
Namira membola, muak sekali dia mendengar ucapan Jiro tersebut. Alih-alih meladeni ucapan suaminya, Namira melepas pegangan tangan Jiro dan segera turun dari mobil. Tapi lagi-lagi Jiro menarik tangan Namira dan langsung menahan tengkuknya lalu mencium bibirnya dengan cepat.
Namira kaget dengan ciuman mendadak tersebut, di dorongnya pipi Jiro lalu menepisnya kasar. Menghapus bibirnya dengan kasar, seakan jijik dengan ciuman bibir dari Jiro. Jiro hanya tersenyum santai dengan sikap Namira tersebut, setelah ciuman itu Namira keluar dari mobil menatap tajam pada Jiro.
"Aku benci padamu!"
Brak!
_
_
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
benci sekarang cinta kemudian
2024-11-30
0
Rohmi Yatun
next Thor🙏
2024-11-27
0